Tampan, mapan dan populer rupanya tidak cukup bagi sebagian perempuan. Vijendra sendiri yang menjadi objek dari ketidak syukuran pacarnya, atau mungkin bisa disebut mantan pacar. Ia memilih mengakhiri semuanya saat mendapati perempuan yang ia kasihi selama 3 tahun lamanya sedang beradu kasih dengan laki-laki lain.
Cantik, berprestasi dan setia juga sepertinya bukan hal besar bagi sebagian laki-laki. Alegria harus merasakan sakitnya diputuskan sepihak tanpa tahu salahnya dimana.
Semesta rupanya punya cara sendiri untuk menyatukan dua makhluk yang menjadi korban ketidak syukuran hingga mereka sepakat untuk menjadi TEMAN BAHAGIA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon firefly99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Debaran
Vajendra
Ia tidak menyangka jika sahabatnya benar-benar menepati janjinya untuk menemaninya menjelajahi bagian Tenggara Atlantis yang sangat indah ini. Ternyata sahabatnya yang satu ini cukup bisa diandalkan menjadi anak pertama yang begitu menyayangi adiknya.
"Gue tahu kalau ini bukan hanya sekedar kunjungan biasa." tebaknya begitu mobil yang ia kendarai mulai berjalan meninggalkan pelataran toko sembako yang ada di kota madya.
"Sok tahu." cibir Alden.
"Karena gue memang tahu. Gue rasa adik Lo sudah cukup gede untuk dibesuk sih." ujarnya lagi.
"Hubungan asmaranya juga kandas setelah menjalani selama 2 tahun . Lebih parahnya lagi, hubungannya berakhir pada detik-detik ia berangkat menuju lokasi KKN. Lelaki itu datang ke bandara dan memutuskan hubungannya di sana."
Vajendra tentu saja kaget. "Demi apa?"
"Demi dua kartun botak yang belum remaja sampai sekarang."
Pandangan Vajendra lurus ke depan, sesekali menoleh ke spion dan memastikan jalanan nya aman. "Dan Lo khawatir dengan itu? Takut adik Lo kenapa-kenapa?"
Alden mengangguk. "Of course. Selain dia adalah adik gue satu-satunya, dia juga princess tunggal di keluarga kami. Ibu bahkan jauh lebih khawatir, makanya gue memutuskan untuk melakukan ini. Selain untuk menghibur kalian berdua yang kembali ke setelan jomblo , juga untuk menjawab ke-khawatiran gue dan ibu."
"Waw, benar-benar kakak idaman." puji Vajendra.
"Baru tahu Lo?"
"Jan*cok!" umpatnya saat mendengar nada bangga dari ucapan Alden barusan.
Kekehan Alden terdengar.
"Type adik Lo yang gimana sih?" tanyanya lagi.
"Kenapa? Mau daftar? Langkahi gue dulu." sewot Alden.
"Boleh." Vajendra mengangguk.
"Heh, Jan*Cok!"
Vajendra bisa merasakan bahunya digeplak oleh Alden, rasanya nano nano. "Gue yang baru putus, Lo yang mau mati." ucapnya.
"Siapa juga yang mau mati? Hah?"
"Ya Lo tadi geplak bahu gue, mobilnya sempat oleng, untung saja jalannya sepi." ucap Vajendra.
Perjalanan dari kota madya ke desa yang katanya berada di ujung pulau yang terbesar di bagian Tenggara ini memerlukan waktu hampir dari 3 jam.
"Beneran ini tempatnya?" tanya Vajendra kepada Alden yang sedang memasukkan ponselnya ke pouch.
"Yoa. Sesuai maps kok." Alden mengangguk.
Vajendra lalu turun dari mobil, tanpa membuka kaca matanya. Tubuhnya membatu saat merasakan pelukan seseorang pada pinggangnya. Ada hal yang lebih darurat, yaitu jantungnya berdetak sangat cepat, bahkan lebih cepat saat ia mengetahui jika mantan kekasihnya berselingkuh dengan teman dekatnya.
Namun pelukan itu tidak berlangsung lama saat Alden bersuara, ia juga bisa merasakan jika tubuh di depannya membatu selama beberapa saat. Suara yang gugup itu lagi-lagi membuat detak jantung Vajendra berpacu cepat. Mata bulat, bulu mata yang lentik, bibir minimalis - yang tidak tebal namun juga tidak tipis -, alis rapi - yang sepertinya alami, hidung mungil nan mancung, semuanya berpadu sehingga membetuk pahatan yang sangat sempurna.
Inikah definisi cantik alami? Pikir Vajendra dalam hatinya. New something. Sesuatu yang baru menurutnya. Mungkin karena sudah terlalu lama ia tidak membuka matanya pada gadis gadis lain saat berpacaran dulu.
"Kakak okay?" tanya seorang gadis yang baru keluar dari kamar mandi.
Vajendra mendongak lalu mengangguk. "Sudah?"
"Sudah kok. Silahkan!"
Vajendra melihat Alegria berjalan hingga menempel dengan Alden sebelum berjalan ke kamar mandi. Ada lagi sesuatu yang baru menurutnya, seperti rumah sederhana ini. Ada tungku yang digunakan oleh Alegria dan teman-temannya untuk masak, rak piring jaman dulu, kamar mandi yang sederhana dan tentu saja barisan kasur atau matras tunggal yang berjejer di ruang sebelah. Benar-benar sesuatu yang baru menurutnya.
"Napa Lo? Dingin?" tebak Alden begitu Vajendra kembali bergabung di ruang tamu.
"Airnya dingin gila. Gue berasa direndam di kolam es." jawabnya jujur.
Yang lain terkekeh mendengar jawaban jujur Vajendra.
Mereka berenam sedang main re*mi, sementara Alegria masih bermanja-manja dengan kakaknya.
"Jadi besok gak bisa ikut?" tanya Alden.
"Sorry, bang. Besok mau uji coba kompor biogas, sementara lusa ada acara dengan anak karang taruna yang menjadi tim pemasaran desa ini." jawab Fathan.
"Setelah lusa?"
"Free, bang." jawab Ali.
"Bisa nyusul aja gak?"
"Bang!" tegur Alegria cepat. Ia tidak ingin abangnya terlalu jauh ikut campur dengan urusan KKN nya.
"Dilihat nanti deh bang. Sepertinya seru liburan bersama." jawab Yoga dengan nada yang lebih excited.
"Iya, kayaknya seru. Apaan sudah jauh-jauh datang kesini tapi gak liburan." seloroh Keanu.
"Diusahakan deh." ucap Ali.
"HOREEEE!" seru Fathan, Keanu, Naku dan Yoga.
Vajendra melihat Alegria menggelengkan kepalanya, sepertinya heran dengan tingkah kekanakan teman-temannya.
✨✨✨
Alegria
Wajahnya tersembunyi pada dada bidang abangnya. Ya, malam ini ia memilih tidur didalam dekapan sang Abang.
"You okay?" tanya Alden pelan pada adiknya. Takut yang lain merasa terganggu.
"I'm okay, Abang." Alegria merasakan rambutnya dielus.
"Syukurlah. Bahagia terus yah adiknya Abang " harap Alden. "Abang akan selalu bersama adek."
"Terima kasih, Abang."
"Tidur gih. Sekarang sudah larut, besok kamu ada kegiatan."
Alegria lalu memejamkan matanya, berharap segera memasuki alam mimpi. Ia baru terbangun saat mendengar azan subuh berkumandang.
"Huaah, dingin sekali." keluh Naku. Rupanya lelaki itu baru selesai wudhu.
"Sedingin apa?" tanya Vajendra.
"Yang jelas dingin, bang." jawab Naku.
Terlihat Vajendra berjalan ke belakang, sepertinya ikut mengambil antrian untuk wudhu.
"Eh, sudah bangun?" tanya Alden pada adiknya.
Alegria mengangguk. Ia mengangkat kedua tangannya, meminta tolong untuk dibantu berdiri. Hal itu membuat Alden terkekeh kecil lalu melakukan apa yang adiknya pinta.
"Sana, wudhu dulu!" Alden mengacak pelan rambut adiknya.
Kemarin-kemarin, Ali dan Fathan bergantian menjadi imam untuk teman-temannya. Namun tidak dengan subuh kali ini, Vajendra lah yang melakukannya. Ternyata selain jago di lapangan, lelaki itu juga bisa diandalkan untuk dijadikan imam. Imam solat maksudnya.
"Gak mandi dulu?" tanya Alegria pada kedua lelaki yang sedang bersiap-siap di ruang tamu.
"Nanti, dek." jawab Alden.
"Masih dingin ini." jawab Vajendra.
Alegria terkekeh. Ia tentu sangat mengerti. Ia pun merasakan hal yang sama.
"Bang, semalam gue video-in Lo, bisa gak gue upload?" tanya Keanu.
"Nanti yah, saat gue udah di rumah." jawab Vajendra.
"Assiap." Keanu sambil hormat.
"Makasih juga bang buat jersey dan tanda tangannya." ucap Fathan.
"Santai." Vajendra mengangguk. Tatapannya lalu tertuju pada Alegria yang sedang dipeluk oleh Alden. Entah kenapa jantungnya kembali berpacu dengan cepat.
"Udah, baik-baik yah. Abang tunggu di sana." ucap Alden.
Alegria mengangguk. "Makasih." katanya.
"Ali, kalau misalkan jadi, kabarin gue yah." pandangan Alden tertuju pada ketua kelompok adiknya.
"Siap, bang." Ali mengangguk.
"Hati-hati, bang!"
Dan sebelum cahaya matahari menyinari bumi, paje*ro sport hitam itu meninggalkan pekarangan posko.
Alih-alih kembali tertidur, Alegria memilih untuk menyapu halaman yang dijatuhi daun-daun kering.
Mau pantengin terus sampai tamat ahh 😁
Semangat kak bikin ceritanya 🤗 ditunggu sampai happy ending yahh 😘