sinopsis Amelia, seorang dokter muda yang penuh semangat, terjebak dalam konspirasi gelap di dunia medis. Amelia berjuang untuk mengungkap kebenaran, melindungi pasien-pasiennya, dan mengalahkan kekuatan korup di balik industri medis. Amelia bertekad untuk membawa keadilan, meskipun risiko yang dihadapinya semakin besar. Namun, ia harus memilih antara melawan sistem atau melanjutkan hidupnya sebagai simbol keberanian dalam dunia yang gelap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul natasya syafika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Penyelamat yang Terlupakan - Bahagian 2: Pilihan yang Sulit
Setelah memulai perawatan Clara, Amelia merasa beban berat menimpa dirinya. Ia menghadapi lebih banyak rintangan dari yang ia duga, baik dari segi medis maupun dari tekanan institusional.
Di satu sisi, ia harus berjuang untuk melawan lupus yang semakin memburuk pada Clara, sementara di sisi lain, ia harus menghadapi tekanan besar dari rekan-rekannya dan manajemen rumah sakit yang memiliki agenda yang sangat berbeda.
Meskipun ia tahu bahwa apa yang ia pilih akan memengaruhi nasib pasiennya dan juga kariernya, Amelia tidak bisa mundur.
......................
Amelia duduk dengan hati-hati di meja rapat, memaparkan rencana perawatan untuk Clara kepada tim medis rumah sakit.
Di hadapannya, beberapa dokter senior dan spesialis berdiri dengan ekspresi waspada. Mereka mungkin tidak sepenuhnya setuju dengan pendekatannya, tapi Amelia sudah terbiasa dengan ketegangan seperti ini.
Di dunia medis yang penuh dengan penelitian dan inovasi, kadang-kadang langkah-langkah berani yang belum banyak dicoba menjadi sangat kontroversial.
"Clara telah menderita cukup lama akibat pengobatan yang terlalu bergantung pada steroid dosis tinggi tanpa memberikan hasil jangka panjang," Amelia memulai penjelasannya dengan nada yang tenang namun penuh keyakinan. "Saya berencana untuk menggantinya dengan terapi biologis seperti belimumab, yang memiliki bukti kuat untuk pasien lupus refrakter. Saya juga akan mengoptimalkan penggunaan ACE inhibitor untuk melindungi ginjalnya dari kerusakan lebih lanjut."
Mendengar ini, Dr. Hendra, seorang rekan senior yang terkenal dengan pandangannya yang konservatif dan skeptis terhadap terapi baru, segera mengajukan pertanyaan kritis. "Belimumab? Itu belum pernah menjadi terapi standar di rumah sakit ini. Kenapa Anda tidak mencoba terapi baru dari perusahaan farmasi yang telah mereka rekomendasikan? Mereka sudah berulang kali menunjukkan hasil yang menjanjikan."
Amelia menarik napas dalam-dalam. Ia sudah menduga bahwa Dr. Hendra akan mengajukan pertanyaan seperti itu. "Karena data itu hanya 'menjanjikan' dalam konteks jangka pendek. Clara tidak bisa menunggu hasil eksperimen jangka panjang. Dia membutuhkan perawatan yang aman dan berbasis bukti."
Dr. Hendra menyilangkan tangannya dengan ekspresi skeptis yang jelas. "Tapi, Amelia, kalau pendekatan Anda gagal, bagaimana Anda akan mempertanggungjawabkan itu pada manajemen? Perusahaan farmasi sudah jelas menyatakan bahwa mereka ingin mendukung pasien lupus melalui inovasi ini."
Amelia menatapnya tajam, tanpa sedikit pun kehilangan ketenangannya. Suaranya tetap tenang namun tegas. "Saya lebih baik gagal dengan pendekatan berbasis bukti daripada mempertaruhkan kesehatan Clara untuk memenuhi target mereka. Pasien saya bukan proyek percobaan."
Tim dokter saling berpandangan dengan ragu. Beberapa di antara mereka tampak terkejut, sementara yang lain terdiam, mungkin mencoba menimbang-nimbang keputusan Amelia. Beberapa detik berlalu dengan hening yang berat, hanya ada suara detakan jam di sudut ruang rapat yang terasa semakin keras.
......................
Setelah rapat yang penuh ketegangan itu, Amelia berjalan menuju ruang rawat Clara. Di sana, Clara sedang duduk dengan tubuh yang tampak lebih lemah dari sebelumnya. Wajahnya dihiasi dengan ruam malar yang semakin jelas, dan meskipun ekspresinya kosong, ada secercah keingintahuan di matanya.
Amelia tahu bahwa Clara bukan hanya membutuhkan pengobatan, tetapi juga harapan, sesuatu yang sulit ditemukan setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakit yang tak terlihat.
Amelia duduk di samping tempat tidur Clara, membukakan grafik hasil pemeriksaan terakhir. "Clara, saya tahu kamu telah melewati banyak hal yang sangat sulit, dan saya paham bahwa semua ini membuatmu sulit untuk percaya lagi pada pengobatan," katanya dengan suara yang lembut, berusaha untuk memberikan kenyamanan. "Tapi saya ingin menjelaskan rencana yang sudah saya buat untukmu."
Clara menatapnya dengan mata yang dipenuhi keraguan. "Rencana? Dokter sebelumnya juga punya rencana. Tapi semuanya berakhir sama, saya semakin sakit, dan mereka semua menyerah," jawab Clara dengan nada kecewa yang terdengar sangat mendalam. Ada kekecewaan yang begitu dalam di dalam kata-katanya.
Amelia mengangguk perlahan, tidak bisa menyalahkan Clara atas sikapnya. "Saya paham bahwa kamu merasa demikian. Tapi saya ingin membuat ini berbeda. Fokus saya adalah menjaga ginjalmu tetap berfungsi, mengurangi efek samping dari pengobatan sebelumnya, dan memastikan kualitas hidupmu lebih baik. Saya tidak akan menambahkan risiko yang tidak perlu. Kita akan melangkah secara hati-hati dan bertahap."
Clara menatapnya lama, masih ragu dan dengan sedikit ketegangan. "Dan kalau itu tidak berhasil?" tanyanya dengan suara lemah, seolah mengungkapkan ketakutan yang sudah terlalu sering ia rasakan.
Amelia tersenyum hangat, mencoba meyakinkan Clara dengan kata-kata yang lembut namun penuh keyakinan. "Kalau tidak berhasil, kita akan menyesuaikan lagi. Tapi saya tidak akan menyerah pada tubuhmu, dan saya juga tidak akan menyerah padamu. Kita akan terus berjuang bersama-sama."
Air mata mulai menggenang di mata Clara, meskipun ia berusaha menahan agar tidak jatuh. "Saya sudah terlalu sering kecewa. Tapi kalau saya tidak mencoba, apa lagi yang tersisa untuk saya?" suara Clara hampir tidak terdengar, penuh dengan keputusasaan, namun juga ada sedikit keberanian yang mulai muncul.
Amelia menggenggam tangan Clara dengan lembut. "Itulah sebabnya kamu harus mencoba. Ini adalah langkah pertama kita."
......................
Di tengah kesibukannya merawat Clara, Amelia tiba-tiba dipanggil ke ruang rapat yang lebih formal untuk bertemu dengan manajemen rumah sakit.
Di sana, wajah para direktur tampak serius dan tegang, seolah-olah sedang menunggu sebuah keputusan penting yang akan mempengaruhi arah rumah sakit ke depannya.
Di meja rapat tergeletak beberapa dokumen yang berisi laporan kemajuan dari pasien lupus yang menggunakan terapi baru dari perusahaan farmasi yang telah direkomendasikan.
Direktur Rumah Sakit membuka percakapan dengan nada yang terkesan cukup formal. "Dr. Amelia, kami mendengar bahwa Anda memilih untuk tidak menggunakan terapi baru yang direkomendasikan. Anda tahu bahwa ini adalah peluang besar bagi rumah sakit kita untuk menjalin kerja sama lebih erat dengan perusahaan farmasi ini. Mereka memiliki potensi besar untuk membawa manfaat finansial yang signifikan untuk rumah sakit."
Amelia mengangguk pelan, tetap menjaga sikap tenang. "Saya memahami pentingnya kerja sama itu, tetapi data tentang terapi baru ini masih terlalu prematur. Clara sudah mengalami efek samping yang berat dari pengobatan sebelumnya. Saya tidak bisa mengambil risiko itu. Tugas saya adalah melindungi kesehatan pasien saya, bukan menjadikan mereka percobaan untuk sesuatu yang belum terbukti."
Direktur itu tampak kesal, namun ia tetap berusaha untuk menunjukkan sikap profesional. "Namun, Dr. Amelia, jika Anda tidak mengikuti kebijakan ini, Anda bisa kehilangan fasilitas penelitian yang telah kami siapkan untuk Anda. Kami tidak bisa terus mempertahankan dokter yang tidak mendukung visi rumah sakit ini."
Amelia menatap sang direktur dengan mata yang tajam, suaranya tetap tegas namun penuh keyakinan. "Dengan segala hormat, tugas saya adalah melindungi pasien saya, bukan melayani visi perusahaan farmasi. Clara membutuhkan perawatan yang aman dan berbasis bukti, bukan eksperimen yang belum terbukti."
Suaranya meninggi sedikit, namun ia tetap menjaga kendali penuh atas dirinya. "Saya tidak akan mengorbankan Clara atau pasien lainnya demi keuntungan atau hubungan dengan perusahaan farmasi. Rumah sakit ini mungkin bisa mendapatkan manfaat finansial dari perusahaan itu, tetapi saya berjanji akan terus mempertahankan integritas saya sebagai dokter."
Direktur tampaknya tidak siap dengan tanggapan Amelia yang begitu berani. "Kami harap Anda mempertimbangkan keputusan Anda ini dengan matang, Dr. Amelia. Ini bukan hanya tentang Anda pribadi, tetapi juga tentang rumah sakit ini dan masa depannya."
Amelia berdiri dari kursinya dengan tegas, matanya berbinar dengan keputusan yang sudah ia buat. "Terima kasih atas masukan Anda. Namun, saya sudah tahu apa prioritas saya."
Ia keluar dari ruang rapat dengan kepala tegak, meskipun perasaan dalam dirinya sangat bertentangan. Ia tahu bahwa perjuangan ini belum selesai. Dalam hatinya, ia sudah siap untuk menghadapi tantangan lebih besar.
......................
Setelah pertemuan yang penuh tekanan dengan manajemen, Amelia kembali ke ruang rawat Clara. Clara tampak sedikit lebih baik meskipun masih tampak lelah. Amelia duduk di sampingnya dan mulai menyampaikan rencana akhir perawatan yang telah ia susun dengan penuh pertimbangan.
"Clara, saya sudah mengatur semuanya. Kita akan mulai dengan mengurangi steroid secara perlahan. Saya juga akan menambahkan belimumab untuk membantu mengurangi aktivitas penyakit dan melindungi ginjalmu dari kerusakan lebih lanjut," ujar Amelia dengan tenang. "Ada kemungkinan akan ada sedikit efek samping, tapi kita akan memantau semuanya dengan saksama."
Clara menatap Amelia dengan wajah yang masih dipenuhi keraguan, tetapi ada sedikit secercah harapan yang terpancar dari matanya. "Apa yang harus saya lakukan?" tanya Clara pelan.
Amelia memberikan senyuman lembut. "Kita akan melakukannya bersama-sama. Beritahu saya kalau ada yang terasa tidak nyaman, dan kita akan menyesuaikan rencana ini. Kalau kamu setuju, kita bisa mulai besok."
Clara terdiam sejenak, seolah berpikir keras. Setelah beberapa saat yang terasa sangat lama, akhirnya Clara mengangguk perlahan. "Baiklah. Saya akan mencoba."
......................
Malam itu, setelah semua pekerjaan selesai, Amelia kembali ke kantornya yang sepi. Ketika ia membuka amplop yang ada di mejanya, ia menemukan sebuah surat yang ditujukan kepadanya dari manajemen rumah sakit. Isinya singkat namun penuh dengan tekanan.
“Dr. Amelia, kami menyayangkan keputusan Anda untuk menolak kebijakan yang disarankan. Semua tindakan Anda terkait pasien akan diawasi lebih ketat mulai sekarang."
Amelia meletakkan surat itu di atas mejanya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Ia tahu bahwa perjuangannya baru saja dimulai. Sistem ini berusaha menekan dan mengubah prinsipnya, tetapi ia tidak akan menyerah begitu saja.
Dengan tenang, Amelia menatap keluar jendela kantornya yang gelap. "Kita akan lihat siapa yang menyerah lebih dulu aku, atau sistem ini," bisiknya pada dirinya sendiri.
......................
Catatan Medis Clara:
- Gejala Baru:
* Nyeri pleuritik (pleuritis).
* Ruam malar yang memburuk.
* Kelelahan kronis.
- Rencana Perawatan:
1. Terapi Biologis: Belimumab untuk menekan aktivitas autoimun.
2. Pengurangan Steroid: Secara bertahap untuk meminimalkan efek samping.
3. ACE Inhibitor: Melindungi ginjal dan mengurangi proteinuria.
4. Pendekatan Psikologis: Untuk membantu Clara mengatasi depresi dan membangun kembali rasa percaya diri.
Amelia tahu perjuangan ini tidak hanya untuk menyembuhkan Clara, tetapi juga untuk melawan sistem yang sering kali tidak berpihak pada pasien. Namun, ia bertekad untuk terus maju, meskipun risikonya besar.