Letnan satu Bisma Dwipangga patah hati setelah diputuskan oleh tunangannya. Hubungannya yang sudah terjalin cukup lama itu, kandas karena sebuah alasan. Demi sebuah jenjang karier yang masih ingin digapai, dr. Jelita Permata terpaksa mengambil keputusan yang cukup berat baginya.
"Aku ingin melanjutkan studiku untuk mengejar dokter spesialis. Kalau kamu tidak sabar menunggu, lebih baik kita sudahi hubungan ini. Aku kembalikan cincin tunangan ini." Dr. Lita.
"Kita masih bisa menikah walaupun kamu melanjutkan studi menjadi Dokter spesialis, aku tidak akan mengganggu studi kamu, Lita." Lettu Bisma.
Di tengah hati yang terluka dan patah hati, Bu Sindi sang mama justru datang dan memperkenalkan seorang gadis muda yang tidak asing bagi Letnan Bisma.
"Menikahlah dengan Haura, dia gadis baik dan penurut. Tidak seperti mantan tunanganmu yang lebih mementingkan egonya sendiri." Bu Sindi.
"Apa? Haura anak angkat mama dan papa yang ayahnya dirawat karena ODGJ?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Menjodohkan Haura Dengan Bisma
"Sudah mama duga, Jelita itu memang tidak cocok buat Bisma. Dari awal mama merasa dia itu terlalu mayor. Dia memang perempuan mandiri, mama suka perempuan seperti itu, tapi terlalu punya obsesi yang tinggi juga tidak baik. Sudah sering Bisma mengalah demi obsesi dia, tapi ujungnya seperti ini, Jelita terlalu egois. Sia-sia Bisma membersamai Jelita kalau hanya untuk jagain jodoh orang. Kalau tahu begini, lebih baik mama nikahkan saja sama Haura," omel Bu Sindi, di akhir kalimat entah sadar atau tidak ada nama Haura disebut.
"Haura, maksud mama, mama mau menjodohkan Haura anak angkat kita dengan Bisma? Apa-apaan mama ini, masa Bisma kita jodohkan dengan Haura. Bisma pasti tidak suka, karena Haura masih terlalu muda buatnya." Pak Saka protes sembari fokus nyetir.
"Terlalu muda bagaimana, perbedaan mereka hanya delapan tahun lebih, itu tidak masalah buat mama. Lagipula kalau Haura jadi mantu kita, antara papa dan Haura sudah menjadi mahramnya. Jadi mama tidak khawatir lagi jika papa ditinggal di rumah ini hanya dengan Haura, sebab Haura posisinya sudah seperti anak kandung sendiri," jelas Bu Sindi penuh penekanan.
"Papa paham, ma.Tapi, yang jadi masalah apakah Bisma suka jika kita jodohkan dengan Haura. Papa sih tidak masalah sepertinya, karena selama ini melihat Haura positif-positif saja, apalagi Haura masih muda dan anaknya terlihat sabar."
"Itu dia, Pa. Haura itu jauh lebih muda dari Bisma, dia juga perempuan sabar. Dia juga mandiri tapi tidak terlalu punya obsesi tinggi. Perempuan yang seperti ini yang cocok dengan Bisma yang sedikit keras kepala. Lagipula Haura ini anaknya penurut, dia juga perempuan yang lemah lembut dan sepertinya tidak suka berkata dengan nada keras kalau di depan suami. Yang Bisma butuhkan justru sosok perempuan seperti Haura, selain penurut dia juga bisa menghormati Bisma."
"Beda dengan Jelita, seandainya jadi menikah, mama khawatir Jelita justru terlalu mendominasi dan kesibukannya sangat padat, secara dia itu seorang dokter, terlebih sekarang dia ambil studi dokter spesialis," lanjut Bu Sindi lagi mengemukakan pendapatnya tentang Jelita.
Pak Saka tidak menyahut lagi, dalam pikirannya hanya meragukan sikap Bisma saja. Pak Saka yakin Bisma tidak mudah begitu saja menerima Haura, terlebih dia saat ini masih dalam keadaan kecewa oleh dr.Jelita.
"Tunggu sebentar, Pah. Apakah Papa tidak curiga dengan tamu pria yang tadi di rumah orang tua Jelita? Dia pindah ke dalam saat kita masuk ruang tamu, sepertinya pria itu sudah dekat dengan keluarga Jelita. Dari perawakannya, mama melihat dia seorang anggota juga. Jangan-jangan pria pilihan lain yang dimaksud mamanya Jelita adalah pria tadi. Ini akan jadi laporan buat Bisma, kebetulan mama juga tadi memotret mobil pria itu. Jangan-jangan Bisma mengenali laki-laki tadi," tutur Bu sindi mengutarakan pendapatnya mengenai pria yang dilihatnya tadi di rumah orang tua Jelita.
"Jangan ceritakan kedatangan kita ke rumah orang tua Jelita pada Bisma, papa takut Bisma marah dan tidak terima," cegah Pak Saka khawatir.
"Tidak apa-apa, Pa. Lagipula Bisma memang harus tahu kalau kita habis dari rumahnya Jelita pengkhianat itu, biar Bisma merasakan bahwa kita juga sama kecewanya seperti dia," usul Bu Sindi tidak mau dicegah. Pak Saka tidak lagi bicara, ia akhirnya menyerahkan keputusan kepada sang istri.
Mobil Pak Saka tiba di rumah. Saat mereka menuruni mobil, keduanya heran karena mobil Bisma tidak ada.
"Pergi ke mana Bisma?" gumam Pak Saka.
"Paling dia pergi ke rumah temannya, Pa. Ya, sudah, sebaiknya kita masuk saja. Mama sudah tidak sabar untuk segera menceritakan maksud mama pada Haura," girang Bu Sindi seraya berjalan dengan cepat ke dalam rumah.
"Ya ampun, Mama. Hati-hati jalannya, jangan cepat-cepat begitu. Tenang dulu jangan sampai grasa-grusu menyampaikannya, bisa-bisa Haura nanti kaget," peringat Pak Saka pada istrinya yang sangat antusias ingin menjodohkan Haura dengan Bisma.
***
Di lain tempat, Bisma kini sudah berada di rumah teman satu leting. Kebetulan teman satu letingnya baru pulang dari kampung halamannya di pulau Sumatera dan menikah.
"Silahkan masuk, Bro." Diman, teman satu leting Bisma menyambut dan mempersilahkan Bisma masuk. Di dalam rumah Diman sudah ada beberapa teman satu leting lainnya dan ada juga adik leting yang sengaja diundang ke sana.
Berhubung mereka tidak bisa menghadiri pernikahan Diman di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Diman memutuskan mengundang mereka datang ke rumah untuk membagikan oleh-oleh dari kampungnya di sana juga makan-makan. Terlebih Diman tahu diri, karena teman-teman satu leting dan adik leting sudah memberikan amplop saat Diman pergi ke kampungnya.
"Wong rumah belum diajak sekalian, Man?" tanya Bisma menirukan kebiasaan orang sana jika menanyakan istri. Wong rumah artinya istri menurut orang Lubuk Linggau atau wilayah di bagian Sumatera Selatan.
"Belum. Wong rumah masih sibuk mengurus surat kepindahan kedinasan," jawab Diman yang kebetulan istrinya merupakan seorang Bidan. Jika pindah dan ikut suami, butuh waktu kurang lebih sebulan untuk di acc, belum lagi syarat lain yang tentu saja menyita waktu.
"Kasihan banget kau Man, baru beberapa hari menikah sudah berjauhan," ledek yang lain diimbuhi tawa.
"Yang penting sudah setoran sebelum LDR-an," balas Diman, tak ayal apa yang diucapkannya mendapat kekehan dari semua teman-temannya.
"Kamu kapan pengajuan nikah, Bro? Kamu kata setelah pulang dari tugas Papua akan mengajukan nikah?" Diman bertanya pada Bisma, yang setahunya memang ada rencana mengajukan menikah setelah selesai tugas dari Papua.
"Tidak. Aku cancel."
"Lho, kenapa? Kamu masih dengan dr.Jelita itu, kan?" serobot Diman lagi, diikuti yang lain yang sangat kaget dengan jawaban Bisma.
"Semua batal gara-gara dia," sahut Bisma masih teka-teki.
"Dia, dia siapa? Dr.Jelita?" Diman mencoba meyakinkan.
"Siapa lagi kalau bukan Jelita."
"Alasannya?" korek Diman lagi masih penasaran.
"Alasannya, Jelita mau melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya ambil dokter spesialis. Dia bilang, dia tidak mau membuat aku menunggu lama karena studi dia yang memakan waktu kurang lebih empat sampai enam tahu," tutur Bisma sembari tatapnya lurus ke depan.
"Aku pikir itu hanya alasan saja, mungkin ada alasan lain yang membuat tunanganmu memutuskan hubungan," tebak Diman mengena.
"Itu, dia. Rudy pun sempat menemukan bukti kalau Jelita jalan dengan Danki," ujar Bisma.
"Danki kita? Mayor Erwan?" tanya Diman penuh rasa tidak percaya.
"Iya. Tapi itu menurut Rudy. Tapi aku masih belum yakin apabila aku tidak menemukan bukti sendiri kalau Jelita ternyata ada main di belakangku dengan pria lain, terlebih dengan Danki. Kalau benar, rasanya sakit dada ini," ungkap Bisma kembali sedih karena teringat akan keputusan dr.Jelita yang dianggapnya mengada-ngada dan tidak masuk akal.
kamu juga sering menghina Haura...
sama aja sih kalian berdua Bisma dan Jelita...😤
🤬🤬🤬🤬🤬🤬
cinta tak harus memiliki Jelita..siapa suruh selingkuh😁😁😁😁
ada ada aja nih jelita 😆😆😆😆😒
gak sia² si Bisma punya mulut bon cabe 🤣🤣🤣🤣
bilang aja kejadian yang sebenarnya...
Bisma salah paham...