Menikah politik dengan seorang Kaisar yang sangat bejat, membuat sosok Mattias Glory Lattish memutuskan untuk mengkudeta suaminya sendiri dan membebaskan rakyat dari kemiskinan yang mengakibatkan mereka putus asa di setiap hembusan nafas mereka.
Namun semuanya tak seperti yang dibayangkan Glory, tak semudah kata yang diucapkan. Semuanya sungguh sulit, karena kuasa Kaisar yang bersifat mutlak, membuat Glory harus melihat bagaimana darah mengalir tanpa henti dari orang-orang yang membelanya.
Berbagai percobaan pembunuhan dan siksaan berat terus dilalui Glory, membuat semangatnya terkadang luntur dan ingin menyerah. Bahkan membuat tekadnya yang berkobar melemah, dan menjadikannya sebagai sosok Permaisuri yang hancur.
Namun sebuah kabar menggetarkan Kekaisaran, saat sang Kakak Kaisar yang merupakan 'takdir Riyue' kembali dari wilayah Utara Kekaisaran. Akankah rencana Glory berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rzone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Ular Vs Rubah
Aslan akhirnya tinggal di Istana Permaisuri, tentu saja bukan sebagai Ksatria apalagi sebagai Duke. Dia tinggal sebagai tukang kebun, meski dia seorang Duke namun jangan remehkan dia untuk hal mengurus tanaman.
Keesokan harinya, Glory mendapatkan sebuah kertas dari Istana utama bersama dengan satu kantong uang. Glory memperhatikan jumlah uang didalamnya dan menghitung ulang semuanya.
Kenyataannya uang yang dirinya terima bahkan tak akan bisa membeli seekor anak kuda, Bagaimana bisa jumlah sekecil itu dikatakan sebagai anggaran Permaisuri.Permaisuri Kekaisaran Lattish, alias Alena memiliki anggaran yang bahkan seribu kali lebih banyak dari anggaran ditangan Glory saat ini.
“Yang benar saja!” Gerutu Glory sampai tak habis pikir dengan semua kejadian yang ada, bahkan ada orang yang sampai ingin merebut keuangannya juga.
“Kenapa?” Tanya Asalan yang tengah membersihkan taman.
“Hei, ini setara dengan gaji tukang kebun Paman. Mana ada anggaran Permaisuri sekecil ini? Ini bahkan tak akan bisa membeli satu gaunku.” Gerutu Glory lagi, Aslan masih setia membersihkan taman.
“Anggaran di Lattish untuk Permaisuri memang tergolong besar, namun bila hanya sebegitu. Kau sudah tahu apa artinya bukan? Apa yang akan kau lakukan?” Tanya Aslan yang kini merasa penasaran.
“Guruku adalah Pemimpin Harimau Putih, dan saudaraku adalah para Ksatria Naga Putih. Aku tak akan membiarkan diriku yang berharga ini dihina oleh mereka!” Glory melangkah menuju istananya, sedangkan Aslan hanya geleng-geleng kepala melihat hal tersebut.
Glory mulai mencoret jumlah dari anggarannya dan menulis anggaran itu sendiri, tak lupa Glory juga membuat sebuah kertas lainnya, dan tulisannya sengaja Glory samakan, Glory tersenyum dan kembali melangkah keluar Istananya ditemani oleh Nana.
“Mau kemana?” Tanya Aslan melihat langkah Glory yang seolah tengah membara di bawah terik matahari.
“Aku mau mengambil hakku kembali!” Ucap Glory dengan tegas, Asalan terkekeh dan memberikan jalan.
Glory datang ke Istana Selir dan memberikan kembali kantong uangnya pada Selir yang tinggal di Istana tersebut. Selir yang tak tahu apa-apa tampak terperanjat dan menatap Glory dengan bingung.
“Apa ini Yang Mulia?” Tanya selir itu bingung, Glory duduk dengan santai di hadapan wanita itu.
“Siapa selama ini yang mengurus keuangan Istana?” Tanya Glory dengan tegas, selir yang merupakan anak seorang Marquess itu terdiam.
“Untuk urusan istana biasanya dilakukan oleh Lady Aletta. Adakah sesuatu yang kurang berkenan pada anda yang mulia?” Tanyanya tampak cemas, Glory menghela nafas panjang.
“Ya, tunjukan jalan dimana tempat tinggal wanita itu sekarang!” Perintah Glory, selir Kaisar yang merupakan selir kedua itu tersenyum dan mengambil syalnya dan mempersilahkan Glory.
Nana juga diminta pulang saja oleh Glory, dia tak ingin bila pelayannya mendapat masalah. Karena kali ini Glory sendang mencarinya, dia akan sedih bila masalah itu malah datang pada Nana, karena Glory-lah yang sedang mencarinya.
Mereka berjalan mengikuti sebuah lorong Istana hingga sampai di depan sebuah kamar yang sangat mewah, bahkan taman disana sangat indah dan jauh berbeda dengan Istana Glory dan Istana lainnya.
Brak!
Glory langsung membuka pintu tersebut tanpa aba-aba hingga sosok di dalam kamar itu terkejut dengan kedatangan Glory. Glory menatap wanita yang tak lain adalah Krisan itu dengan tajam dan menyerahkan satu kertas dan uang di tangannya.
“Anda menghina orang yang salah, Lady!” Ucap Glory tegas, tanpa diminta dia duduk di hadapan Krisan dengan wajah yang begitu kesal. Krisan berusaha sebisanya untuk tetap tenang menghadapi Glory.
“A-apa maksud anda?” Tanya Krisan bingung dan melihat kertas yang dibawa oleh Glory.
“Aku sudah membaca banyak buku Kekaisaran ini, berdasarkan dengan aturan Kekaisaran. Anda hanyalah tamu Kaisar di sini! Apa saya kurang jelas memberikan peringatan pada anda waktu ini Lady Aletta?” Glory menghela nafas panjang, pasti drama yang sama akan terulang bila Glory tidak hati-hati. Namun saat ini dia sudah memasang sihir di sekitar kamar tersebut dan pasti dia akan tahu bila Kaisar tiba-tiba saja datang ke tempat itu.
“P-peringatan apa?” Gugup Krisan, Glory terdiam dan memperhatikan bunga di atas pas besar di sudut ruangan kamar itu.
“Bunga tetaplah bunga! Kau mau menjadi apa? Lihatlah dirimu sendiri saat ini, bahkan cermin besar di kamar ini saja dapat memperlihatkannya dengan jelas. Kecuali anda memang buta!” Gertak Glory menatap para pelayan yang tampak ketakutan melihat Glory.
Glory terkekeh saat Kaisar ternyata datang juga, Glory tak akan terjebak pada permainan yang sama seperti sebelumnya. Maaf saja, sinetron bukanlah tontonannya. Dia hidup di atas realita yang keras, bagaimana bisa dia terjebak pada permainan ular. Rubah adalah makhluk yang kebal pada racun ular, camkan itu baik-baik!
Plak!
Glory menampar pipi Selir disampingnya, selir itu sempat oleng beberapa saat dan pintu akhirnya terbuka. Glory memasang wajah kecewa dengan cepat dan mengelus pipi Selir itu dengan lembut.
“Astaga apa yang anda lakukan Lady Aletta? Selir tak salah saat ini, mengapa anda menyalahkan dia?” Tanya Glory dengan wajah sedih, Selir yang masih dalam mode bingung kini mengerti setelah melihat Kaisar ada di belakang tubuh Glory.
“Selir hanya membantu saya untuk menuju ruangan anda, dia tak salah apapun. Bagaimana bisa anda menamparnya dengan sangat keras, bagaimana bila dia cacat seumur hidup? Atau mungkin gegar otak?” Ucap Glory sebisa mungkin dia menahan tawanya yang hampir meledak.
“Yang Mulia, saya tidak apa-apa.” Ucap selir itu tampak berusaha menenangkan.
“Tapi tetap saja, anda pasti sedih. Bagaimana bila Kaisar menjadi membenci anda karena wajah anda yang memiliki tato tangan seperti ini huhuhu..” Ucap Glory lagi, selir itu bahkan ingin tertawa melihat drama yang dimainkan oleh Glory kala itu.
“Ada apa ini?” Tanya Kaisar yang baru saja datang, dia memang datang terburu-buru saat tahu bila Glory dan selirnya datang ke ruangan Krisan.
“Anda sangat buta Kaisar! Ayo selir ikut saya!” Glory menarik lengan selir tanpa memberikan penjelasan apapun pada Kaisar gila itu, itu sengaja dilakukan Glory agar Kaisar merasa penasaran dengan apa yang sebenarnya telah terjadi kala itu.
‘Oweek, pengen muntah aku. Lihat saja, kau pikir rubah sepertiku akan kena tipu muslihat yang sama?’ Gerutu lagi Glory dengan senyumannya, dia datang ke Istana selir dan mereka tertawa saat sampai di Istana itu.
“Hahah, bagaimana anda bisa melakukan itu?” Ucap selir tersebut, yang tertawa dengan nafas tersengal. Meski pipinya dijadikan tumbal, namun dengan sangat jelas Glory menahan ayunan tangannya, meski bunyinya terdengar amat nyaring, namun tamparan itu tak akan menyakitinya sama sekali.
“Aduh, mana pipinya. Sakit tidak?” Tanya Glory meminta selir itu duduk di sofa agar Glory dapat mengobatinya.
“Aku juga muak dengan drama seperti itu, lain kali cobalah lakukan. Wah, lihatlah pipi anda cantik sekali. Untunglah tidak sampai memerah,” Gumam Glory menempelkan sebuah obat di pipi selir itu.
“Anda pasti sedih saat tinggal disini dan tak mendapatkan perhatian Kaisar.” Ucap selir tersebut dengan menundukkan wajahnya, Glory memang tampak biasa saja. Namun berbeda dengan selir yang membutuhkan perhatian untuk kelangsungan hidupnya di kalangan Bangsawan.
“Tidak, aku justru bersyukur tidak menarik perhatiannya. Ah ya, siapa nama anda?” Tanya Glory dengan senyuman indah di bibirnya. Selir itu sempat terkejut, namun dia akhirnya mengerti maksud ucapan Glory saat ini.
kami masih menunggu kelanjutan ceritanya. semangat ya 💪💪🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
kami tunggu updatenya
semangat