NovelToon NovelToon
Geheugenopname : Memori

Geheugenopname : Memori

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Teen Angst / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

"3 tahun! Aku janji 3 tahun! Aku balik lagi ke sini! Kamu mau kan nunggu aku?" Dia yang pergi di semester pertama SMP.

***

Hari ini adalah tahun ke 3 yang Dani janjikan. Bodohnya aku, malah masih tetap menunggu.

"Dani sekolah di SMK UNIVERSAL."

3 tahun yang Dani janjikan, tidak ditepatinya. Dia memintaku untuk menunggu lagi hingga 8 tahun lamanya. Namun, saat pertemuan itu terjadi.

"Geheugenopname."

"Bahasa apa? Aku ga ngerti," tanyaku.

"Bahasa Belanda." Dia pergi setelah mengucapkan dua kata tersebut.

"Artinya apa?!" tanyaku lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7

"Iya, Jio dari kecil tinggal sama nenek. Soalnya Tante sama Om kerja di Belanda. Dio juga ikut kami karena sekolah di sana." Penjelasan itu membuatku mengerti alasan Arzio tidak nyaman dengan kehadiran keluarganya.

"Kenapa Arzio ga diajak aja?" tanyaku.

"Kalo kami bawa Arzio, yang mau jagain dia, siapa?"

"Kan bisa bawa nenek juga," jawabku.

"Ga semudah itu, Lita. Nenek aja ada yang jagain. Di sini ada suster. Masa nenek jagain Jio."

"Terus, selama Arzio tinggal di sini, siapa yang jagain?" tanyaku lagi.

"Ya, Sus sama Mbak," jawab mama Arzio.

"Tapi Tante sama Om pulang juga kan ke Indo?" tanyaku.

"Ya tiga tahun sekali," jawabnya.

Aku menoleh pada Rina dan Liu Xian Zhing yang hanya terdiam mendengarkan. Mungkin itu alasannya. Mungkin Arzio menyimpan luka sedari kecilnya. Mungkin itu juga alasan dia membenci abangnya. Merasa tidak mendapatkan hal yang sama dengan sang abang.

"Kalo ada masalah di sekolah, Arzio ceritanya ke siapa?" tanyaku pelan.

"Dia jarang ngomong kalo di rumah. Kalo kita dateng, dia cuma main game seharian di kamar."

Hah?! Seorang Arzio ga ngomong? Itu sangat berbeda dari Arzio yang aku kenali di sekolah.

"Ini adalah pertama kalinya dia gabung sama kami buat acara keluarga. Itu juga karena ada kalian semua," jelas Bang Dio.

"Bukan karena ada kami sih Bang, lebih tepatnya karena ada Lita, he he," ejek Rina yang langsung kusenggol pundaknya.

"Emangnya Arzio ga pernah ngumpul-ngumpul gitu sama temennya?" tanyaku penuh penasaran.

"Kalian orang pertama yang Arzio bawa ke sini," jawab nenek.

Bisa aku bayangkan. Betapa kesepiannya pria yang satu itu. Meski terkadang terlihat menyebalkan. Tapi dia tampak tidak nakal.

Arzio datang membawa masakan bersama papanya. Wajahnya benar-benar menampakkan bahwa dia tidak suka. Aku juga jadi tidak suka akan sikapnya itu. Dia harus menghargai keluarganya! Jangan bertingkah seperti Dani! Aku tidak mau dimusuhi mamanya.

Aku langsung berdiri dan membantunya. Entah kena angin apa, tiba-tiba dia tersenyum. Ah, menjengkelkan.

"Ga apa-apa. Duduk aja," ucapnya tak memberiku izin untuk membantu.

"Biar cepet! Gue udah laper juga!" bantahku.

"Ga apa-apa, Sayang," ucapnya membuat aku menoleh pada keluarga Arzio yang kini menatap ke arah kami.

What?! Errrrghhh!! Mending ga usah dibantuin deh.

Ditatap seperti itu oleh semua orang, aku benar-benar ingin menghilang rasanya. Padahal aku hanya merasa kasihan padanya yang kesepian. Daripada dia cemberut terus, mending aku bantu dan membuat dia tersenyum, tapi ....

Aaarghh! Malu-maluin! Nyesel gue bantuin dia!

"Ya udah, makan aja, Lita," ucap mama Arzio mempersilakanku.

"Iya, aku makan ya, Tante, Om, Nenek, Semuanya," ucapku mengambil makanan dan menahan rasa malu.

Bisa kulihat Rina yang memasang mimik wajah mengejekku. Benci sekali aku melihatnya. Kini semua orang memberikan ekspresi yang sama seperti dia.

Aduh! Dunia ini mendadak melelahkan.

Mama Arzio menuangkan air minum untukku. "Jadi udah berapa lama kalian pacaran?"

Nasi yang kukunyah mendadak masuk ke dalam hidung melalui esofagus.

"Ohookkk!! Ohoookk!" Kalang kabut aku mengambil alih air minum tersebut.

Seketika itu tawa renyah pecah di meja makan. Arzio hanya terdiam dan menatapku sebab kami duduk berhadapan, aku bisa langsung melihatnya.

"He he, ga apa-apa, pendekatan dulu ya kan? Kayak Loli sama Dio dulu-dulu tuh," ucap mama Arzio.

Aku hanya melontarkan senyuman dan kembali makan. Terserah mereka saja ingin mengatakan apa, yang penting tidak ada pertengkaran di sini. Aku diterima sebagai tamu dan dijamu dengan sempurna. Sama seperti yang aku harapkan ketika mengunjungi rumah Dani di waktu dulu.

Tapi, setelah sekarang aku mendapatkannya, aku malah takut diperlakukan sama seperti yang tidak aku inginkan di waktu itu. Sehingga aku tidak bisa menikmatinya.

***

Sepulang dari rumah nenek Arzio, aku berbaring di kamar. Seperti biasa, di setiap hari Minggu rumahku terasa sunyi dan sepi. Mungkin seperti inilah yang dirasakan Arzio di masa kecilnya.

Untuk aku yang hanya bapak merantau ke luar negeri saja, rasanya sangat kesepian. Bagaimana dengan Arzio di waktu itu? Mungkin dia sudah memendam banyak perasaan sedari kecil. Mamanya juga berkata bahwa dia pendiam dan tidak pernah bercerita tentang masalah hidupnya. Lalu, ke mana dia bercerita jika diganggu oleh orang lain?

~Tling! Notifikasi ponselku.

[Tas lo ketinggalan]

Pesan itu dari Arzio Fabelino.

Loh! Lah iya. Aku baru menyadarinya.

[Bawa aja besok ke sekolah] balasku.

Setelah menutup chat tersebut, aku baru menyadari Dani tidak mengirim pesan atau sejenis kabar lainnya hari ini. Apa dia sibuk di hari Minggu? Ya mungkin saja. Mungkin dia sedang les atau semacam dulu. Tiada hari tanpa belajar. Aku sudah sangat mengenal karakter mama Dani yang selalu menuntut anaknya menjadi yang terbaik. Mungkinkah Dani juga merasa kesepian sebab tidak pernah berteman dengan manusia?

Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Jika Arzio hanya berteman dengan game, maka dengan apa dia bermain game selama ponselnya denganku? Hah?! Apa dia benar-benar kesepian karena ulahku? Tapi kan aku tidak memintanya untuk meminjamkan ponselnya! Tapi ....

Ah! Aku benci perasaan bersalah pada semua orang. Bahkan terhadap hal-hal yang belum tentu itu terjadi. Hanya dugaan yang ada di otakku.

Semakin aku terdiam menatap chat Arzio, semakin aku merasa bersalah.

[Kalo lo kesepian, chat gue aja] pesan yang kuketik namun belum sempat aku kirim.

Aku masih merasa ragu untuk mengirimnya. Bagaimana jika dia mengira bahwa aku menyukainya? Ah, tidak mau!

~Tling!

[Kalo lo kesepian di rumah, tlfon gue aja] Isi pesan yang Arzio kirim untukku.

"Hah?! Kok malah dia yang bilang?"

Langsung kuhapus pesan yang belum kukirim tersebut.

[Tau dari mana lo kalo gue kesepian?] balasku.

[Kan hari Minggu nyokap lo kerja sampe sore. Bokap lo kerja di luar negeri. Berarti lo sendiri di rumah]

Hum, gue kasihan sama dia, dia malah kasihan sama gue.

Saat aku hendak bangkit dari tidur, ponselku malah terjatuh ke kasur. Saat aku ambil ternyata dia memencet tombol memanggil pada Arzio. Segera aku matikan.

"Lah kok malah nelpon?! Aduh! Kegeeran deh dia! Pasti!" ocehku.

[Kepencet] kukirimkan pesan itu secepat mungkin.

Dia malah membalas, [😌]

[Astaga! Asli, gue kepencet, Arzio Fabelino]

Balasnya, [😌 iya Sayang kepencet]

Langsung kumatikan data ponsel agar dia tak mengirim pesan semacam itu lagi.

1
aca
bodoh lita di kasih spek perhatian keluarga perfect malah milih dani yang keluarganya nya toxic
aca
lanjut baca
aca
masuk ke tubuh lain kah dani
Tara
reinkarnasi Dani kah😱🤔👏🫣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!