Anaya tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah dalam waktu satu kali duapuluh empat jam. Dia yang hanya seorang anak yatim dan menjadi tulang punggung keluarganya, tiba-tiba di saat dirinya tengah tertidur lelap dikejutkan oleh panggilan telepon dari seorang yang tidak dikenal dan mengajaknya menikah.
Terkejut, bingung dan tidak percaya itu sudah jelas, bahkan ia menganggapnya sebagai lelucon. Namun setelah diberikan pengertian akhirnya dia pun menerima.
Dan Anaya seperti bermimpi setelah tahu siapa pria yang menikahinya. Apalagi mahar yang diberikan padanya cukup fantastis baginya. Dia menganggap dirinya bagai ketiban durian runtuh.
Bagaimana kehidupan Anaya dan suaminya setelah menikah? Apakah akan ada cinta di antara mereka, mengingat keduanya menikah secara mendadak.
Kepo.. ? Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
°
°
°
Hujan gerimis menyambut pagi, membawa kesegaran dan keheningan. Namun, angin kencang menerpa kaca jendela menimbulkan suara berderak. Menghentikan pagi yang nyaman, mengusik Anaya dari tidur lelapnya.
Menggeliatkan badannya dengan mata terpejam lalu mengerjap sejenak sampai akhirnya membuka mata. Anaya segera bangun dari tidurnya, kemudian berjalan menuju jendela dan menyibakkan tirai. "Gerimis ternyata," gumamnya lirih.
Anaya kembali ke tempat tidur dan membangunkan Akmal-suaminya. "Mas... Mas Akmal, ayo bangun!"
Akmal menjawab, "Masih ngantuk, badanku lelah sekali."
Anaya mengingatkan. "Bukankah pagi ini Mas Akmal ada meeting dengan klien dari luar negeri?"
Akmal langsung membuka mata dan terduduk. "Jam berapa, Nay?"
Anaya tersenyum melihat jam. "Jam lima pagi. Cepat mandi, aku akan siapkan keperluan Mas Akmal."
"Terimakasih." Akmal bangkit dari duduknya, lantas dengan spontan mengacak rambut Anaya lalu memberikan kecupan pada pucuk kepala wanita tersebut. Dia segera berlari ke kamar mandi, meninggalkan begitu saja Anaya yang terpesona oleh perlakuannya.
"Ya Allah, bagaimana jika aku jatuh cinta lebih dulu pada suamiku? Apakah cintaku akan berbalas?"
Anaya tersenyum-senyum sendiri, merasakan wajahnya merona, dan hatinya menghangat. Dengan semangat ia menyiapkan keperluan suaminya. "Mas Akmal harus tampil sempurna pagi ini, supaya klien menaruh kepercayaan padanya. Ya Allah mudahkan lah segala urusan suamiku hari ini, aamiin." Ia lalu keluar kamar menuju ruang kerja.
Dari balik pintu kamar mandi, Akmal mendengarkan dengan saksama. Dia merasa terharu melihat ketulusan dan kepedulian Anaya padanya. Hatinya terasa hangat dan nyaman, ia merasa bersyukur keputusannya menikahi Anaya tidak salah.
Bergegas dia keluar dari kamar mandi menuju tempat tidur, di mana Anaya menaruh pakaian untuknya. Bibirnya langsung mengembangkan senyum, begitu melihat pakaian yang disiapkan oleh istrinya.
Sementara di bawah, Anaya mempersiapkan tas kerja berikut dokumen yang dibutuhkan untuk meeting dengan klien nanti. Setelah itu dia ke dapur membuat sarapan yang cukup simpel. Sandwich dan segelas susu hangat.
Anaya tersenyum saat melihat Akmal turun dari tangga menuju ke meja makan. Ia segera menyambutnya. "Selamat pagi, Mas," Lalu mencondongkan tubuhnya lebih dekat dan berbisik, "Tolong, lakukan peranmu dengan baik, Mas!"
Akmal tersenyum. "Selamat pagi, Sayang." Akmal memberikan kecupan dan mengacak pucuk kepala istrinya seperti yang ia lakukan saat di kamar. Dan sepertinya akan menjadi kegiatan rutin yang akan dilakukannya setiap saat, setiap waktu sesuka hatinya.
Apa yang dilakukan Akmal pada Anaya, tentu saja membakar hati Khanza yang mengintip dari balik pintu kamarnya. Akmal memang tidak menyadarinya, tapi mata Anaya sangat awas untuk mengetahui hal itu.
Selesai sarapan Akmal pamit berangkat karena Alfa sudah menjemputnya. Anaya memberikan kotak bekal. "Mas, ini kalau nanti Mas Akmal merasa lapar, jangan lupa di makan, ya." Lalu mencium takzim punggung tangan sang suami.
Akmal menerimanya kemudian mencium kening Anaya penuh kasih sayang, sedangkan Alfa diam terpaku di tempatnya saat tahu siapa wanita yang bersama bosnya.
"Bukankah dia gadis manis yang kemarin memberiku kotak makan. Astaga, apakah dia...? Tapi tidak mungkin...!" Alfa tidak melanjutkan ucapannya sebab Akmal sudah mengajaknya untuk segera berangkat agar tidak terlambat.
Anaya masuk kembali ke dalam rumah, masih dengan senyum terukir di bibir mungilnya.
Khanza menghadang langkah Anaya, seraya melipat kedua tangannya di depan dada. "Tidak usah kege'eran. Apa kamu yakin, Kak Akmal sudah move on dari Risna mantan calon istrinya?"
Anaya menyingkir dan melewati Khanza begitu saja, tidak terpancing sedikitpun oleh ucapan gadis itu.
Merasa geram diabaikan oleh lawan bicaranya, Khanza langsung menarik rambut Anaya. "Copot copot copot, sakit woiii...!" Anaya berseru dan berusaha melepaskan diri tapi tarikan Khanza terlalu kuat.
"Dengar perempuan udik, aku tidak suka diabaikan!" pekiknya pada Anaya.
Namun dengan gerakan cepat dan tak terduga, Anaya memutar tubuhnya, lalu menendang tulang kering Khanza hingga membuat gadis itu jatuh terjengkang, secara otomatis tarikannya langsung terlepas. Dia tampak meringis kesakitan sambil memegangi betisnya.
"Sikapku tergantung sikap kamu terhadapku," Anaya langsung melenggang begitu saja menuju kamarnya di lantai atas, tanpa peduli pada Khanza yang masih terduduk di lantai merasakan nyeri luar biasa pada kakinya.
"Dasar perempuan udik...aku pasti akan membalasmu...! Aaaarrgghhh...!" Khanza berteriak geram sambil menghentak salah satu kakinya.
Di kamarnya, Anaya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sambil bernyanyi kecil Anaya keluar, lalu memakai pakaiannya. Tak lupa ia menyapukan make up tipis untuk menunjang penampilannya. Lantas dengan langkah pasti di melangkah keluar dari kamarnya menuju lantai bawah.
Khanza menatap kedatangan Anaya dengan sengit. "Hai, perempuan udik...! Kamu harus bertanggung jawab. Kalau tidak, aku akan mengadukan kelakuanmu pada Kak Akmal, atau pada Budhe, biar kamu dipecat jadi menantunya!"
Namun Anaya tetap melangkah menuju meja makan tanpa terusik sekalipun pada ucapan rivalnya. Ia meraih roti dan mengolesinya dengan selai kacang coklat. Anaya menikmati setiap gigitan rotinya, sambil menghubungi seseorang. Ia segera menyelesaikan sarapannya, lalu buru-buru keluar dari rumah menunggu kedatangan sahabatnya.
"Yaaa...! Dasar perempuan udik tidak punya hati, aku benci kamu!!!
Kata-kata itu sukses membuat Anaya menghentikan langkahnya, lalu berjongkok, "Dengar ya, Nona Muda gaul, aku memang udik, tapi sikapku tidak udik sepertimu!"
Bersamaan dengan itu, Ersa datang dan menyaksikan sahabatnya berjongkok di bawah. "Nay, kamu sedang apa? Ayo berangkat!"
"Sebentar, aku sedang mengurus tikus kecil yang merepotkan," ucap Anaya, membuat Ersa penasaran lalu mendekat.
"Ingat, jaga batasanmu jika masih ingin tinggal di sini dengan nyaman. Jangan sampai aku melemparmu dari rumahku." Anaya lantas berdiri dan mengajak Ersa berangkat ke kantor.
"Aaaagghhh,,,, kenapa jadi begini? Kenapa aku bisa kalah sama perempuan udik itu!" Khanza berteriak histeris sambil memukul-mukul lantai marmer di bawahnya.
°
Dalam perjalanan ke kantor Ersa penasaran, lalu bertanya, "Siapa yang kamu maksud tikus kecil yang merepotkan, Nay?"
Anaya menarik napas dalam sebelum menjawab, "Dia... adik sepupu Mas Akmal katanya. Tapi tatapan matanya begitu memuja. Sepertinya dia berusaha ingin memisahkan aku dengan Mas Akmal."
"Atau jangan-jangan, dia juga yang memisahkan Kak Akmal dengan mantan calon istrinya," tebaknya kemudian.
Ersa menanggapi. "Bisa jadi begitu. Dan aku rasa itu masuk akal. Tapi sebaiknya tanya Adzana, kamu cukup mengirimkan foto dan namanya saja. Biarkan dia yang bekerja."
"Oke...!" Anaya kemudian mengirim pesan pada Adzana.
°
Akmal telah selesai bertemu dan melakukan rapat bersama kliennya. Dari pertemuan tersebut terjalin kerjasama antar dua perusahaan yang saling menguntungkan. Akmal keluar dari ruangan rapat sambil senyum lebar, menandai kesuksesan pertemuannya dengan klien. Wajahnya berseri-seri, dia merasa lega dan puas karena dari kerjasama itu akan membawa dampak positif bagi perusahaan. Langkahnya ringan, penuh antusiasme, siap menyongsong hari dengan semangat.
Di dalam mobil Alfa ikut tersenyum menyaksikan bosnya yang terus menyunggingkan senyumnya.
"Alhamdulillah, Fa. Semua berkat doa istriku. Dia dengan tulus mendoakan agar segala urusan kita dimudahkan oleh Allah. Dan aku masih ingat ekspresi wajahnya yang berbinar begitu manis." Akmal begitu gembira.
"Maaf, Bos. Kalau boleh tahu, apa gadis yang tadi pagi itu benar-benar istrinya, Bos?" tanya Alfa penasaran.
"Ya iyalah, dia istriku. Aku sangat bersyukur pada akhirnya bisa menikah dengannya dan bukan dengan yang lain." Akmal menjawab dengan yakin.
Ciiitttt....
Alfa mengerem mobilnya mendadak. Kata demi kata yang diucapkan oleh Akmal, bagai ribuan jarum yang menusuk hatinya. Dia menunduk, matanya tergenang air mata. Dia merasa terpukul dan patah hati.
Akmal yang merasa terkejut menatap Alfa dengan heran.
°
°
°
°
°
Wah, ternyata Alfa jatuh cinta pada orang yang salah.😭😭😭
Astaga, Akmal yang mau bermanja-manja/Facepalm/