Tepat dihari pernikahannya Ivana malah kabur melarikan diri, niat hati ingin memberitahukan hal tersebut pada kedua orangtuanya. Calantha justru dipaksa untuk menggantikan posisi Ivana sebagai mempelai pengantin wanitanya.
Rowan, pria sejuta pesona yang terpaksa menikahi Cala hanya untuk balas dendam karena Ivana telah menabrak istrinya hingga meninggal dunia.
Tapi bagaimana jadinya jika ternyata pernikahan yang berkedok balas dendam yang dilakukan oleh Rowan itu justru mengungkap satu persatu rahasia keluarga yang selama ini ditutup rapat-rapat?
Simak kelanjutan ceritanya...
⚠️jangan lupa buat terus kasih dukungan dengan like, komen dan vote🌹⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Sudah tiga hari lamanya Cala dirawat dirumah sakit, kondisi nya belum juga stabil. Rowan sampai memanggilkan ahli psikolog terkenal yang mampu mengobati keadaan mental istrinya.
"Sayang, ayo makan dulu. Kamu belum makan dari tadi pagi, kasihan bayi kita yang ada didalam sini", ucap Rowan dengan lembut seraya mengusap perut istrinya.
"Gak mau!"
Pyaarrr...
Cala mendorong kuat mangkuk bubur yang Rowan pegang hingga terlepas dari genggaman tangannya, dan bubur itu jatuh berceceran dilantai.
"CALA!" tanpa sadar Rowan membentak Cala menatap istrinya tajam tapi dengan cepat ia lamgsung menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan demi menetralkan rasa amarahnya yang hampir saja meledak.
Wanita itu tak mengindahkan ucapan Rowan, ia malah kembali membaringkan tubuhnya lalu menarik selimut sampai menutupi batas kepala.
Rowan yang melihat itu mengusap kasar wajahnya dan menghela nafas panjang. Sudah berhari-hari ia mencoba bersabar menghadapi sikap Cala yang tiba-tiba berubah menjadi menyebalkan seperti ini, dokter Arin juga menjelaskan mungkin perubahan sikap Cala tidak selalu karena kondisi mental health nya yang tidak stabil, mungjin bisa jadi karena bawaan bayi dan hormon ibu hamil.
"Cala sayang.. Maafin aku ya, sekarang kamu mau apa hm?" sebisa mungkin Rowan menekan ego nya demi membujuk sang istri
"Pergi, aku mau sendiri", sahut Cala dari balik selimut
"Oke, aku akan pergi tapi kamu harus makan dulu. Aku akan minta Ardi belikan makanan yang baru hm.. " Ucap Rowan lembut
"Gak, aku gak lapar".
"Iya kamu gak lapar, tapi anak kita yang lapar. Kasihan baby nya kalo mama nya terus ngambek sama mogok makan begini".
Demi apapun seumur hidup, Rowan baru kali ini membujuk seseorang seperti anak kecil. Rowan harus benar-benar ekstra sabar menghadapi bumilnya.
"Aku pesenin makan ya, mau makan apa hm?" tawar nya pada Cala yang masih menutupi tubuhnya dengan selimut.
"Gak mau makan apapun". Sahut Cala ketus
"Oh oke".
Rowan beranjak dari duduknya lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat istrinya. Cala yang mendengar suara pintu yang tertutup segera membuka selimut yang menutupi kepalanya, ia lalu menegakkan tubuhnya bersandar pada headboard ranjang.
Cala mengerucutkan bibirnya kesal.
"Dasar tidak peka..." lirih nya bergumam seraya mengelus perutnya yang berbunyi keroncongan.
"Maafin mama ya sayang, bukan maksud mama ingin mama bersikap seperti itu pada kamu dan papa. Mama hanya tidak mau kamu merasakan seperti apa yang mama rasakan, maafin mama sayang..." ucap Cala mengajak bayi yang ada didalam kandungannya itu bicara. Mata nya berkaca-kaca dan tangannya terus mengelus lembut perutnya yang masih rata.
Jujur, sejak dirinya dinyatakan hamil ia merasakan bahagia dan reaksi nya kemarin itu hanya untuk membuat Rowan sadar diri dengan sikap dan kelakuan nya yang sudah dia lakukan padanya. Cala juga tidak mungkin tega melenyapkan darah dagingnya sendiri.
Tanpa terasa air matanya menetes mengalir membasahi pipi mulusnya.
Ceklekk...
Mendengar ada yang membuka pintu ruang rawatnya, buru-buru Cala langsung menyeka air matanya lalu melihat siapa yang datang.
Ternyata Rowan, suaminya. Lelaki itu menenteng beberapa paper bag yang ia yakini berisi makanan.
Rowan melempar senyum tipis kearahnya seraya mengangkat paper bag yang ia jinjing.
"Lihat aku bawakan makanan buat sayang. Mau makan apa hm ? Ada salad, bubur, sup.."
Cala terbelalak melihat berbagai jenis makanan itu Rowan keluarkan lalu dijejerkan diatas nakas. Air liur nya seketika serasa langsung ingin menetes dari mulutnya ketika melihat makanan itu.
Rowan sedari tadi diam-diam memperhatikan Cala sambil men-jejerkan makanan itu mengulas senyum tipis dalam hatinya.
"Sayang mau makan apa hm? biar aku ambilkan". Ujar nya menawari
"Gak lapar". Sahut Cala dengan suara yang masih terdengar ketus, tapi pandangan matanya terus melirik kearah salad buah yang ditaburi banyak keju diatasnya.
"Yakin? tapi kenapa lihatin salad nya terus.. " goda Rowan
Mendengar itu. Cala langsung memalingkan wajahnya. Ia lalu kembali menarik selimut untuk menutupi tubuhnya tapi dengan cepat Rowan langsung menyibakkan selimut itu kemudian membuang nya ke lantai.
Cala membulatkan matanya menatap Rowan tajam.
"Makan dulu setelah itu kamu boleh tidur lagi",
"Gak mau.. "
Mendengar suara istri nya yang terus menjawabnya ketus dan sarkas membuat Rowan tak bisa lagi bersabar. Tangannya terangkat mencengkeram pelan dagu Cala lalu ia dekatkan wajahnya dengan wajah istrinya, sangat dekat hampir tak berjarak bahkan kedua ujung hidung mereka saling bersentuhan.
"Jangan keras kepala Cala dan jangan membuat batas kesabaran ku habis. Makanlah.. " Rowan mengatakannya dengan tegas dan penuh penekanan seolah ucapannya tak ingin dibantah, mata tajam nya menatap dalam-dalam manik mata kecoklatan milik Cala.
Sejenak Cala terhipnotis dengan tatapan mata itu, tanpa sadar ia menganggukkan kepala.
Melihat itu, Rowan tersenyum tipis. Ia cium sekilas bibir ranum Cala sebelum melepaskan cengkeraman tangannya didagu Cala. Setelah itu, ia mengambil salad buah lalu menyuapkannya pada istrinya.
"Ayo buka mulut mu.. Aaa"
Cala membuka mulutnya dan menerima suapan salad buah itu dari Rowan.
"Good baby girl, jadi lah wanita penurut hm.. " Ucapnya seraya mengacak-acak puncak kepala istrinya.
.
.
.
To Be Continue....