Dengan kebesaran hati seorang wanita muda bernama ( Azalea 26 tahun ) yang rela menggantikan posisi adik nya sebagai pengantin di hari itu.
Ternyata kebaikan hati Azalea di balas kebencian oleh pengantin lelaki (Arta 32 tahun ) yang sudah sah menjadi suami nya itu.
Sampai di titik itu, dimana Arta sadar bahwa Azalea lah yang terbaik. Tapi apakah Azalea masih mau bersatu dengan Arta ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7.
"Apakah dia baik-baik saja ? " Tanya Atala pada Lea.
Lea melirik Atala, " Setelah kamu memukulnya kamu masih bertanya apah kah dia baik-baik saja. "
Atala mengusap wajahnya. " Maaf, "
Lea tersenyum, senyuman teduh Lea begitu terlihat indah di mata Atala. " Minta maaflah padanya, dia yang terluka bukan aku. "
"Itulah alasannya kenapa kami tidak di biarkan tinggal satu rumah. " sambung Atala.
"Apa memang selalu seperti ini ? " Tanya Lea.
"Selalu dan selalu seperti ini, " jawab Atala meringis kesakitan karna obat antiseptik terasa perih di lukanya.
Lea menggelengkan kepalanya, " Alasannya ? "
"Dia selalu menyalahkan ku atas kematian Ibu. " Jelas Atala Sontak membuat Lea mengehentikan gerakannya saat mengobati luka di tangan Atala.
"Ibu, kematian Ibu ? jadi Ibu yang .... " Tanya Lea memasang wajah serius.
Atala menyunggingkan senyuman tipisnya. " Ya ... Ibu mertua yang kamu lihat itu, bukan Ibu kandung Arta. Dan juga bukan Ibu kandungku. "
"Lalu tentang kematian Ibu ? " Tanya Lea semakin penasaran.
Atala tersenyum picik, " Kamu itu istri Arta Kenapa tidak bertanya pada Arta saja ? "
Lea menundukkan kepalanya lalu menggelengkan kepalanya. "Orang itu memang keras kepala. "
Tanpa Lea sadari Arta sedang melihat di balik dinding menuju anak tangga. Arta mengepalkan tangannya, "Kali ini ia ingin marah melihat kedekatan Atala dan juga Lea. Namun ia lebih memilih untuk memendam rasa amarahnya. "
Lea berbincang dengan Atala, Atala tak seperti Arta. Atala lebih sering berbicara di banding Arta yang hemat dalam berbicara. Saat itu Lea sampai lupa jika ia belum sempat membersihkan dirinya. Lea pamit pada Atala.
"Wanita setulus itu di sia-siakan, kenapa tidak di nikahkan denganku saja. " Imbuh kecil Atala memperhatikan nanar kepergian Lea.
Lea masuk ke dalam kamar, melihat Arta tak ada di atas tempat tidur membuat Lea mencari keberadaan Arta. Namun saat penglihatan Lea sudah mencari ke semua sudut kamar, tatapan Lea terhenti ke arah balkon kamar itu. Terlihat sosok Arta di balik tirai kaca sedang berdiri melihat ke arah luar.
Lea tak ingin menghampiri Arta, Lea berpikir jika ia menghampiri Arta. Arta akan marah ia pasti tidak akan suka. Karena itu Lea lebih memilih untuk membersihkan diri di banding menghampiri Arta.
Setelah beberapa waktu Arta memasuki kamarnya kembali, tanpa di duga saat Arta masuk Lea pun keluar dari dalam kamar mandi. Mereka saling mengunci tatapan mereka sejenak.
Lea yang masih mengenakan handuk yang berbentuk kimono membuatnya merasa canggung untuk melangkah keluar, sialnya Lea lupa membawa pakaian ganti ke dalam kamar mandi.
Arta melanjutkan langkahnya, dengan sikap yang seolah-olah tidak perduli. Lea berjalan ke arah lemari membawa pakaian ganti lalu ia masuk kembali ke dalam kamar mandi. Baru lah dia merasakan hawa bebas di dalam kamar mandi.
Hari mulai larut malam, Lea yang sangat penasaran dengan penjelasan Atala tentang Kematian Ibunya membuatnya tidak bisa beristirahat.
Lea memperjelas pendengarannya, " Suara apa itu ? " Tanyanya.
Lea melirik ke arah Arta, terlihat Arta sedang tertidur namun ia nampak gelisah. Lea memberanikan diri untuk bangun lalu mengikat rambutnya. Ia mendekat ke arah Arta, duduk di samping Arta perlahan ia menyentuh kening Arta. " Ya ampun panas sekali. " Lea berdiri dan langsung mengambil air hangat untuk mengompres dahi Arta.
Malam pun semakin larut, Lea tak sadar membaringkan badannya di samping Arta. Arta yang saat itu sedang demam pun tak sadar jika Lea tidur di sampingnya.
Hembusan angin menusuk ke sela-sela kaki Lea, sehingga Lea terbangun dari tidurnya. Ia merasakan sesuatu menindih perutnya. "Astaga bodoh ! Kenapa aku tidur disini, Aahh kalau Arta bangun dia pasti marah besar. " Lea mengangkat tangan Arta dengan sangat hati-hati. ia tak henti membodohi dirinya sendiri.
"Huh syukurlah di belum bangun, tidak terbayang jika dia bangun. Bisa berantakan seisi kamar ini. "Gerutu Lea dalam hatinya.
Arta tertawa dalam hatinya, sebenarnya ia sudah lebih dulu bangun. Namun saat ia sadar Lea ada di sampingnya, Arta pura-pura tertidur kembali.
Sebelum Lea beranjak dari kasur itu, Lea menyentuh dahi Arta untuk mengetahui suhu tubuh Arta. " Masih demam. " Lea pun turun dari tempat tidur.
Meraih ponselnya untuk menghubungi atasannya di kantor. Lea mengatakan bahwa dirinya tidak bisa masuk kantor dengan lugas mengatakan bahwa "SUAMI saya sakit, jadi saya tidak bisa masuk untuk bekerja. " dan hal itu di dengar langsung oleh Arta yang sedang pura-pura tertidur.
Entah kenapa Arta jadi nyaman dengan sandiwara nya saat itu.
Lea bergegas keluar kamar, untuk membuat bubur yang akan di berikan pada Arta. Arta yang langsung curiga Atala hendak mendekati Lea langsung terperanjat dari duduk nya.
"tidak mungkin turun dari tempat tidur, " Gumam Arta.
Arta yang lebih besar rasa gengsinya lebih memilih untuk diam saya di atas tempat tidur kini ia merasakan kesal dalam hatinya.
Lea yang sedang mengolah bubur buatannya memang memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga Arta merasa Lea sedang bersama dengan Atala.
"Akhirnya jadi juga. Apa dia sudah bangun ? " Imbuh Lea sambil membawa semangkuk bubur buatannya.
Lea masuk ke dalam kamarnya dengan sangat hati-hati, Lea mendapati Arta masih terbaring dengan posisi yang sama. Lea menaruh semangkuk bubur itu di atas nakas samping tempat tidur Arta. Ia menghampiri Arta, " Apa masih dia masih bernafas ? dari tadi posisinya tidak berubah. " ucap Lea polos.
Arta yang mendengarnya menjadi bingung antara ingin tertawa dan ingin juga marah. " Wanita bodoh, dia pikir saya sudah mati. " dalam hatinya.
"Huh ... Syukurlah dia masih hidup, " Imbuh Lea lega.
Lea menyambar kain handuk, ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dari keringat yang membasahi tubuhnya.
Arta langsung mengubah posisi tidurnya, ia tidak mau di anggap mati oleh Lea.