"Bila aku diberi kesempatan kehidupan kembali, aku berjanji tidak akan mencintaimu, Damian. Akan ku kubur dalam-dalam perasaan menyakitkan ini. "
Pernikahannya sudah menginjak usia tiga tahun. Namun, cinta Damian tak bisa Helena dapatkan, tatapan dingin dan ucapan kasar selalu di dapatkannya. Helena berharap kehidupan pernikahannya akan terjalin dengan baik dengan adanya anak yang tengah di kandunginya.
Namun nasib buruk kembali menimpanya, saat tengah dalam perjalanan menuju kantor Damian untuk mengatakan kabar baik atas kehamilannya, kecelakaan masal tak terduga tiba-tiba menimpanya.
Mobil dikendarainya terpental jauh, darah berjejeran memenuhi tubuhnya. Badannya sakit remuk redam tak main, lebih lagi perutnya yang sakit tak tertolong.
Lebih dari itu, rasa sakit dihatinya lebih mendalam mendengar ucapan dan umpatan kasar Damian padanya saat Helena menelpon untuk meminta pertolongan pada Damian-suaminya.
"Mati saja kau, sialan! Dengan begitu hidupku akan terbebas dari benalu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tujuh
"Kamu percaya sama omongan aku, Na. Kamu cuekin Damian, perhatian yang sering kamu berikan, gak usah kamu lakuin lagi. Percaya deh, pasti Damian bakal uring-uringan dan nanyain kenapa kamu tidak peduliin dia lagi, aku curiga banget Damian sebenarnya ada perasaan sama kamu. "
Ucapan Tari di restoran tadi, terus terngiang-ngiang di benak Helena. Dahinya mengerut, menatap pantulan dirinya di cermin meja rias. Helena baru selesai membersihkan diri setelah pulang dari pertemuannya dengan Tari hingga sore jam empat baru dirinya tiba di rumah.
"Damian memiliki rasa padaku? " gumamnya, mengingat kembali ucapan Tari. "Seperti hanya omongan kosong saja. "
"Mana mungkin Damian suka padaku, melihat muka ku saja dia sudah muak. " lanjutnya. Helena menggeleng-geleng kepalanya, tidak percaya.
Tapi penasaran juga, apa dia mengikuti apa yang Tari katakan tadi? Berlaku tidak peduli lagi dengan Damian, apa laki-laki itu akan merasa kehilangan nantinya? Ahhh, Helena jadi penasaran, dirinya juga ingin membalas dendam.
Helena mengangguk-angguk kepalanya– menanda setuju dengan pikirannya barusan. Dia akan balas dendam dengan Damian, kata-kata kasar yang sering Damian layangkan padanya, akan Helena lempar balik ke Damian. Biar laki-laki itu tau bagaimana rasa sakit dialaminya selama ini.
•••••••
Damian pulang kerja tepat jam makan malam tiba, memasuki rumahnya. Hanya keheningan di dapatinya. Biasanya, akan ada Helena yang selalu menunggu kepulangannya diruang santai sambil menonton tayangan televisi, mengambil tas kerja dan jas nya. Helena akan terus berceloteh menanyakan bagaimana keseharian Damian di perusahaan.
Saat itu Damian akan memarahi Helena karena terlalu bisik, namun kali ini. Damian jadi merindukan kehadiran dan kebisingan Helena, suasana dan perubahan baru Helena, begitu mengusik pikiran Damian, dia tidak menyukai keadaan yang dulu sering di inginkannya.
"Mas Damian, baru pulang kerja? " Bi Ayu datang menyambut kepulangan Damian, dia tadi mendengar suara sepatu Damian memasuki ruang tamu, dia datang menghampiri untuk menyambut, mengingat perubahan Helena sekarang yang tidak pernah lagi menyambut kepulangan Damian seperti biasanya.
"Helena mana, Bi? Lagi masak makan malam, di dapur? " tanya Damian, menundukkan dirinya di sofa ruang tamu, dia sibuk membuka jas yang terasa menyesakkan di badannya, melepaskan juga jam tangan yang melingkar di pergelangannya.
"A-anu, ibu ada di kamarnya, mas. Dari pulang sore tadi, ibu gak keluar dari kamar sampai sekarang. "
Damian terdiam mendengar jawaban Bi Ayu, "Jadi makan malam ini bibi sendiri yang masak? Emang Bi Ayu gak pulang kerumah? "
"Saya malam ini menginap disini, mas Damian. Anak saya ada di rumah pamannya, saya juga gak berani tinggal sendiri dirumah. " kata Bi Ayu, dia tadi udah izin sama Helena saat majikannya itu pamit ingin pergi tadi pagi menemui temannya.
Bi Ayu emang kadang menginap di rumah ini kalau anaknya lagi menginap di rumah keluarga Bi Ayu. Damian tidak mempermasalahkan, karena rumah ini memang mempersediakan kamar untuk ART, berhubung Bi Ayu tidak menginap, kamar itu kosong tidak ada yang menepati. Sedangkan pak Tarno tinggal di pos depan rumah, yang memang menyediakan tempat tidur dan kamar mandi dalam, pos depan juga ukurannya terbilang cukup besar dan luas.
"Saya mau bersih-bersih badan dulu, nanti Bi Ayu panggilkan Helena buat makan malam sama saya, kalau dia tidak mau, bibi paksa saja. " setelah mengatakan itu, Damian beranjak dari duduknya di sofa menuju kamarnya.
Bi Ayu menatap kepergian majikannya itu sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Mas Damian, ini. Aneh ya sekarang, tumben-tumbennya perhatian sama ibu, biasanya juga cuek, suka marah-marah. " celetuknya, menatap pintu kamar Damian yang tertutup.
"Bibi kayak lagi masuk di dunia sinetron aja. " gumam wanita baya itu. maksudnya, dunia sinetron yang sering Bi Ayu nonton, yang ceritanya mirip sekali dengan kehidupan pernikahan Damian dan Helena.
Bi Ayu menggelengkan kepalanya, membuang jauh pikirannya. Dia melangkah menuju kamar Helena yang berada di lantai dua, sedangkan Damian kamarnya ada di bawah- lantai satu, kamar khusus untuk tamu.
Damian dari awal menikah emang udah niat banget gak mau satu kamar dengan Helena. Jangankan satu kamar, berdekatan saja dia tidak mau, padahal Damian bisa saja pilih kamar yang letaknya di lantai dua dekat Helena. Tapi karena dia benci pernikahan ini dan Helena, Damian memutuskan menepati kamar bawah– kamar tamu.
'Tok'
'Tok'
"Bu Helena. " Bi Ayu mengetuk pintu kamar Helena, telinganya didekatkan pada daun pintu untuk memastikan apakah Helena di dalam tengah tidur apa tidak.
'Tok'
'Tok'
"Bu Hele–
'Ceklek'
Pintu terbuka membuat bi Ayu hampir saja jatuh ke depan kalau Bi Ayu tidak menjaga keseimbangan tubuhnya. Menggaruk kepalanya dengan canggung saat menatap Helena di depannya.
" Kenapa, Bi? "
"Itu, bu. Mas Damian suruh Bi Ayu manggilin bu Helena buat turun ke bawah meja makan. " ujar Bi Ayu, mengatakan apa yang disuruh Damian padanya.
"Saya tidak ikut makan malam, Bi. Bilang ke Damian, saya mau langsung tidur saja. " Helena hendak menutup kembali pintu kamarnya. Namun, Bi Ayu dengan gerakan cepat menahan pergerakan Helena.
"Mas Damian, ancam saya bu. Kalau bu Helena gak mau ikut makan malam, saya bakalan dipecat. " ujar Bi Ayu berbohong, Damian gak ada bilang bakalan pecat Bi Ayu, tapi majikannya meminta Helena untuk menemaninya makan malam, bagaimana pun caranya. Jadi Bi Ayu menggunakan cara ini, Helena juga gak mungkin dengan teganya membiarkan Bi Ayu dipecat begitu saja hanya karena Helena tidak ikut makan malam.
Helena menghembuskan nafasnya, kembali membuka pintu kamarnya dengan lebar, mengikuti Bi Ayu ke bawah meja makan. Membuat wanita baya itu menyunggingkan senyum lebarnya.
"Damian udah pulang kerja, Bi? " tanya Helena, dia menuruni tangga dengan Bi Ayu yang mengekori di belakangnya.
"Baru pulang, bu. Mas Damian lagi membersihkan diri dikamarnya, tadi mas Damian juga nyariin ibu kenapa gak tungguin mas Damian pulang seperti biasanya. "
Helena mengernyit dahinya, "Beneran? " tanyanya memastikan.
Bi Ayu mengangguk cepat kepalanya. Damian emang nyariin Helena tadi, tapi tidak menanyakan kenapa Helena tidak menunggunya pulang kerja seperti biasanya, Bi Ayu cuman menambahkan, dari raut wajah Damian tadi, Bi Ayu bisa menyimpulkan kalau suami dari Helena itu kebingungan tidak mendapati Helena yang biasanya akan duduk menunggu kepulangan Damian diruang santai.
Helena kembali mengernyit dahinya, apa ucapan Tari tadi adalah kebenaran, ya? Damian akan merasa kehilangan saat perhatian yang dulu Helena berikan tidak di dapatkannya lagi. hmm, Helena akan mencoba mengikuti apa yang ucapkan Tari nanti.
Walau tujuannya memang seperti itu saat tau dirinya diberikan satu kesempatan hidup kembali, membuang dan tidak mengharapkan cinta dari Damian.
"Ibu tidak mau membuatkan kopi buat, mas Damian? " suara Bi Ayu kembali terdengar saat Helena hendak menarik kursi untuk didudukinya.
"Kenapa–
" Saya mohon, bu. Ibu Helena tega ngebiarin saya dipecat sama, mas Damian? " Bi Ayu memotong cepat ucapan Helena yang hendak menolak tawarannya untuk membuatkan kopi untuk Damian.
Lagi-lagi, Helena terpaksa harus mengikuti apa yang di mintai Bi Ayu. Dan lagi-lagi, senyuman penuh kepuasan wanita baya itu tunjukkan.
Bi Ayu pamit ke belakang gazebo rumah untuk makan malam bersama pak Tarno, membiarkan Helena di dapur seorang diri yang tengah membuatkan kopi untuk Damian.
Bertepatan selesainya membuat kopi dan dibawanya ke meja makan. Damian datang dengan badan yang sudah segar sehabis mandi, laki-laki itu menatap intens Helena yang baru keluar dari dapur dengan segelas kopi yang disimpannya di atas meja– depan Damian duduk.
"Kamu membuatkan kopi untuk ku? " Damian menyesap kopi buatan Helena dengan wajah penuh kepuasan, dia merindukan kopi buatan Helena, sudah beberapa hari ini tidak minum kopi.
"Piring ku masih kosong. Jangan lupa ambilkan makanan untukku juga, " pinta Damian. Melihat Helena yang mengambil makanan untuknya sendiri.
"Kenapa aku harus melakukannya? " Helena dengan berani melawan, dia akan membuang kembali kata-kata tajam yang pernah dilontarkan Damian padanya.
"Kamu istriku. " jawab Damian dengan lugas, kurang suka dengan sikap Helena yang membantahnya.
"Baru mengakui kalau aku istri kamu? " ujar Helena dengan kekehan kecil tanda mengejek, mengusik ketenangan Damian. "Selama ini kamu menganggap aku, apa? Benalu? Pengganggu? Bukannya kamu tidak suka dengan pernikahan ini. "
Damian sudah tidak minat dengan makanan didepan matanya, kata-kata Helena barusan entah mengapa menusuk hingga ke relung hatinya. "Aku memang tidak pernah menyukai pernikahan ini. " dengan egonya, Damian menjawab, melipat tangannya didepan dada.
Menatap remeh Helena didepannya, bila kata-kata itu dia lontarkan. Helena biasanya akan memohon minta maaf padanya, memohon padanya untuk jangan mengucapkan kata-kata keramat yang sering Damian ucapkan.
Namun, balasan yang dilontarkan Helena membuat Damian meluruhkan wajah sombongnya.
"Kalau begitu, kita bercerai saja. "
semangat 💪💪💪