NovelToon NovelToon
Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Di Ratukan Oleh Selingkuhan

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Wanita Karir
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: NinLugas

Nandana Panesthi, seorang istri yang sempurna di mata orang-orang, terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan Dimas Larung Mahdiva, pria ambisius yang lebih mencintai kekuasaan daripada dirinya. Kehidupan rumah tangga mereka yang tampak harmonis hanyalah topeng dari kebekuan yang semakin menusuk hati Nanda.
Hingga suatu hari, Sanjana Binar Rimbawa hadir seperti badai di tengah gurun kehidupan Nanda. Seorang pria dengan tatapan yang dalam dan kata-kata yang mampu menghidupkan kembali jiwa yang hampir mati. Sanjana bukan sekadar selingkuhan dia adalah pria yang menempatkan Nanda di singgasana yang seharusnya, memperlakukannya bak ratu yang selama ini diabaikan oleh suaminya.
Namun, cinta terlarang ini tak semudah kelihatannya. Di balik kelembutan Sanjana, tersimpan rahasia yang mengancam segalanya. Sementara Dimas mulai mencurigai perubahan sikap Nanda dan bertekad untuk mengungkap siapa pria yang berani merebut perhatian istrinya.
Akankah Nanda menemukan kebahagiaan sejati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NinLugas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dimas KDRT

Tepat pukul 23.00, Nanda tiba di depan rumahnya, rumah yang selama hampir setahun ini terasa lebih seperti penjara daripada tempat tinggal. Ketika taksi berhenti di depan gerbang besar rumah mewah itu, Nanda menghela napas panjang, seolah beban yang tak tampak itu semakin berat. Tanpa menunggu lebih lama, ia membayar sopir taksi dan keluar dari kendaraan itu, menatap rumah yang kini menjadi simbol dari segala kepedihan dalam hidupnya.

Kaki Nanda terasa kaku, tapi ia memaksakan diri untuk berjalan menuju pintu utama. Suasana malam yang sunyi hanya ditemani oleh suara langkah sepatu hak tinggi Nanda yang bergema di jalan setapak yang dipenuhi tanaman rimbun. Tak ada sinar rembulan malam itu, hanya lampu-lampu taman yang temaram, seolah tak ingin menyinari kegelapan yang menggelayuti hidup Nanda.

Ia meraih gagang pintu dengan tangan yang sedikit gemetar, lalu melangkah masuk ke dalam rumah yang seharusnya menjadi tempat di mana cinta dan kebahagiaan seharusnya tumbuh. Namun yang ada malah kesepian dan ketegangan yang membelenggu setiap sudutnya. Dimas, suaminya, mungkin sudah tidur di kamar mereka, atau entah sedang pergi lagi entah ke mana, seperti yang sering dia lakukan belakangan ini.

Nanda menuruni lorong panjang menuju kamar tidur mereka, tanpa ada suara atau sapaan dari siapa pun. Hanya keheningan yang terasa begitu menekan. Ketika ia sampai di depan pintu kamar, sebuah perasaan cemas dan resah menyelimutinya. Seharusnya malam ini adalah malam biasa, namun ada yang berbeda. Sebuah perasaan yang sudah lama ia pendam, kini semakin sulit untuk diabaikan. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah masuk.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka sedikit, dan sosok Dimas muncul, berdiri di ambang pintu dengan wajah yang masih menunjukkan sedikit kesan mabuk. Ada bau alkohol yang tercium, dan ekspresinya yang terlukiskan jelas betapa acuhnya dia pada kehadiran Nanda.

"Akhirnya datang juga," ucap Dimas dengan suara berat, seolah tak peduli dengan apa yang terjadi.

Nanda menatap Dimas sejenak, mencoba menahan emosi yang hampir pecah. "Aku baru saja keluar," jawab Nanda dengan suara serak, mencoba untuk tidak menunjukkan kelemahannya.

"Ah, apapun itu," Dimas bergumam sambil kembali melangkah masuk ke dalam kamar, duduk di tepi ranjang dengan sedikit terhuyung. "Kamu tahu apa yang harusnya kita lakukan malam ini, kan?"

Nanda menghela napas. Ia tahu bahwa Dimas tidak akan pernah memahami perasaannya, tidak sekarang, tidak mungkin. "Dimas," panggilnya dengan suara pelan, namun berat. "Aku lelah. Lelah dengan semuanya."

Dimas hanya melirik sekilas, lalu melemparkan pandangannya ke arah lain. "Kamu tahu, kita semua memang lelah, Nanda. Tapi hidup ini berjalan terus, bukan?"

Nanda merasa hatinya semakin hancur mendengar kata-kata itu. Betapa mudahnya Dimas berbicara seperti itu, seolah tak ada yang salah dalam pernikahan mereka. Padahal, setiap hari terasa seperti siklus yang tak pernah berakhir terus menerus menghancurkan dirinya.

"Aku ingin kita bicara, Dimas," ujar Nanda, matanya kini penuh dengan isak yang tak terucapkan. "Aku ingin tahu, apakah kamu pernah menganggap aku lebih dari sekadar kewajiban?"

Dimas tidak menjawab, malah terdengar suara deru napasnya yang mulai teratur. Dia tertidur dalam posisi duduk, tanpa peduli lagi pada pertanyaan yang terlontar dari bibir Nanda. Sebuah kenyataan pahit yang sangat menyakitkan bagi Nanda. Suaminya, yang seharusnya menjadi teman hidupnya, tak lebih dari seorang asing yang tidak pernah benar-benar hadir dalam kehidupannya.

Dengan hati yang terasa semakin perih, Nanda memutuskan untuk meninggalkan kamar itu. Ia tak ingin lagi terjebak dalam rutinitas yang semakin merenggut kebahagiaannya. Namun, sebelum ia melangkah keluar, ia berhenti sejenak, menatap Dimas yang terkulai lemas di ranjang mereka.

"Aku tidak bisa terus begini," bisiknya, dengan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Aku tidak bisa."

Dan dengan langkah gontai, Nanda meninggalkan kamar itu. Ia tahu, dalam hatinya, bahwa keputusan untuk bertahan dalam pernikahan ini sudah hampir habis masa berlakunya. Ia harus keluar dari jebakan ini, entah bagaimana caranya. Tapi Nanda juga tahu, dengan atau tanpa Dimas, ia harus menemukan cara untuk kembali menemukan dirinya yang hilang.

Nanda terkejut, tubuhnya tidak siap dengan kekerasan yang datang begitu tiba-tiba. Sebelum ia sempat merespons, Dimas sudah menarik rambut panjangnya dengan kasar, membuat Nanda tersentak. Kepalanya terbentur keras di dinding, rasa sakit langsung menyebar di seluruh tubuhnya. Belum sempat ia menstabilkan diri, tubuhnya jatuh dan menabrak meja kecil yang ada di dekatnya. Pas bunga yang terletak di atas meja itu terjatuh, pecah berantakan di lantai, seolah mencerminkan keadaan hati Nanda yang hancur.

"Apa yang kamu pikirkan, hah?" bentak Dimas dengan wajah marah, menatap Nanda dengan mata yang dipenuhi kebencian dan ketidakpedulian. "Kamu pikir bisa pergi begitu saja tanpa konsekuensi?"

Nanda menahan rasa sakit di kepalanya, namun tubuhnya terasa lemas dan tak berdaya. Ia mengerang pelan, berusaha untuk bangkit meskipun pusingnya semakin hebat. Tangannya meraih sisi meja untuk menopang tubuhnya, berusaha mengatur napas agar bisa bertahan.

"Dimas, tolong..." suara Nanda bergetar, tak kuasa menahan air mata yang mulai mengalir. Namun, Dimas tidak menunjukkan rasa kasihan sedikit pun.

Dia justru semakin dekat, menatap Nanda dengan tatapan dingin yang membuat hati Nanda semakin retak. "Tolong?" ucap Dimas, nada suaranya penuh olokan. "Kau ingin 'tolong'? Kenapa tidak kamu pikirkan itu sebelumnya, Nanda? Sebelum menikah, sebelum semua ini terjadi."

Nanda terdiam, matanya menatap Dimas dengan campuran rasa takut dan kebingungan. Rasa sakit fisik yang ia rasakan tidak seberapa dibandingkan dengan luka emosional yang sudah terlalu lama ia tanggung. Ia sudah tahu bahwa pernikahan ini adalah kebohongan, namun kenyataan yang dihadapinya malam ini membuatnya merasa lebih terperangkap daripada sebelumnya.

Dimas mendekat, dan Nanda merasa jantungnya semakin berdegup kencang. "Kamu tak bisa pergi kemana-mana, Nanda. Kamu milikku, sekarang dan selamanya."

Nanda menggigit bibirnya, berusaha menahan tangis. Keputusannya untuk bertahan kini semakin sulit, namun ia tahu tidak ada jalan mundur lagi. Ketika Dimas melangkah mundur dan membiarkan Nanda terjatuh di lantai, ia hanya bisa terdiam, merasakan kerapuhan jiwanya yang semakin retak

Ibu Turi, yang tengah berada di lantai satu, mendengar suara bentakan keras dari Dimas yang semakin memekakkan telinga. Suara tangisan Nanda yang samar, diikuti dengan suara benda jatuh dan pecah, membuat hatinya tergerak. Ini bukan pertama kalinya dia mendengar perkelahian antara Nanda dan Dimas, namun kali ini rasanya berbeda. Suara amarah Dimas yang begitu menggelegar dan penuh kebencian membuatnya merasa ada sesuatu yang lebih dalam yang terjadi malam itu.

Ibu Turi yang biasa saja, tidak pernah ikut campur urusan majikannya, kini merasakan keperihatinan yang mendalam. Ia tahu bahwa Dimas seringkali melampiaskan amarahnya pada Nanda, tetapi malam ini tampaknya ada sesuatu yang lebih dari sekadar kemarahan biasa. Ada kekerasan yang seakan tidak bisa dikendalikan, sesuatu yang lebih jauh dari yang bisa diterima oleh akal sehat.

Ibu Turi mendekati tangga, mencoba mendengar lebih jelas apa yang terjadi di atas. Ia berdiam beberapa saat di dekat pintu, berpikir apakah ia harus masuk dan mencoba melerai. Namun, pikirannya berbenturan dengan rasa takut akan tindakan Dimas yang mungkin semakin brutal jika ia ikut campur.

Perasaan iba dan cemas mulai menyelimuti hatinya. Ia sudah cukup lama bekerja di rumah itu, melihat betapa tertekannya Nanda dalam pernikahan yang seharusnya membawa kebahagiaan, tapi malah dipenuhi dengan kekerasan dan ketidakpedulian. Ibu Turi merasa tak berdaya, terjebak antara kewajibannya sebagai seorang pembantu dan rasa kemanusiaan yang semakin menuntutnya untuk bertindak.

Namun, dia tahu satu hal Nanda membutuhkan bantuan, dan jika terus membiarkan kekerasan ini berlanjut, mungkin suatu saat Nanda tidak akan bisa bertahan lagi. Dalam diam, Ibu Turi memutuskan untuk mengambil tindakan. Ia berjalan cepat menuju dapur, membuka lemari es, dan mencari nomor telepon seseorang yang mungkin bisa membantu seseorang yang bisa memberi Nanda jalan keluar dari penderitaannya.

Saat dia mengambil langkah menuju pintu belakang rumah, hati Ibu Turi penuh kecemasan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi satu hal yang ia tahu adalah, Nanda tidak bisa terus hidup dalam siksaan ini.

1
Dian
Semangat Thor, ayo saling dukung❤️
merry jen
jg mau nan balik sm dims tu buknny kdrt tp dh selingkhh jgg
merry jen
Bu Bu Nanda dan ankmu dh ceraii gk perlu imt cmpurr lgg x ,,klo san pyn niat jhtt terhdp Nanda biarinn itu urssn Nanda dan san ,,ursin ajj hdpmu dan ankmu yg kacau balau ituu Bu ,,cari selingkuh Dimas kmn pergi yaa
merry jen
San bukn org y kaya perushnn mntn suami Nanda ajj udd di tangan sann,,apa dan pura pura spy bs dptin Nanda atau ada niat terselubung gt sm nanda
Yuni Susanti
Kecewa
Yuni Susanti
Buruk
merry jen
jgn smpai Dimas bundir lgg biar kn Dimas nikmatin penyesalan hdpyy
merry jen
Bu Bu cb ank cwe mu di perlakukan sm laki y gmn cbb kmu sbgaii ibu pstii minta keadilan buat ank kmuu
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚.
Menarik ceritanya/Smile/Saya suka story' perselingkuhan/Slight/.
NinLugas: terimakasih kka
total 1 replies
merry jen
mau sekaya apa pun klo tindkkn yg Dimas lakukan bklnn menghancurkan hdpp yaa Dimas
NinLugas: betul kk terimakasih sdh mampir
total 1 replies
merry jen
mata mmu buta dayuu jdii bgtu lahh gk pdlii anky mati di tangan mantu yaa sndrii
NinLugas: krna 10m kk 😭
total 1 replies
angel
Nextt!
NinLugas: siap kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!