Bertemu kembali dengan mantan suaminya setelah dua tahun berpisah, itu adalah sebuah petaka bagi Ishara Guestone!
Seseorang yang berusaha ia hindari setelah menandatangi surat perceraian itu, kini mencoba untuk kembali menerobos masuk ke dalam kehidupan nya.
Lalu bagaimana kah kehidupan wanita berparas cantik seperti Ishara setelah kembali di pertemukan dengan mantan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Dia Orangnya
“Ini ruangan yang akan anda tempati untuk ke depan nya, Nona Ishara” Zeo membuka lebar pintu ruangan yang berada tepat di samping ruangan sang CEO.
“Ruangan ini terhubung dengan ruangan Tuan Vincente demi mempermudah komunikasi, dan di sana pintu penghubung nya” Zeo mengarahkan tangan nya ke arah sebuah pintu yang berada di dalam ruangan itu.
“Sebentar.." Ishara menelisik ruangan tersebut. “Tidak, seharusnya ini ruangan anda sekertaris Zeo. Karena saya hanya seorang direktur executive yang biasanya satu lantai dengan beberapa direktur lain nya”
“Tidak Nona, ini memang ruangan khusus direktur executive yang peran nya sama penting nya dengan Tuan Vincente. Dan ruangan saya ada di sebrang sana” Zeo kembali mengarahkan tangan nya ada pintu yang terbuka.
Dimana memang tepat di depan ruangan Ishara terdapat pintu bertuliskan ‘Secretary's room-- Zeo Khadrigt'
Tidak salah memang apa yang Zeo katakan, tetapi jelas ruangan ini bermasalah! Di White Dross walaupun jabatan nya adalah seorang direktur executive tetapi tetap saja, ruangan nya berada satu lantai dengan ruangan para direktur lain nya. Yang membedakan mungkin hanya luas dari ruangan.
“Nona bisa mempelajari berkas-berkas di atas meja tersebut terlebih dahulu, jika ada kesulitan atau hal yang ingin di tanyakan silahkan hubungi saya”
Mata Ishara pun tertuju pada beberapa berkas bertumpuk di atas meja kerja nya, namun bukan itu yang menjadi fokusnya. Melainkan bunga yang tidak asing di pengelihatan nya.
Bunga Tulip Tiga Warna!
“Saya permisi Nona” Zeo menunduk sesaat sebelum akhirnya berbalik dan pergi meninggalkan ruangan tersebut.
Ishara mengacuhkan kepergian Zeo dan berjalan mendekat menuju meja kerja nya dimana di kursi nya terdapat buket besar bunga tulip tiga warna.
Terdiam menatap bunga tersebut, Ishara pun akhirnya mengambil secarik kertas yang berada di atas bunga tersebut dengan tangan bergetar ragu.
‘Kita bertemu, My Amor’
Satu kalimat itu menjadi jawaban atas dugaan Ishara selama ini, tangan nya sontak langsung meremas kertas tersebut dengan pipi memerah.
“Agas.. Ternyata memang benar, kamu orang nya!..”
**
“Hahahahaha..” Suara tawa puas yang menggelegar di dalam mobil yang tengah berjalan membelah padatnya jalan raya di kota Croydon tersebut.
Terlihat guratan bahagia serta puas dari wajah pria yang hingga saat ini masih mengeluarkan tawanya.
“Tuan?”
“Lanjutkan” Agaskara mengusap sudut matanya yang sedikit berair saking kuatnya dia tertawa dengan rasa puas.
“Nyonya hanya diam begitu melihat buket bunga yang anda berikan, bahkan saat saya berpamitan pergi Nyonya menghiraukan nya”
“Bagus, setelah ini kita lihat apa yang akan wanita kecil itu lakukan” Agaskara tersenyum miring sekilas.
“Tapi sebelumnya mohon maaf Tuan, apa menambah ruangan untuk Nyonya di sebelah ruangan anda tidak akan memicu kontroversi oleh beberapa direktur lain nya?”
Jujur saja sejak awal di buatnya ruangan tersebut untuk Ishara, Zeo sangat ingin menanyakan hal ini hanya saja saat itu Tuan nya terlihat tidak dalam suasana hati yang bagus. Jadi demi mencari aman dan hidup lebih lama Zeo hanya menurutinya saja.
Agaskara menatap Zeo melalui kaca spion dalam mobil sekilas sebelum menunjukkan senyum liciknya yang tentu dapat Zeo lihat.
“Itu hanya sementara, Zeo”
“Baik Tuan” Zeo tidak ingin lagi melanjutkan pembicaraan tersebut begitu melihat ekspresi licik dari Tuan nya. “Tuan Hode telah sampai di tempat, Tuan” Lapornya begitu melihat ponsel nya.
“Baiklah memang sikap seperti itu yang patut di lakukan oleh tikus lapar”
*
Mungkin untuk pagi hingga siang ini Ishara belum memiliki tugas apapun, yang perlu ia lakukan adalah memahami pusat dari White Dross ini.
Jam makan siang tiba, tanpa keluar dari ruangan nya Ishara mengeluarkan bekal yang ia bawa.
Benar saja, bahkan saat ini ia tidak tau dimana kantin perusahaan tersebut. Sebenarnya bisa saja Ishara bertanya tetapi tidak untuk hari ini.
Pikiran nya sangat berantakan mengingat bahwa orang yang mengirimi nya bunga adalah mantan suami nya sendiri.
Dan selama tujuh bulan terakhir dirinya selalu merasa di awasi dan sepertinya dugaan nya tidak meleset. Bahwa itu salah ulah dari orang yang sama.
“Hah..” Ishara mengusap wajah nya, menatap bekal nya dengan tidak minat.
Padahal sebelumnya ia rasa masakan nya ini akan terasa nikmat untuk dimakan pada jam makan siang, namun tiba-tiba saja nafsu makan nya kembali menghilang.
Ceklek..
Ishara menoleh ke arah pintu yang tiba-tiba dibuka tanpa di ketuk terlebih dahulu. Dirinya langsung berdiri begitu mendapati sosok yang memporak-porandakan pikiran serta perasaan nya.
“Selamat si--”
“Aku lapar, apa yang kamu masak hari ini?” Potong Agaskara yang sudah masuk dan duduk di sofa tepat sebelah tubuh Ishara.
Pintu ruangan pun kembali tertutup rapat, namun yang menjadi keterdiaman Ishara adalah sikap seenaknya bos-nya ini.
“Maaf Tuan, ada keperluan apa anda datang ke sini?” Tanya Ishara menatap Agaskara masih dengan raut sopan nya.
Tanpa menyahut Agaskara langsung menarik tangan Ishara sehingga tubuh wanita itu terduduk tepat di samping nya.
“Aku tidak mengulang perkataan ku, cepat suapi!”
Tunggu, apa ini? Kenapa pria ini seenaknya menyuruh dirinya untuk menyuapi? Bahkan tanpa rasa malu sedikit pun! Jujur Ishara sangat kesal dan ingin menampar bahkan menjambak tatanan rambut rapih itu.
“Ara..” Agaskara berseru berat kala hanya mendapati keterdiaman Ishara.
Tangan Ishara terkepal, sekarang apa yang harus ia lakukan? Menurut atau mengikuti ego nya? Tetapi saat ini ia masih berada di dalam perusahaan yang dimana pria di samping nya ini adalah pemilik perusahaan nya.
“Ini tidak enak, sudah dingin dan--”
“Aku tidak peduli, aku lapar” Potong Agaskara berat.
“Lebih baik anda memesan makanan cepat saji saja dari restoran” Saran Ishara nyatanya hanya mendapat tatapan mematikan dari netra biru laut itu.
Bahkan kini tangan pria itu mendorong punggung nya hingga tubuhnya menempel dengan tubuh Agaskara.
“Suapi atau aku makan?”
Pertanyaan yang terdengar begitu ambigu di telinga nya membuat Ishara meneguk kasar salivanya.
“Sa-saya suapi” Ishara gugup, sungguh sangat gugup saat memori ingatan nya berputar begitu mendapat pertanyaan tersebut.
“Ayo suapi!” Wajah Agaskara terlihat begitu riang dengan penuh kemenangan.
“Lepaskan dulu” Pinta Ishara mencoba melepaskan tangan Agaskara yang melingkar di pinggang nya.
“Tidak”
...****************...
bakalan seruu ini mah dua orang adik kaka menyukai satu wanita yg sama
😁👍🌹❤🙏
heheee
kasian ishara terjebak
👍🌹❤😁🙏
cinta othor banyak-banyak 💞😍
waktunya Agas OR Alaska..??
👍🌹❤🙏
"sini Aku tampol kamu yg lagi demam" ujar ishara
hehee 👍🌹❤🙏😍😁
berasa bentar banget ni baca
boleh nambah lagi thor 🙏😁👍🌹❤
trims dari aku ibu² anak 3 🥰💜