Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insting
Anak buahnya mengerti ketika menerima perintah dari bos nya itu.
Malam keesokan nya itu rencana pun dimulai, lokasi Hana yang masih berada dikantornya.
Hari ini Hana lembur padahal langit sudah terlihat mulai gelap.
"Hahh.." Lenguh Hana yang sambil merenggangkan tubuhnya.
"Tahan sebentar lagi, aku akan selesai" monolog Hana yang mulai lagi mengetik sesuatu dari keyboard nya.
"Permisi" tiba-tiba suara pria datang sudah didepan meja Hana.
"Iya, anda mencari siapa?" Tanya Hana melihat pria tersebut.
"Pimpinan Leon memberikan ini" ucap pria tersebut menaruh box kecil berwarna ungu.
"Ini apa?" Tanya Hana.
"Cake manis, aku diminta mengantarnya. Permisi" terang nya lalu pergi meninggalkan box tersebut.
Hana pun membukanya benar ini cake krim putih, disana ada note.
...'Eat me.. Semoga kau suka'...
Hana tersenyum kecil, lalu ponsel nya bergetar tanda pesan masuk.
"Kau sudah terima cake nya?"
Isi pesan tersebut, dari Leon. Tak mau lama Hana pun menelfon nya.
"Hm" jawaban pertama dari Leon yang membuat Hana mendengus mendengar nya.
"Kenapa tiba-tiba mengirim cake?" Tanya Hana yang sambil melihat cake manis dari Leon.
"Kudengar James membuat mu lembur, jadi ku kirimkan yang manis" terang Leon.
"Terima kasih" jawab Hana masih menatap kue tersebut dengan senyum nya.
"Iya, kalau kurang manis. Aku akan datang menemani mu lembur" ujar Leon.
"Tidak perlu, kau malah akan menggangu ku. Ku tutup" tolak Hana yang langsung menutup panggilan tersebut.
...
Pukul jam 9 malam Hana sedang membereskan meja kerjanya yang tanda nya ia sudah selesai bahkan ia sudah mematikan komputernya, saat ingin mengambil tasnya tak sengaja tasnya menyenggol gelas kopi miliknya yang tinggal setengah.
Pyaaaaaarrr
Suara pecah gelas membuat kebisingan di ruang nya yang sudah sepi.
"Hahh.. Pecah" lenguh Hana menaruh tas nya kembali dan membersihkan pecahan kaca tersebut. Pecahan nya bahkan menyebar kemana-mana membuat Hana sulit menjangkaunya jadi dia hanya memungut yang terlihat besar.
Tak merasa ada apapun Hana turun menggunakan Lift, Lagi-lagi lampu dalam lift berkedip-kedip beberapa kali.
"Karena ini aku tidak suka lembur" ngeluh Hana lagi yang menyender ke dinding lift.
Sampai di luar gedung, melihat suasana kendaraan yang masih lalu lalang.
Hana pun menaiki bus yang biasanya, namun ia belum menyadari sejak tadi ada dua mobil hitam yang terus mengikutinya.
Sampai di pemberhentian bus, Hana turun, mobil satu berhenti, lalu mobil yang belakang nya juga berhenti.
Mobil depan keluarlah seorang pria dengan tato harimau, ia berjalan menuju dimana Hana berjalan, lalu mobil yang belakang ikut keluar itu anak buah Leon kirim untuk mengawasi.
Saat melewati gang, anak buah Leon tertinggal bahkan mencari keberadaan orang tadi.
Namun saat berbalik orang tersebut tepat ada didepan nya.
Buggghh
Satu pukulan mengenai wajah pria suruh an Leon bahkan sampai tersungkur. Lalu orang tersebut menyuntikkan sesuatu.
Suuukk
Langsung menusukkan jarum di paha kiri pria tersebut. Ia mencoba bangkit namun reaksi obat itu langsung membuatnya linglung.
Dan mata nya mulai rabun untuk memandang kedepan.
Dijalan Hana yang sedang memainkan ponselnya, ia terkejut setelah ada mobil berhenti disampingnya bahkan dengan rem mendadak.
Hana memundurkan langkahnya bersiap untuk lari, namun kalah cepat dengan pria yang keluar dari mobil, Hana dibekap mulutnya dan seketika langsung pingsan, dengan cepat pria tersebut mengangkut tubuh Hana dalam mobil.
Meninggalkan handphone serta tas Hana tergeletak begitu saja.
Di belakang pria suruhan Leon melihat kejadian itu meski penglihatan rabun dan perlahan tak sadarkan diri.
...
Plaaaakk
Plaaaakk
Plaakk
Terdengar 3 kali tamparan yang terdengar menyaring, Leon menampar pria yang ia suruh mengikuti Hana, namun kini Hana telah diculik.
Meski tamparan itu keras, pria itu sama sekali tidak bergeming, seperti pantas menerima hukuman tersebut.
Leon marah tapi wajahnya tambah terlihat dingin, tatapannya semakin tajam.
"Maafkan saya bos" hanya kata tersebut yang terus terucap.
Leon pun tak menjawab, melainkan berjalan menuju meja disana seorang pria yang sedang melakukan sesuatu pada laptopnya.
"Jika aku tidak menemukannya dalam 24 jam ini, tanganmu akan hilang" ujar dingin Leon yang tangannya dilipat di dadanya.
"Maaf Bos.. Aku akan menemukannya" ujar pria tersebut.
Leon tetap tenang, melihat ke arah laptop tersebut.
"Bagaimana?" Tanya Leon.
"Rekaman CCTV berakhir disini, selanjutnya tidak ada lagi" tutur pria yang melakukan sesuatu pada laptop.
"Itu dimana?" Tanya Leon.
"Arah sana, pemancingan dan beberapa tanah kosong" terang pria tersebut.
"Cari lagi, kemana mobil itu pergi" perintah lagi Leon.
Leon menduga kalau ini ulah harimau putih, tapi Leon belum tahu bagaimana polanya.
...
Sebuah gudang yang luas, Hana duduk di sebuah kursi dengan tangan dan kaki nya terikat di kursi, mulutnya pun tertutup lakban, tak hanya satu lapis namun 3 lapis lakban untuk membungkam mulutnya.
Ia masih tidak sadarkan diri, dengan tangan terikat, lalu seorang pria mendekat dan menuang air dalam botol menyiram wajah Hana.
Splassssh
Hana langsung tersentak bangun karena air, melihat dengan rabun pria didepannya.
Tersadar dirinya tidak bisa bergerak karena terikat, bahkan mulutnya pun tertutup rapat.
"Siapa yang menutupnya seperti ini??, meski begitu dia harus bisa minum, benarkan" pria tersebut membuka lakban yang menutup mulutnya.
Hana menatap nya tajam, keadaannya rambutnya sudah acak-acak an.
"Siapa kalian?" Suara Hana bergetar nafasnya naik turun.
"Kau pasti tahu" ujar pria tersebut sambil berjongkok didepan Hana.
"Lagi.. Karena ayahku?" Hana menyadari kalau punya ayah yang selalu membuat onar padanya.
"Kau mengerti rupanya" tutur Pria tersebut.
"Kalau begitu jawaban ku tetap sama, aku tidak tahu apapun" smirk Hana.
"Wanita jàlãng"
Plaaaakk
"Aghh" pekik Hana yang terkejut karena tamparan tersebut sampai kepalanya menoleh, tentu tamparan keras itu berhasil membuatnya tersadar.
"Dengar, lebih baik perhatikan jawabanmu sebelum aku benar-benar membuat mu membayar semuanya" ujar pria tersebut mengambil satu foto yang ia dapatkan.
"Lihat dengan baik, ini" unjuk pria tersebut.
Hana mendengus melihat foto tersebut.
"Aku tidak tahu" jawab Hana dengan senyum remeh nya.
Plaaaakk
Satu tamparan keras lagi mengenai pipinya, hingga membuat sudut bibirnya berdarah karena gigi nya.
"Sudah kubilang, lihat baik-baik" ujar pria tersebut.
"Kuping mu tuli??! Aku tidak tahu!" Jawab Hana dengan berani bahkan ia menaikkan suaranya.
Smirk pria tersebut, lalu ia menyuruh anak buahnya melepaskan ikatan dikaki serta tangan Hana.
"Apakah harus dengan kekerasan untuk membuka mulutmu?" Ujar pria tersebut sambil membawa tongkat baseball.
Hana pun mulai ngeri dengan tatapan pria tersebut saat memegang tongkat tersebut. Kaki nya mundur ke belakang namun beberapa anak buahnya sudah menjegal.
"Aku.. Tidak tahu apapun" ucap cepat Hana.
Bahkan pria tersebut mengayunkan tongkat baseball ke depan nya, Hana langsung menjatuhkan lututnya nya pada lantai kotor.
"Ampuni aku, aku sungguh tidak tahu" Hana menggosok kan kedua tangannya memohon.
"Dimana ayahmu berada?" Tanya lagi pria tersebut dengan nada lembut.
Hana mengigit bibir dalamnya, ia sungguh tidak tahu keberadaan nya.
"Aku sungguh tidak tahu" air mata Hana berlinang sambil mendongak
"Iishhh" pria tersebut mengayunkan tongkat Baseball ke arah Hana.
"Haa!!" Reflek Hana yang langsung melindungi wajahnya dengan pergelangan tangannya.
Sampai pada di tempat Leon, yang melihat orang tertangkap kamera.
"Harimau putih" ucap Leon melihat sekilas tato pada pria dikamera CCTV yang dari awal Leon sudah menduganya.