Lizda adalah gadis muda yang polos. Bertemu dengan Daniel saat merantau dan terbuai jerat cinta nya hingga memutuskan untuk menikah. Satu per satu masalah mulai muncul. Masalah yang di anggap sepele justru menjadi bencana besar, hingga dirinya memergoki sang suami berselingkuh dengan wanita lain saat hamil.
Lalu Lizda memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi.
Apakah semua permasalahan rumah tangga adalah murni kesalahan sang laki-laki atau justru ada kesalahan perempuan yang tidak di sadari? Konflik rumah tangga dari kebanyakan orang ternyata bukan lah bualan semata.
Terima kasih untuk semua support kalian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YPS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Suasana berubah menjadi tegang, Vonny ragu-ragu untuk bicara namun jika tidak di bicarakan bagaimana nasib anak tiri nya itu. Setelah mengumpulkan keberanian akhirnya dia berbicara...
"Soal Lizda, Pa. Jadi emmm..." mulut nya seolah sulit lagi berkata untuk melanjutkan ucapan nya itu.
"Kenapa Lizda mau tinggal dengan ibu nya?" pekik Marco, suasana sempat hening beberapa detik.
"Bukan, Pa. Jadi Lizda hamil duluan dan sekarang aku sama mba Hesty lagi mencoba membujuk si laki-laki itu untuk tanggung jawab." ucap nya dengan tertunduk.
"Aaaarghh!! Aku gagal menjadi seorang ayah, aku bahkan gagal dulu menjalin rumah tangga dengan Hesty. Dia lebih memilih selingkuh. Dan sekarang anakku hamil sebelum menikah." teriakan Marco begitu keras menggelegar seisi rumah. Dia menjambak-jambak rambut nya sendiri.
Hati seorang ayah yang patah akibat anak kesayangan nya. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya justru dia yang akan merasakan hal seperti itu.
Tangis nya pecah, berkali -kali memukul dada nya yang terasa sesak mendengar kabar buruk itu.
"Laki-laki itu harus tanggung jawab, Ma. Secepatnya kita adakan pernikahan mereka sebelum perut Lizda semakin membesar," suara nya tampak gusar.
"Iya aku akan bicarakan besok dengan mbak Hesty dan Lizda." ucap Vonny lalu memeluk suami nya yang masih menangis.
*
*
Sudah lebih dari 3 hari sejak Daniel meminta ongkos ke Lizda tetapi dia belum juga memberikan kabar kapan orang tua nya akan datang ke keluarga Lizda. Pada akhirnya setelah lelah menunggu, Lizda memilih untuk menghubungi Daniel.
"Halo. Kamu sudah sampai di Jakarta kenapa tidak segera menghubungi ku, sedangkan aku dan orang tua ku menunggu kabar dari orang tua mu," ketus Lizda.
"Sabar lah, di sini kan kamu yang ingin di nikahi oleh ku. Jadi memang seharusnya kamu sabar menunggu kabar ku!" jawaban Daniel menyepelekan Lizda.
"Ibu ku mau bicara dengan keluargamu," pekik Lizda menyerahkan ponsel nya ke Hesty yang sedari tadi sudah tidak sabar ingin mengumpat laki-laki itu.
Di sebrang sana sudah terdengar suara seorang wanita yang tidak lain itu adalah ibu dari Daniel.
"Saya mohon tanggung jawab nya, anak saya saat ini sedang mengandung bayi dari anak anda. Segera tentukan waktu untuk pertemuan dua pihak keluarga," ucap Hesty tegas ke orang tua Daniel.
Tapi bukan nya mendapat jawaban sesuai yang di inginkan, Vira, mama dari Daniel justru berkelakuan sama dengan anak nya. Masa bodo seolah tidak mau bertanggung jawab.
"Kami belum ada uang, tunggu saja sampai kami ada uang. Baru kami akan datang melamar anakmu, lagi pula suruh siapa menjadi anak perempuan kok murahan. Seharusnya dia lebih bisa menjaga diri," bentakan hebat dari mulut Vira melalui telepon.
"Jaga mulut anda ya, anak anda itu yang tidak tanggung jawab sebagai laki-laki!" terjadi pertengkaran melalui telepon antara kedua orang tua mereka. Lizda mencoba menenangkan ibu nya dan menuruti saja kemauan mereka untuk menanggung semua biaya pernikahan.
Setelah berdebat cukup lama akhirnya mereka menemukan hari dan tanggal yang tepat untuk di adakan nya pertemuan keluarga guna membahas acara pernikahan yang akan di adakan segera.
*
*
Di hari Minggu awal bulan mereka sepakat untuk mengadakan pertemuan keluarga di rumah Marco, karena lokasi nya di tengah kota dan rumah nya cukup luas hanya untuk pertemuan dua keluarga.
Lizda memakai setelan kebaya untuk menghargai keluarga Daniel yang datang, setelah di tunggu mereka tidak kunjung datang juga dari waktu yang di tentukan. Lizda sempat gundah, bisa saja Daniel kabur tidak mau bertanggung jawab.
Barulah ketika menjelang sore terlhat rombongan datang ke rumah Lizda...
"Wah besar sekali rumah calon istrimu, Dan." ucap mama nya membawa tentengan kardus di tangan nya.
"Aku juga baru tahu kalau ternyata dia sekaya ini," ucap Daniel menyeringai.
Mereka masuk tanpa mengucapkan kata maaf atas keterlambatan namun malah terlihat angkuh, beberapa keluarga dari Lizda sudah menyambut nya dengan baik.
"Silahkan duduk," ucap Marco.
Mereka langsung saja duduk dan malah asik sendiri selama di dalam rumah Lizda. Keluarga miskin jahat yang tidak punya adab saat bertamu sangat cocok di nobatkan untuk keluarga Daniel. Lizda hanya bisa tertunduk malu di hadapan keluarga besar nya.
Terlebih pakaian yang mereka gunakan sangat tidak pantas, Daniel hanya menggunakan kaos dan celana jeans. Sedangkan lainnya tidak jauh berbeda, hanya ayah nya saja yang rapi menggunakan batik lengan panjang.
Vonny yang terus menerus menatap tajam dan jijik ke mereka akhirnya tidak tahan dan menyuruh segera memulai inti dari pertemuan itu.
"Jadi begini bapak ibu, saya berterima kasih sebelumnya karena sudah menyempatkan waktu datang. Langsung saja, mengenai masalah yang di alami oleh anak-anak kita maka alangkah baik nya kita nikahkan saja," ucap Marco di hadapan seluruh keluarga.
"Tidak masalah yang penting biaya di tanggung keluarga kalian ya, kami miskin dan tidak punya uang apalagi ini suatu kecelakaan yang tidak di rencanakan," ketus Vira.
Marco pun menyetujui dengan syarat setelah menikah Daniel dan Lizda akan tinggal di rumah nya. Mereka tidak boleh membawa Lizda keluar dari rumah sampai di pastikan kalau Daniel mampu bertanggung jawab sebagai seorang suami.
"Saya setuju," sahut ayah Daniel, Hendra. Ayah nya terlihat beda dari pada keluarga lain nya, lebih diam dan tidak berkutik. Vira sang ibunda dan dua kakak Daniel lain nya seperti sangat senang Daniel mendapatkan istri kaya raya.
Acara pun selesai mereka berpamitan untuk pulang...
"Ini dari keluarga kami, maaf tidak banyak dan sederhana. Karena cuma itu yang mampu kami beli." Vira menyodorkan kardus kepada Lizda dengan wajah ketus.
"Terima kasih, Bu." ucap Lizda menerima bingkisan.
*
Setelah mereka pulang hal itu menjadi perbincangan di keluarga Lizda.
"Astaga, Nak. Papa tidak menyangka kamu mengenal orang yang perilaku nya sangat buruk, bukan hanya dia tapi seluruh keluarga nya." ucap Marco ke Lizda sembari memegang kepala nya yang terasa pening.
"Maaf aku sudah mengecewakan papa. Aku janji setelah ini aku dan Daniel akan berumah tangga dengan baik." Lizda menarik tangan papa nya, mencium punggung tangan nya.
Lizda dan papa nya saling menangis duduk di sofa. Begitu juga dengan Hesty yang duduk di sofa depan mereka, dia menyalahkan dirinya karena tidak bisa mendidik Lizda dengan baik.
Sedangkan Vonny sedang sibuk dengan asisten rumah tangga nya membuka beberapa kardus yang di bawa oleh keluarga Daniel.
"ASTAGAAAA" teriak Vonny membuat semua orang menoleh ke arah nya.