Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 07
Ayuna tidak menyangka sama sekali kalau pertemuan ini akan berlangsung di sebuah restoran mewah yang baru pertama kali ia masuki, dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah ketika ia dituntun untuk masuk ke dalam sebuah ruangan tertutup.
Ya benar, pada akhirnya Ayuna memilih untuk menyerah dan akan menerima uluran tangan Lara. Maka dari itu, di sinilah ia berada sekarang. Duduk seorang diri sembari sesekali meminum air dari gelas kecil yang berada tepat di sebelahnya.
Kiranya mereka akan membicarakan tentang keputusan Ayuna di tempat yang biasa-biasa saja, bukannya tempat seperti ini. Apalagi tadi Ayuna dijemput langsung oleh orang suruhan Lara di hotel tempatnya bekerja.
"Ya ampun Ayu, maaf ya kamunya jadi nunggu lama." Mendengar suara pintu yang dibuka dari arah luar, tentu saja membuat Ayuna langsung bangkit dari posisi duduknya.
Hey, apa yang terjadi pada Lara? Kenapa hari ini ia malah menggunakan kursi roda, apakah keadaannya sedang tidak baik-baik saja?
"Mba Lara lagi sakit ya? Seharusnya kemarin Mba bilang aja ke saya kalau lagi sakit." Kekhawatiran yang begitu jelas tercetak di wajah cantik Ayuna.
"Nggak sakit kok aku, ini kakinya cuma lagi nggak bisa diajak kompromi aja kok. Maaf ya, aku malah bikin kamu khawatir." Ayuna baru tahu kalau penyakit yang tengah Lara derita saat ini bisa membuatnya menjadi seperti ini.
"Oh iya kenalin, ini asistenku namanya Farah." Orang-orang yang tadinya berdiri kini telah duduk di tempatnya masing-masing, lantas setelahnya Lara memperkenalkan Ayuna kepada Farah yang luar biasa datar.
"Oke, langsung aja ya Ayu. Soalnya aku nungguin banget keputusan dari kamu, sampai akunya nggak bisa tenang semingguan ini." Jadi Ayuna telah membuat Lara menunggu terlalu lama ya? Entah kenapa Ayuna merasa bersalah jadinya. Kalau begitu Ayuna pun tak akan lagi mengulur waktu.
"Saya bersedia, Mba. Saya bersedia jadi Ibu pengganti untuk Mba dan suami." Mungkin kalau kaki Lara bisa digunakan, ia sudah dipastikan akan melompat karena terlalu senang dengan apa yang telinganya dengar.
"Ayuna, terima kasih banyak. Kamu bener-bener penyelamat yang Tuhan kirim untuk aku sama Mas Ibra, makasih banyak Ayuna." Kedua tangan Ayuna yang sudah mendingin sejak awal itu langsung Lara raih untuk ia genggam, bermaksud agar Ayuna tahu sebersyukur apa Lara saat ini.
"Farah, siapin ceknya ya tolong. Dua lembar ya, masing-masing lima ratus juta." Dengan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya, Lara memberikan perintah pada Farah yang duduk tepat di sebelahnya. Tangannya pun tak melepaskan Ayuna sama sekali.
Semudah itukah bagi orang seperti Lara ini untuk mengeluarkan uangnya? Padahal nominal yang harus dikeluarkan sebanyak itu, Ayuna sampai ternganga sendiri dibuatnya.
"Anu, Mba. Ini nggak ada ketentuan yang harus saya lakukan sebagai Ibu pengganti?" Mungkin ini akan terlihat sangat aneh bagi orang lain karena Ayuna lah yang malah mengingatkan Lara untuk memberikan syarat padanya.
"Oh iya, mungkin ada beberapa." Lara menjawab setelah dirinya menghapus sisa air mata yang belum mengering dari kedua pipinya.
"Boleh saya tau apa aja itu, Mba?" Boleh saja Lara hanya mengatakan beberapa, tetapi Ayuna tetap harus menyiapkan otaknya untuk mengingat itu semua.
"Kita harus periksa kesehatan kamu secara keseluruhan terlebih dahulu, terus selama program Ibu pengganti ini berlangsung kamu tinggal di rumah aku ya Ayu. Satu lagi, kalau bisa kamu berhenti dari pekerjaan kamu ini supaya bisa fokus sama anakku nanti." Tidak ada yang salah dengan ketentuan yang pertama, namun untuk yang kedua dan ketiga itu ternyata sangat memberatkan untuk Ayuna.
"Kenapa saya harus tinggal di rumahnya Mba?" Meskipun Ayuna tergolong manusia yang introvert, tetapi dia adalah orang yang tidak sungkan untuk bertanya kalau merasa ada yang tidak ia mengerti.
"Supaya bisa terus dipantau kamunya, kan kalau lagi hamil itu rentan banget stres dan aku nggak mau kalau kamu sampai ngalamin hal itu." Haruskah? Tapi bagaimana nanti dengan suaminya Lara, apakah ia akan menerima kehadiran Ayuna di rumah mereka?
"Maaf sebelumnya Mba, tapi ketentuan yang terakhir itu nggak bisa saya terima. Meskipun saya masih punya uang simpanan yang Mba berikan, tetapi saya harus tetap bekerja supaya bisa tetap hidup. Jadi sepertinya yang terakhir itu saya nggak bisa." Lara juga sudah menduga kalau syarat terakhir yang ia berikan pada Ayuna pasti akan ditolak.
"Terus gimana nanti kalau kamunya hamil? Apa alasan yang bakalan kamu pakai kalau ditanya sama temen-temennya kamu di sana?" Kedua bilah bibir Ayuna langsung mengatup dengan rapat setelah mendengar pertanyaan Lara yang satu ini.
Sungguh, Ayuna tidak berpikir sejauh sana. Tapi apa yang Lara katakan ada benarnya juga, apalagi sepengetahuan orang-orang dirinya belum menikah sama sekali.
Kalau Ayuna tetap masuk kerja disaat tengah mengandung anaknya Lara, bukankah hal itu hanya akan membuat semua orang jadi berpikiran buruk padanya. Lalu bagaimana? Melepaskan pekerjaan ini juga tentu tak bisa Ayuna lakukan.
"Gini aja, aku punya ide. Kamu tetap boleh kerja untuk sekarang ini, tapi begitu nanti kamunya hamil langsung resign ya Yu?" Orang yang lahir dengan sendok emas dimulutnya mana mengerti bagaimana sulitnya mencari pekerjaan di masa ini, tentu Lara tidak akan mengerti.
"Enggak usah khawatir. Setelah melahirkan nanti, kamu bisa kerja di perusahaannya aku. Mau ya, Yu?" Oh astaga, apalagi kali ini. Tidak bisakah Lara berhenti menawarkan banyak sekali kemudahan padanya? Ayuna sampai bingung sendiri.
"Memangnya boleh seperti itu, Mba?" Anggukan kuat Lara berikan sebagai konfirmasi atas pertanyaan Ayuna barusan.
"Boleh kok, apalagi kamu kan sebelumnya juga udah punya pengalaman kerja. Aku juga nggak akan ragu kalau kamu yang ngelamar di sana." Sekali lagi hati Ayuna luruh begitu saja dan ia memilih untuk kembali menerima tawaran itu.
Mungkin Ayuna akan mencobanya dulu, dan kalau dirinya merasa tidak cocok bekerja di sana, maka Ayuna akan memilih untuk keluar dan mencari pekerjaan lain.
"Mba udah omongin masalah ini sama suaminya Mba, kan?" Binar kebahagiaan yang tadinya tercetak jelas di wajah pucat Lara berubah total, senyumannya juga luntur begitu saja.
Hanya dari situ saja Ayuna sudah mengerti kiranya seperti apa jawaban yang akan ia dapatkan dari sosok cantik ini.
"Aku—memang belum bilang, tapi setelah dari sini aku langsung bahas masalah ini sama dia kok. Kamu nggak usah khawatir ya, nanti aku juga bakal ajak suamiku buat ketemu sama kamu sebelum kamunya pindah ke rumah kami." Yah, apalagi yang bisa Ayuna lakukan selain menganggukkan kepalanya dan menyetujui ucapan Lara.
"Ini ceknya, simpen baik-baik ya Ayu. Sekali lagi makasih banyak karena kamu udah mau nolongin aku." Tidak pernah terbayangkan oleh Ayuna sebelumnya kalau ia akan memegang dua lembar cek dengan nominal yang mungkin saja tak akan pernah ia miliki selama dirinya hidup.
"Untuk check up nya, biar aku yang urus dan cari dokter yang terbaik." Apa semua orang yang memiliki kekuasaan akan bertindak seperti Lara ini? Tapi sepertinya tidak juga, malah kebanyakan dari mereka lebih cenderung acuh dan tak mau berinteraksi dengan orang rendahan seperti Ayuna.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/