Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 33. Salah Paham yang Membangongkan.
Setelah berhasil menemukan Yudha dengan penuh perjuangan, akkhirnya Damian mengajak laki-laki itu dan juga Wildan kembali pulang. Tidak lupa mereka berhenti sebentar di supermarket untuk membeli es krim.
Yudha yang awalnya takut dan tidak ingin ikut dengan Damian, mendadak jadi patuh saat sang kakak menelepon dan mengatakan jika Damian adalah temannya.
"Kau mau es krim?"
Lamunan Yudha terhenti saat mendengar ucapan Damian, dia lalu menggelengkan kepalanya untuk menolak tawaran laki-laki itu.
Damian lalu kembali melajukan mobilnya untuk pulang ke rumah Hyuna, sementara Yudha terus memperhatikan jalanan yang sedang mereka lewati.
Pada saat yang sama, Hyuna dan Vicky masih sama-sama terdiam dengan hening. Mata mereka saling melirik, tetapi mulut tidak juga mengeluarkan suara.
"Maaf, Tuan. Apa saya boleh bertanya?"
Untuk menghilangkan keheningan dan kesunyian yang terjadi, Hyuna memilih untuk bertanya saja.
Vicky lalu menganggukkan kepalanya sambil menyesap kopi yang masih tersisa, dia lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa sambil menatap Hyuna dengan tajam.
Belum apa-apa saja Hyuna sudah merasa takut dan menelan salivenya dengan kasar, tetapi dia harus bertanya sekarang juga karena benar-benar merasa penasaran.
"Saya ingin bertanya kenapa Anda sering mengunjungi saya, Tuan?" tanya Hyuna dengan pelan membuat Vicky tersenyum tipis, tetapi sayangnya dia tidak melihat senyum itu karena menundukkan kepala.
"Semoga dia tidak berpikir macam-macam dengan pertanyaanku, dan memang sudah seharusnya 'kan kalau aku bertanya?" Hyuna merasa cemas sendiri. Padahal dia yang bertanya, tetapi entah kenapa dia takut membuat laki-laki itu tersinggung.
"Bukankah kau sendiri yang menginginkannya?"
"Hah?"
Hyuna langsung mengangkat kepalanya dan menatap Vicky dengan bingung. "Apa maksudnya?" Dia ingin langsung bertanya tetapi suaranya tidak mau keluar.
"Kau mengatakannya pada Damian bukan, jika ingin bertemu dengan Wildan?" tanya Vicky yang langsung dijawab dengan anggukkan kepala Hyuna. "Ya sudah."
"Tunggu, maksudnya apa sih?"
Hyuna benar-benar merasa bingung dengan apa yang Vicky katakan. Memangnya tidak bisa ya, laki-laki itu berkata dengan normal seperti manusia yang lain? Benar-benar menguras pikirannya saja.
Ketika sedang berpikir keras, tiba-tiba terdengar suara mobil membuat Hyuna langsung beranjak keluar untuk menyambut sang adik tercinta.
"Assalamu'alaikum, Mbak."
"Wa'alaikum salam, Dek."
Yudha langsung menyalim tangan Hyuna dan sekilas memeluk tubuh sang kakak. "Bagaimana kabar Mbak?"
"Alhamdulillah Mbak baik. Ayo kita masuk!"
Hyuna lalu mengajak Yudha masuk ke dalam rumah, begitu juga dengan Damian dan juga Wildan yang sudah duluan masuk ke dalam. Sepertinya mereka sudah menganggap rumahnya ini rumah mereka sendiri.
Yudha menghentikan langkah kakinya saat melihat sosok lelaki yang saat ini duduk disofa. Dia mengucek matanya untuk memastikan apakah laki-laki yang dia lihat sama dengan laki-laki yang ada di televisi tempo hari, atau hanya hayalannya semata.
Hyuna yang memperhatikan tingkah Yudha mengernyitkan kening bingung, begitu juga dengan Vicky dan Damian yang menatap laki-laki itu dengan penuh tanda tanya.
"Ada apa, Dek? Apa matamu kena debu?"
Yudha langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mbak. Itu, apa itu-" Dia bingung harus menyebut laki-laki itu siapa karena lupa namanya.
"Iya, Dek. Dia itu manusia, bukan setan."
"Apa?"
Vicky langsung beranjak berdiri dari sofa saat mendengar ucapan Hyuna, sementara Hyuna dan Yudha terlonjak kaget mendengar bentakan laki-laki itu.
"Kau menganggap aku setan?"
Vicky menatap Yudha dengan tajam membuat laki-laki itu terkesiap, sementara Hyuna merasa bersalah karena tidak bermaksud menyinggung perasaan laki-laki itu.
"Bu-bukan begitu, Tuan. Saya hanya ingin memberitahu adik saya saja jika-"
"Aku ini setan?"
"Hah?"
Belum sempat Hyuna menyelesaikan ucapannya sudah dipotong oleh Vicky dengan emosi, tentu saja membuat wanita itu kalang kabut.
"Papa setan?"
Tambah lagi satu bocah kecil yang memanaskan suasana membuat dada Vicky berkobar dahsyat, sementara Damian memalingkan wajahnya karena hampir saja kelepasan tertawa.
"Beraninya kau mengataiku setan?"
Yudha langsung memeluk lengan Hyuna dengan erat membuat wanita itu tersentak kaget, sementara Hyuna sendiri menghela napas kasar karena bingung harus bagaimana menjelaskan kesalah pahaman yang membangongkan ini.
"Maaf, Tuan. Tolong dengarkan saya dulu dan jangan memotongnya," ucap Hyuna dengan nada yang sedikit tinggi agar laki-laki itu tidak lagi menyela ucapannya.
Vicky terdiam saat mendengar ucapan Hyuna, tetapi tatapan matanya masih menyorot Yudha dengan tajam.
"Maaf jika ucapan saya membuat Anda tersinggung, tapi saya hanya ingin mengatakan jika Anda itu manusia. Mungkin saja adik saya menganggap Anda bukan manusia karena terlalu tampan dibandingkan dengan laki-laki lain pada umumnya."
Sangking cepat-cepatnya bicara karena takut Vicky kembali tersinggung, membuat mulut Hyuna langsung bablas tanpa rem dan hambatan.
Mendengar ucapan Hyuna, Damian langsung memalingkan wajahnya ke arah sang tuan, sementara Vicky sendiri menatap wanita itu dengan tidak percaya. Dia bahkan tidak menyangka jika Hyuna akan mengatakannya dengan lantang di hadapan semua orang.
"Papaku memang tampan. Apa Tante mencintai papaku?"
"Apa?"
•
•
•
Tbc.