MR.PILOT

"Mas siapa?" tanya Binar bingung.

"Jangan pura-pura lupa, tempo hari kamu lari-larian di sini kaya anak kecil terus nabrak aku sampai ponsel aku jatuh dan terlindas mobil bahkan saat aku minta pertanggung jawaban, kamu malah menendang masa depanku, apa kamu masih ingat?" geram Nizar.

Binar terdiam mengingat-ingat, dan tidak lama kemudian Binar pun mengingatnya. "Ah, iya. Maaf Mas, nanti aku ganti ponselnya," sahut Binar dengan sengirannya.

"Gak bisa, pokoknya aku minta ganti sekarang juga," kekeh Nizar.

"Aduh Mas, kalau sekarang aku gak bisa soalnya aku sedang menunggu tamu," sahut Binar sembari berusaha melepaskan tangannya sendiri.

"Alasan lagi, kamu mau kabur ya?" sentak Nizar.

"Enggak, mana mungkin aku kabur," sahut Binar.

Binar celingukan, mencari keberadaan Suga. "Astaga, Pak Suga ke mana sih? di saat seperti ini dia malah menghilang," batin Binar.

"Pokoknya sekarang juga kamu harus ganti ponsel aku," kekeh Nizar.

Suga yang baru saja datang karena tadi merasa kebelet ingin ke toilet. Melihat Binar ditarik-tarik seperti itu merasa sangat kaget dan langsung berlari menghampiri keduanya. Suga dengan cepat memiting leher Nizar membuat Nizar kaget juga.

"Lepaskan Nona Binar," ucap Pak Suga.

Belum juga Nizar menjawab, Suga semakin mengencangkan tangannya membuat Nizar meringis dan melepaskan tangan Binar. Dari kejauhan tamu dari Jepang sudah kelihatan datang. Binar mengeluarkan kartu nama dan memberikannya kepada Nizar.

"Ini kartu namaku, nanti Mas hubungi aku saja kalau sekarang aku gak bisa karena sedang buru-buru," ucap Binar.

Binar pun dengan cepat pergi untuk menghampiri para tamu penting itu. "Woi, tunggu!" teriak Nizar.

"Diam, kamu!" Suga masih memiting leher Nizar.

Binar berbincang-bincang dengan para tamu sembari berjalan menjauh. Nizar terus berontak berusaha melepaskan diri tapi Suga tidak mau melepaskannya. "Lepaskan aku!" geram Nizar.

Setelah dilihat Binar masuk ke dalam mobil, Suga melepaskan Nizar dan segera berlari menyusul Binar. Sedangkan Nizar mengusap-usap lehernya. "Gila, tuh cewek benar-benar ya," geram Nizar.

Binar membawa tamu penting itu ke sebuah restoran mewah dan sebelumnya Suga sudah membooking tempat itu. Binar dan tamu itu membicarakan mengenai pekerjaan dan kerjasama yang akan mereka lakukan. Setelah cukup lama berbincang-bincang, tamu itu pun memutuskan untuk pergi dan kali ini Binar tidak mengantarkannya.

"Sekarang mau ke mana, Nona?" tanya Pak Suga.

"Ke rumah sakit, aku mau bertemu dengan Atta," sahut Binar.

"Baiklah."

Tidak membutuhkan waktu lama, Binar pun sampai di rumah sakit milik Atta. Binar ingin meminta penjelasan kepada Atta mengenai pasien itu, apa itu hanya sebatas pasien atau ada hubungan terlarang diantara mereka. Suga dengan setia mengikuti langkah Binar dari belakang.

Binar tidak lihat samping kiri kanan, dia hanya fokus ingin ke ruangan Atta saja. Sedangkan Suga, melihat jika Atta sedang berada di taman rumah sakit bersama seseorang.

"Nona, itu Dr.Atta," tunjuk Pak Suga.

Binar mengikuti petunjuk Suga, betapa terkejutnya Binar kala melihat lagi-lagi Atta sedang bersama pasien itu di taman rumah sakit. Binar pun mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Atta.

📞"Halo, kamu ada di rumah sakit?" tanya Binar.

📞"Iya, sayang. Ada apa?" Atta balik bertanya kepada Binar.

📞"Aku mau ke rumah sakit, ada sesuatu yang mau aku tanyakan sama kamu," sahut Binar.

📞"Ada apa? sekarang saja kalau kamu mau bertanya, soalnya sebentar lagi aku mau rapat dengan para dokter jadi aku tidak akan ada di rumah sakit," dusta Atta.

Seketika Binar mengepalkan tangannya. "Bisa-bisanya kami berbohong, Atta," batin Binar dengan geramnya.

Binar pun memutuskan sambungan teleponnya. Binar menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Binar ingin menenangkan dirinya, dia tidak mau sampai meneteskan air mata di depan para pengkhianat itu.

"Nona, baik-baik saja?" tanya Pak Suga khawatir.

"Aku baik-baik saja, Pak. Aku ingin mengakhiri semuanya sekarang," sahut Binar.

Dengan langkah yang terburu-buru, Binar pun menghampiri mereka. Binar berdiri di belakang Atta, sedangkan si pasien tampak membelalakkan matanya dan langsung melepaskan tangannya yang sedang dipegang oleh Atta.

"Kamu kenapa?" tanya Atta bingung.

"Kamu itu rapat dengan para dokter atau dengan wanita murahan ini?" tanya Binar.

Atta menoleh dan langsung berdiri dengan wajah gugupnya, si pasien pun ikut berdiri dan menundukkan kepalanya.

"Sayang, aku bisa jelaskan semuanya," ucap Atta gugup.

Plaaakkkk...

Binar menampar Atta. "Bagus, jadi ini yang selama ini kamu lakukan di belakang aku? pantas saja kamu selalu menolak kala aku ajak jalan-jalan, jadi kamu sudah tergoda dengan wanita penyakitan ini!" bentak Binar.

"Sayang, dengarkan aku dulu."

"Cukup Atta, ternyata kebersamaan kita selama 3 tahun ini tidak ada artinya sama sekali di mata kamu. Jahat sekali kamu mempermainkan aku seperti ini!" bentak Binar.

Atta hanya bisa menunduk, pandangan Binar beralih kepada wanita yang dari tadi berdiri di belakang Atta. Binar mendorong Atta dan berdiri di hadapan wanita itu. "Ini salah aku Binar, jadi kamu salahkan saja aku bahkan kamu boleh pukuli aku sesuka hati kamu, jangan salahkan Vero," ucap Atta berusaha menenangkan Binar.

Ya, ternyata wanita itu adalah Veronika yang tidak lain adik tiri Binar. Atta adalah dokter spesialis penyakit dalam dan dia yang menangani penyakit Veronika. Dikarenakan setiap saat bertemu di rumah sakit, membuat Atta lama-kelamaan jatuh cinta kepada Veronika.

Plaaakkk...

Binar kembali menampar Veronika membuat Atta langsung menghalangi Binar. "Binar, aku mohon jangan salahkan Vero, kamu boleh pukul aku dan caci maki aku karena ini semua salah aku, tapi kamu jangan sekali-kali salahkan Vero," ucap Atta memohon.

"Ternyata sifat ibumu menurun kepadamu. Pelakor tetaplah seorang pelakor, dasar tidak tahu diri. Seharusnya kamu banyak insyaf, karena sebentar lagi kamu akan mati!" bentak Binar.

"Maafkan aku, Kak," lirih Veronika dengan isakannya.

"Maaf, keluarga kalian memang penjilat semua. Ibumu merebut Papa dari Mamaku, sampai-sampai Mamaku mengalami depresi, dan sekarang kamu merebut Atta dariku. Bukanya dari awal kamu tahu, jika Atta itu kekasihku? kenapa kamu masih mau menjalani hubungan dengan dia? ibu dan anak sama-sama gatal, hobinya merebut milik orang lain. Lihat saja, aku pastikan kamu dan keluarga kamu akan pergi dari rumah Papaku dan hidup jadi gelandangan di jalanan!" teriak Binar.

Binar pun melangkahkan kakinya, Atta ingin mencoba menahan kepergian Binar namun Suga dengan sigap melayangkan pukulan pada wajah Atta membuat Atta tersungkur.

"Jangan temui Nona Binar lagi, karena saya yang akan membunuh kamu dengan tangan saya sendiri jika kamu berani menemui Nona Binar!" tegas Pak Suga.

Suga pun segera berlari menyusul Binar, sedangkan Atta hanya bisa meringis kesakitan sedangkan Veronika tidak henti-hentinya menangis.