Dipaksa pulang karena suatu perintah yang tak dapat diganggu gugat.
ya itulah yang saat ini terjadi padaku.
seharusnya aku masih berada dipesantren, tempat aku belajar.
tapi telfon hari itu mengagetkanku
takbisa kuelak walaupun Abah kiyai juga sedikit berat mengizinkan.
namun memang telfon ayah yang mengatas namakan mbah kakung tak dapat dibantah.
Apalagi mbah kakung sendiri guru abah yai semakin tak dapat lagi aku tuk mengelak pulang.
----------------------------------
"entah apa masalahmu yang mengakibatkan akhirnya kita berdua disini. tapi aku berharap kau tak ada niat sekali pun untuk menghalangiku menggapai cita2ku" kataku tegas. takada sama sekali raut takut yang tampak diwajahku
masabodo dengan adab kali ini. tapi rasanya benar2 membuatku ingin melenyapkan seonggok manusia didepanku ini.
" hei nona, bukankah seharusnya anda tidak boleh meninggikan suara anda kepada saya. yang nota bene sekarang telah berhak atas anda" katanya tak mau kalah dengan raut wajah yang entah lah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsa Salsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
BAB 7
Mobil mewah itu berhenti di depan masjid pinggir jalan.
“Al... Aliya. Bangun dulu, hei”. Suara Dipta berusaha membangunkan Aliya yang sedang lelap tertidur. Berusaha selembut mungkin karna ia takut membuat sang istri dadakannya itu kaget.
“Ehh.. udah sampai ya kak?”. Tanya Aliya yang masih berusaha mengembalikan kesadarannya.
Kekehan kecil terdengar dari mulut Dipta saat ia melihat tingkah Aliya yang menurnya begitu menggemaskan. “Kita sholat magrib dulu ya habis itu kek kantorku. Kayaknya kita gak bisa ke rumah dulu deh. Gak papa kan?”. Jelas Dipta selembut mungkin.
“Hemm. Gak papa kok kak terserah kakak aja”. Jawab Aliya sambil melepas sabuk pengaman untuk mulai meninggalkan mobil menuju masjid dan hal itu juga dilakukan pula oleh Dipta.
Mereka keluar dari mobil bersamaan. Namun berpisah saat sudah memasuki wilayah masjid.
Beruntung mereka bisa sholat berjama’ah berbarengan dengan imam masjid.
Perjalanan mereka lanjut tak sampai setengah jam untuk sampai ditempat yang dimaksud oleh Dipta.
Gedung tinggi di atas sana adalah tempat pertama yang dituju oleh Dipta. Memarkirkan mobil di basement gedung dengan berat hati Dipta meminta Aliya untuk tetap tinggal di dalam.
“Kamu bisa menungguku sebentar disini”. Pinta Dipta Kepada sang istri. Tanpa menunggu jawaban dari Aliya Dipta langsung meninggalkan mobil dengan sedikit berlari ringan. Tampak sekali bahwa dia begitu terburu- buru.
Lumayan lama Dipta berada di dalam gedung itu hingga ia kembali tampak Aliya sudah memejamkan matanya untuk yang kesekian kalinya selama perjalanan beberapa jam.
Senyum kecil terbit dari mulut ya. Memandang wajah cantiknya sesaat sebelum ia kembali menjalankan kuda besinya menuju tempat tujuan selanjutnya.
Wajah yang yah setandar menurutnya mencoba menilai. Tapi entah mengapa ada aura yang begitu ketara diantara ia dengan mereka di luaran sana yang tampangnya lebih cantik berkali- kali lipat.
Akhirnya sang kuda besi mulai meninggalkan parkiran gedung dengan kecepatan sedang. Tiba- tiba ia teringat percakapannya dengan sang ayah mertua sebelum akad dadakan fajar tadi terlaksana.
Benar kata mama perempuan yang sekarang tengah duduk dibangku samping kemudi itu benar- benar istimewa. Kali ini bukan ia yang merasa tinggi akan segala aspek tapi ia merasa bahwa wanita seperti inilah memang yang ia butuhkan. Bukan wanita diluaran sana yang entah lah ia tak dapat menjelaskannya.
Sang ayah mertua tak banyak memberi pesan tapi beliau sangat- sangat senang membicarakan putri tunggalnya itu dengan penuh rasa sayang. Ia bercerita bagaimana kebiasaan sang putri saat di rumah yang ternyata itu adalah hal yang sangat langka bisa beliau lihat semenjak sang putri lulus dari jenjang sekolah menengah atas.
Perpulangnnya kali ini pun adalah perpulangan sang putri pertama kali setelah satu setengah tahun lebih tak pernah menginjakkan kakinya di rumahnya sendiri. Itu pun berkat desakan dari mbah yai yang ternyata adalah guru dari kedua mertuanya.
Dan sedikit hal yang membuatnya sedikit tak habis pikir adalah ternyata kedua mertuanya itu dahulu juga sepertinya saat ini. Hanya kehidupannya yang membedakan antara kisahnya dengan kisah kedua mertuanya itu.
Mereka berdua dari latar pendidikan dan juga keluarga yang tak jauh berbeda. Keluarga yang sangat mengedepankan ilmu agama dalam segala aspek kehidupan. Sedangkan keluarganya sendiri begitu jauh akan hal itu.
Kedua orang tuanya mulai mengenal hakikat dari orang beragama yang sebenarnya saat ia masih berada di bangku sekolah menengah dan sang kakak pertamanya pun sudah menikah saat itu.
“Jangan gegabah salam menghadapi urusan rumah tangga, hadapilah setiap masalah dengan kepala dingin”. Dan lagi “putriku itu sejatinya adalah wanita yang begitu keras dan juga tegas dalam waktu yang bersamaan dan lagi dia juga adalah wanita yang sangat peka akan keadaan orang- orang di sekitarnya tanpa orang itu memberitahunya sekali pun walaupun segala sifat baiknya itu sangat sering ia tutupi dengan kejudesannya yang sebenarnya sangat ketara”.
Itu kalimat yang masih terngiang- ngiang dalam ingatannya sedari pagi tadi. Dan juga ku berfikir bisakah aku memulyakan istri seistimewa itu atau malah ternyata segala sikapku nanti akan membuat ia tak nyaman. Hal itu sedikit membuatku takut kali ini.
Melihat ia begitu diratukan oleh kedua orang tuanya. Apakah ia juga bisa meratukannya seperti mereka atau malah menjadi siksaan untuknya.
Huh berat rasanya otak ini berfikir segala kemungkinan yang akan datang.
kalo siang ada jadwal yang lebih penting.
makasih ya dukungannya🙏🙏🫶🫶