Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Dan kini pandangan mata Moira terus tertuju pada Leon yang duduk berhadapan dengannya. Pria itu terus menghela napas berat sembari menatapnya serius, sebenarnya Moira tidak mengerti mereka ini sedang apa. Leon melempar ponselnya pada Moira, begitu saja untungnya Moira menangkap ponsel suaminya itu.
"Astaga!" Moira menatap tidak suka kepada Leon yang masih santai saja, seperti melempar kertas tidak berharga. Tangan Moira langsung membalikkan ponsel tersebut, terlihat layar ponsel Leon masih berada di room chat mereka tadi.
"Apa menurutmu sopan tidak membalas pesan seseorang?" Tanya Leon kepada Moira yang masih bingung, semakin membuatnya kesal. "Begini, kau sengaja tidak mau membalas pesanku. Bagaimana kalau aku sempat mati penasaran tadi karena menantikan balasan pesanmu?" Leon lebih memperinci lagi.
Moira memutar bola matanya malas mendengar apa yang Leon katakan, menurutnya Leon selalu saja punya kata-kata untuk cari keributan.
"Aku tidak suka pesanku kau abaikan seperti ini, kau tahu... banyak sekali orang yang ingin berkirim pesan padaku." Ujar Leon dengan sangat angkuh.
Sampai Moira mengetikkan sesuatu di ponselnya, sambil sesekali melirik Leon yang masih juga menatapnya. "Baiklah, lain kali aku tidak akan mengabaikan pesan Yang mulia Raja Leon lagi.." Moira mengalah saja.
Kedua tangan Leon bersedekap didada membaca apa yang Moira katakan, ia bangkit dari duduknya.
"Tugasmu tidak banyak, cukup diam saja dan perhatikan diriku." Kata Leon, ia berbalik badan untuk melihat kearah Moira.
Sesuai dugaannya jika Moira langsung menuju kearahnya untuk meminta penjelasan sepertinya. "Aku tidak mau bantahan!" Pertegasnya, Leon kembali membelakangi Moira.
Sepertinya Leon tidak menyadari jika Moira terus mengumpatnya dari belakang sana, bahkan Moira seperti ingin melemparkan ponselnya tepat mengenai wajah pria yang semena-mena itu. Rasanya sangat tidak masuk akal, itu berarti sama saja setiap hari Moira akan terus berhadapan dengan Leon.
Langkah Moira maju, ia memukul lengan Leon untuk memulai pembicaraan. Leon menoleh kearah Moira yang berada di sampingnya, menatap tangan Moira yang sangat lihai mengetik diponsel tersebut.
"Pekerjaan yang sangat tidak masuk akal, aku tidak mau terus bekerja di sisimu!"
Bibir Moira cemberut menandakan jika Moira tidak mau bekerja disisi Leon dan semua itu tidak bercanda. "Kenapa? hanya bekerja disisiku yang membuatku merasa jika kau akan aman. Ini semua demi keselamatanmu, Moira."
Moira terdiam jadinya, ia langsung meremas erat ponselnya. "Dengan kau bekerja sebagai penerjemah berita bahasa isyarat... kau kira Mama atau bahkan Ayahku akan tetap diam?"
"Mereka akan merasa jika kau sengaja menjadi mencolok di hadapan para media. Lalu kau akan dimaki atau bahkan_" Omongan Leon terhenti karena Moira menuliskan sesuatu. "Apapun itu demi keputusanku sudah final! Mau tidak mau kau tetap bekerja disisiku!" Pertegas Leon, tidak ingin ada bantahan lagi.
Leon ingin berlalu pergi tapi tangannya diraih oleh Moira hingga langkah pria itu terhenti. Moira menunjukkan ponselnya agar Leon membaca apa yang ia pikirkan dan rasakan.
"Biarlah kalau semua orang marah padaku karena hal yang aku sukai, aku sudah terbiasa dengan kemarahan orang-orang."
"Tapi..."
"Apa yang membuatmu peduli akan apa yang aku hadapi, kau tidak mencintaiku. Berhenti menjadi suami yang peduli jika semua yang kau lakukan hanya untuk tameng saja."
"Tameng? kau anggap semua yang aku lakukan kali ini hanyalah tameng?" Tanya Leon, diantara banyaknya kata-kata yang Moira tulis malah kata singkat itu yang ditanya. Dengan tanpa ragu Moira menjawab menganggukkan kepalanya, ia siap dengan kemarahan pria itu kali ini.
"Tameng, baiklah anggap saja memang seperti itu. Intinya aku suka melindungi dirimu, hal yang kau anggap tameng. Mulai hari ini kau hanya bekerja disisiku saja..." Leon menarik tangan Moira menuju bangku disamping bangku kerja miliknya.
Mengarahkan Moira untuk duduk disana, tangan Leon menekan pundak Moira agar tetap duduk ditempat yang sudah ia pilih.
"Jika tidak ingin maka tidak usah bekerja di mana pun!" Ucapnya, Leon berlalu pergi dari ruangannya untuk menghilangkan rasa amarah dihati.
Semua sikap baik yang ntah kenapa bisa Leon berikan untuk Moira dianggap hanya tameng. Padahal tidak pernah Leon peduli akan orang-orang sekitarnya, tapi bersama dengan Moira ia merasa harus melindungi wanita itu.
Bahkan Leon sudah melindungi Moira dari awal sebelum menikah, merasa kasihan Moira mendapatkan tekanan dari keluarga Dante hingga membuat Leon mengambil keputusan untuk keluar dari Mansion Utama. Semua itu murni Leon lakukan demi kenyamanan Moira, jangan sampai wanita itu merasa lebih tertekan lagi.
"Tameng, ck! Aku penasaran, kenapa sikap manis Theo tidak kau nilai sama saja seperti kau menilai sikapku!" Leon mengoceh disaat sudah sampai menuju balkon, tempat ia menumpahkan rasa sedih selama ini.
Tatapan mata Leon mendongak melihat langit cerah siang ini, tidak ada satupun di dunia ini yang pernah mendukung Leon. Sekalipun itu Ayah dan Mama yang sangat Leon cintai, semua orang itu hanya menanyakan tentang keberhasilannya. Dan kali ini Leon diperlakukan sama oleh Moira yang merupakan istrinya sendiri, ntah kenapa kali ini rasanya lebih sakit melebihi apapun.
"Kau bukannya mencintai aku? lalu untuk apa semua perlakuan baikmu kalau bukan hanya sebagai tameng saja!"
Uraian kata-kata Moira tadi sangat terlintas jelas dibenak Leon, seakan benar-benar menjadi tanda tanya dihati.
"Aku rasa benar yang dikatakan Moira, aku tidak mencintai dia... lalu kenapa aku selalu ingin melindungi wanita lemah itu?" Leon pusing sendiri memikirkan semuanya, ia menghela napas panjang sembari memijat pelipisnya yang terasa sakit.
Dari kejauhan David melihat Leon yang berdiri melamun, kalau sudah melakukan hal itu pasti Leon lagi banyak masalah. David ingin menghampiri sang Tuan, pasti masalah kali ini tentang Moira yang tidak terima dengan keputusan sepihak yang Leon ambil.
"Tuan.." David memanggil, Leon hanya diam berdiri tegak dengan kedua tangan tersimpan dikantong celana.
David berdiri disamping Leon, ia menghela napas panjang sembari menoleh kearah Leon yang tetap diam melamun.
"Kau tidak sadar juga, Tuan?"
"Sadar soal apa?"
"Soal jika kau sebenarnya telah jatuh cinta dengan Nona Moira?"
Leon melirik tajam David yang merasa tidak bersalah telah menuduhnya seperti itu. "Jangan bicara sembarangan! Aku tidak pernah jatuh cinta dengan wanita bisu, tahu!" Bantah Leon setegas tegasnya.