"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tungku Asap
Kesadaran Elynore kembali, dia membuka matanya dengan wajah yang seolah kelelahan. Keringat dia seka menunjukkan bahwa dia baru saja melakukan pertarungan yang begitu besar. Tak ada yang menyadari apa yang Elynore lakukan baru saja.
Orang-orang hanya merasa lega bahwa Elynore sudah melakukan tugasnya sebaik mungkin. Kazuto bahkan tersenyum saat Elynore rupanya berhasil.
Memang, saat ini, pria paruh baya itu sekarang dalam posisi yang sehat. Tidak seperti keadaan sebelumnya yang buruk. Saat ini dirinya berbeda seratus delapanpuluh derajat yang mana bahkan, tubuhnya langsung duduk di ranjang dan menyentuh kedua tangan Elynore.
“Elynore, terimakasih! Aku tahu kamu mampu. Akhirnya aku bisa sembuh, dan aku tidak merasa mual dan sakit lagi perutku!”
Elynore tersenyum ketus, kemudian dia langsung menatap Kazuto. “Ini sebenarnya adalah bantuan dari tuan Kazuto. Tanpa dia, mungkin kita tidak akan selamat.”
“Tuan, a-apa itu benar?”
“Jangan lupa untuk sering menjaga kebersihan. Mencuci tangan sebelum makan, dan rebus air ketika ingin dikonsumsi.” Ucap Kazuto dengan lembut. Kemudian, dia menyerahkan segelas air. “Minumlah, kamu harus terhidrasi.”
Orang itu langsun menyambar oralit tanpa berpikir panjang. Walaupun rasanya sangat aneh, tapi dia tidak banyak komentar dan langsung meneguknya hingga habis.
“Baik, setelah kamu sembuh, bersihkan rumahmu sendiri. Jangan merepotkan orang lain.”
“Siap tuan!” Pria paruh baya itu kemudian berdiri dengan tegas dan akan melakukan apa yang diperintahkan oleh Kazuto.
“Elynore, kamu masih mampu?” Tanyanya sambil menatap gadis berambut hijau itu.
“Mungkin 4-5 orang, aku mampu untuk menyembuhkan mereka.”
“Ya, itu sangat bagus.”
“Selena, panggilkan kakakmu Helen untuk menemuiku, ya?”
“Siap tuan.” Selena mengangguk.
********
Saat ini Kazuto menunggu Helen pada suatu tempat. Sahal dan Cornel juga ada di situ dan mereka juga tidak mengerti apa yang akan Kazuto laksanakan. Beberapa detik kemudian, Helen datang dengan Selena di sampingnya memenuhi panggilan dari Kazuto.
“Jadi, kita membutuhkan sebuah tungku untuk membuat pengasapan jauh lebih cepat dan juga banyak. Maka dari itu, kita akan membuatnya sekarang.” Kazuo, dengan penuh semangat. Lagipula, ini menjadi tonggak awal peradaban baru dimulai. Namun sayangnya mereka harus bertahan dengan musim dingin dalam ketersediaan pangan yang terbatas.
“Apa dengan itu, kita benar-benar akan selamat dari musim dingin? Dan tidak perlu menunggu jauh lebih lama?” Selena bertanya dengan penasaran.
“Benar, kita bisa memangkasnya hingga menjadi 12 jam saja.”
Helen tersenyum. Ini jauh lebih baik dibandingkan dengan menunggu api menyala selama satu hari. “Mari kita buat, jadi, apa yang harus kita perlu lakukan untuk pertama kali.”
Kazuto berjongkok, menggambar sketsa kasar di tanah. Empat orang lainnya ikut berjongkok, memperhatikan sebuah proyek yang Kazuto akan buat. “Pertama, kita butuh dasar yang kuat. Kalau kita punya cukup batu atau bata tanah liat di sekitar sini, kita bisa menyusunnya menjadi dinding tungku. Di atasnya, nanti akan kita letakkan lapisan besi untuk bagian dalam dan dasar agar panas lebih tahan lama.”
Sahal yang peka, dia mengangguk dan melirik ke sekitar, segera mengumpulkan beberapa batu besar. Menyusunnya satu per satu di atas tanah sebagai pondasi tungku. Meski dia telah bekerja keras, sepanjang hari, seperti menggali sebuah lubang, dia tak mengeluh, ia tahu betul ini demi makanan yang akan menghidupi penduduk sepanjang musim dingin nanti.
“Helen, aku membawa beberapa logam dari rumah-rumah. Apa kamu bisa meleburkannya? Hingga membentuk sebuah lempeng?”
“A-aku kan mencobanya.”
Dengan perlahan, Helen membakar sebuah bebatuan logam. Logam mulai berubah menjadi merah, akan tetapi dia tidak mampu membuat logam ini melebur menjadi sebuah cairan sesuai yang diharapkan oleh Kazuto.
Tidak apa-apa. Kazuto tidak marah. Helen mungkin butuh dorongan seperti Elynore. Berkembang menjadi lebih baik juga memerlukan sebuah proses. Tapi paling tidak, Kazuto sudah tahu berapa suhu api milik Helen yang mana jelas itu bisa ditingkatkan lebih panas lagi.
Kazuto memerintahkan Sahal untuk memipihkan besi yang dipanaskan dengan mengunakan sebuah tangannya. Ini menakjubkan! Sihir Sahal adalah bisa memperkuat tubuhnya, sehingga dirinya bisa melempengkan besi yang dipanaskan. Kemudian, jika telah selesai, maka Kazuto dengan hati-hati meletakkan lempengan itu ke dalam tungku, sehingga, tungku pengasapan pun jadi.
Lubang di atas tungku juga tersedia, sehingga asap bisa keluar. Lempengan juga dibuat untuk menempatkan daging. Serta tempat kayu di bakar berada di bawah untuk menciptakan asap. Sekarang, persediaan makanan akan menjadi aman.
Ini belum selesai, daging yang diasapi secara manual, Kazuto harus menunggunya selama dua hari saat di asapkan. Jadi dia akan melihat kualitasnya.
Namun, setelah dua hari itu, Kazuto merasa daging tersebut sangatlah buruk dan masih tidak bisa disebut dengan daging yang diasapkan.
Saat ini dia berdiri, daging-daging itu gosong berwarna hitam dan sangit. Sementara di dalam daging itu masih merupakan daging mentah. Langkah apa yang dia lewatkan?
“Apa yang kulewatkan?”
“Tuan, apakah ini benar-benar bisa dimakan dan bertahan hingga beberapa hari?” Tanya Helen yang heran. Sementara dia sendiri juga tidak yakin bahwa daging ini bisa dimakan.
Kazuto berpikir sejenak, apa yang dia lewatkan sebenarnya? Seharusnya ini berhasil karena di pernah praktik untuk melakukannya.
“Daging ini masih mentah.” Kazuto meremas daging tersebut, kemudian dia melihat daging itu meneteskan air yang begitu banyak. Dia mengerutkan dahinya dan juga tersenyum.
“Aku lupa satu langkah! Kita belum mengerikan daging ini! jadi, langkah yang benar adalah mengeringkan daging selama lima hari, baru dilakukan pengasapan! Sialan, aku lupa langkah penting ini. Padahal ini untuk mengurangi kadar airnya.” Ucap Kazuto merasa sangat senang, “Helen, gantung semua daging yang tersisa di bawah matahari yang pas.”
“Tunggu sebentar, bukannya sisa daging yang memang tidak dalam proses penguapan anda perintahkan untuk menjemurnya?” Helen tersenyum dan mengerutkan dahinya.
“Kenapa aku bisa selupa ini.” Kazuto menepuk dahinya. Dia lupa kalau dia yang memerintahkan yang lainnya untuk menggantung daging untuk dilakukan pengeringan. Mungkin dia benar-benar cape. Mengurus desa yang dipenuhi oleh orang sakit ternyata benar-benar menguras tenaga.
“Anda butuh istirahat tuan.”
“Tidak apa-apa aku baik-baik saja. Mari kita lihat dagingnya.”
Kazuto kemudian bergerak ke suatu tempat dimana Helen dan yang lainnya menjemur beberapa daging di bawah terik matahari. Dan benar, ternyata daging-daging yang dua hari yang lalu tidak dilakukan proses penguapan memang dilakukan pengeringan. Kazuto lupa akan hal ini.
Secara tekstur, daging-daging kering ini membuat Kazuto tersenyum. Kandungan air di dalam daging tersebut berkurang drastis, sehingga cocok untuk dilakukan pengasapan di tungku yang baru. Namun paling tidak, Kazuto harus menunggu dua hari lagi baru bisa dilakukan pengasapan.
“Dua hari lagi, ini akan siap diasapi.”
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan