Namanya Gadis. Namun sifat dan tingkah lakunya yang bar-bar dan urakan sangat jauh berbeda dengan namanya yang jauh lebih menyerupai laki-laki. Hobinya berkelahi, balapan, main bola dan segala kegiatan yang biasa dilakukan oleh pria. Para pria pun takut berhadapan dengannya. Bahkan penjara adalah rumah keduanya.
Kelakuannya membuat orang tuanya pusing. Berbagai cara dilakukan oleh sang ayah agar sang putri kembali ke kodratnya sebagai gadis feminim dan anggun. Namun tidak ada satupun cara yang mempan.
Lalu bagaimanakah saat cinta hadir dalam hidupnya?
Akankah cinta itu mampu mengubah perilaku Gadis sesuai dengan keinginan orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7- Pesta Anniversary
HAPPY READING
🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀
Ruangan mewah dan luas yang telah disulap menjadi arena pesta dengan dekorasinya yang indah itu, sudah penuh dengan kehadiran tamu undangan yang terus berdatangan. Suara musik yang mengalun membuat suasana semakin meriah dan hidup.
“Nah, itu mereka. Sayang, kemari.” Vanno melambaikan tangannya dengan sumringah begitu melihat anak dan istrinya turun dari tangga.
Najwa berhenti sejenak begitu mereka selesai menuruni anak tangga terakhir untuk memberikan senyuman dan tatapan tajam sebagai tanda peringatan pada Gadis, agar anak itu sedikit menurut dengan tetap bersikap anggun. Lalu, dia kembali mengapit lengan sang putri.
Sambil melempar senyum lebar dan ramah pada semua orang, Najwa menuntun Gadis menghampiri Vanno yang sedang berdiri bercengkrama bersama Bianca, Galang dan tamu.
“Mbak Feby, apa kabar?” Najwa beramah tamah dengan Feby yang merupakan temannya, juga istri dari rekan bisnis suaminya.
“Baik, Na.” Feby membalas senyuman dan sikap ramah Najwa.
Kedua wanita paruh baya dengan selisih usia lima tahun itu saling berpelukan dan menempelkan pipi. Feby tidak sendirian. Dia bersama suami dan putri cantiknya yang berusia 22 tahun.
“Ini Gadis? Wah, sudah besar ya sekarang. Tambah cantik. Sudah lama ya, tidak ketemu. Kamu apa kabar, sayang?” Feby menyapa Gadis dengan senyum ramah dan kagum melihat kecantikannya. Feby pun memeluk Gadis.
“Baik, Tante.” Gadis yang berusaha bersikap anggun, terlihat kikuk saat membalas pelukan dari teman orang tuanya itu.
“Oh ya, kuliah di fakultas apa? Semester berapa?” tanya Feby kepo.
“Nggak ada fakultasnya,” jawab Gadis santai.
“Hah? Maksudnya?” Feby terkejut dan bingung mendengar jawaban gadis itu.
Sedangkan Vanno dan Najwa saling beradu pandang, lalu menunduk malu. Apa jadinya kalau mereka tau putrinya yang sudah berusia 21 tahun masih duduk di bangku kelas tiga SMA?
“Kan aku masih SMA.”
Najwa, Vanno dan Bianca menghela nafas panjang karena malu saat Gadis memberikan jawaban yang membuat Feby, Sandy dan putri mereka yaitu Rebecca terkejut dan melongo.
“Masih SMA? Bukankah Galang sudah semester enam fakultas seni? Kok, kamu masih SMA?” Feby mewakili suami dan putrinya yang juga sama bingung dengannya.
“Mbak Feby, ini Rebecca ya? Sudah besar dan cantik ya. Mah, kalau tidak salah, dulu kita ketemu waktu dia ulang tahun yang ke 12 kan yah?” Vanno melirik Najwa diakhir kalimatnya. Mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk Rebecca yang tersenyum dengan elegannya.
“Iya, dulu masih kecil sekali, ya. Sekarang sudah besar dan semakin cantik ya.” Najwa menatap Rebecca dengan senyum kagum dan takjub melihat kecantikan gadis itu. Membuat Najwa lupa kalau Vanno sedang mencoba mengalihkan perhatian dari putri mereka yang memalukan.
“Tante bisa saja.” Rebecca tersenyum malu menerima pujian Najwa.
“Iya, Rebecca ini baru saja menyelesaikan pendidikan S1 nya. Sekarang dia menjabat sebagai sekretaris di sebuah perusahaan ternama. Sebenarnya, kami sudah berulang kali meminta dia untuk mengurus salah satu perusahaan kami saja. Tapi, katanya dia mau belajar mandiri dulu. Ingin mendapat jabatan karena kemampuannya sendiri, bukan karena orang tuanya,” papar Sandy menimpali.
“Bagus itu, Mas. Itu adalah prinsip yang harus didukung, karena tidak semua anak muda punya prinsip seperti itu,” ucap Vanno kagum.
“Dis, apa kabar? Sudah lama ya, tidak ketemu.” Rebecca menyapa Gadis dengan ramahnya.
Dulu waktu kecil mereka sering ketemu dan sempat akrab. Namun, setelah dewasa keduanya sudah jarang bertemu. Rebecca yang tau bahwa Gadis memiliki sifat tomboy, merasa kagum melihatnya yang ternyata bisa juga berpenampilan anggun dan feminim.
“Lho lihat sendirilah, gue baik-baik aja. Lho sendiri apa kabar?” Gadis yang sudah lelah bersikap feminim, kini mulai kembali mengeluarkan sifat tomboynya.
“Alhamdulillah, baik.”
“Tos dulu dong.” Gadis mengangkat tangannya kedepan Rebecca yang membalas dengan mengangkat tangannya juga.
Dengan cerianya Gadis menepuk telapak tangan Rebecca. Tepukan yang biasa saja bagi Gadis, namun terasa kasar bagi Rebecca yang tidak memiliki tenaga pria seperti dirinya.
Rebecca tersenyum kikuk sambil meringis merasakan sakit pada telapak tangannya akibat tepukan Gadis barusan.
“Oh ya, Bec, by the way, udah punya pacar belum?” Gadis tersenyum menggoda sambil merangkul pundak Rebecca.
“Sebenarnya—” pertanyaan Gadis membuat Rebecca menundukkan wajah dengan malu dan ragu.
“Kenapa? Pacar lho macam-macam? Gue juga sering dengar sih, sekarang lagi semaraknya kasus KDRT. Bahkan yang masih pacaran aja udah suka kurang ajar. Main gebukin aja anak orang. Tapi, lho tenang aja, entar kalau cowok lho suka kasari lho, bilang aja sama gue. Biar gue gebukin tuh orang sampe tulangnya remuk, biar dia nggak bisa macam-macam lagi,” ucap Gadis menggebu-gebu. Bayangan menghajar orang selalu membuatnya bersemangat.
Rebecca dan kedua orang tuanya melongo melihat Gadis. Tadinya mereka pikir sifat tomboy Gadis sudah menghilang seiring waktu. Tapi, sepertinya semakin akut saja setelah dewasa.
“Sandy, Feby, Rebecca, ngobrolnya nanti lagi ya. Sebaiknya, sekarang kalian nikmati dulu hidangannya. Ayo.” Vanno yang malu dengan sifat putrinya, kembali berusaha mengalihkan pembicaraan.
Rebecca dan kedua orang tuanya pun mengangguk dan mengikuti ajakan Vanno.
Acara demi acara pun dimulai, hingga tibalah mereka pada acara yang ditunggu-tunggu, yaitu acara tiup lilin dan potong kue yang dilakukan oleh Najwa dan Vanno selaku bintang utama dalam acara tersebut.
Senyuman penuh kebahagiaan terpancar diwajah sepasang suami istri itu, apalagi saat keduanya saling menyuapi kue. Membuat yang lain merasa iri dan turut bahagia melihat keromantisan pasangan yang sudah berumur itu.
Tidak terkecuali Gadis yang selalu merasa iri setiap kali melihat keromantisan antara kedua orang tuanya. Terkadang, dia membayangkan suatu saat akan mendapatkan pasangan seperti papanya yang sangat mencintai mamanya.
Namun, sepertinya bukan hal yang mudah untuk merealisasikannya. Dari SMP hingga SMA, banyak pria yang mendekatinya. Namun, pada akhirnya mereka semua memilih kabur karena takut.
Najwa sangat terharu dan bahagia dengan acara itu hingga rasanya dia ingin menangis. Tidak menyangka, kalau pernikahannya yang selalu dipenuhi dengan cinta dan kebahagiaan sudah berlangsung selama 22 tahun lamanya.
Bila mengingat masa lalu, rasanya dia tidak percaya bisa menemukan kebahagiaan dan cinta sejatinya lagi.
🌻🌻🌻🌻🌻
“Hai, cantik. Lagi asik banget kayaknya. Mau ditemani nggak?”
Tiga orang pria menghampiri gerombolan wanita cantik yang sedang asik bercengkerama ria didekat kolam renang. Tatapan para pria itu yang tampak nakal dan mesum membuat para wanita itu merasa tidak nyaman.
“Apaan sih? Jangan ganggu kita deh. Udah sana pergi.” salah seorang dari wanita itu memasang sikap galak.
Namun, sikap galak mereka malah tampak semakin menggoda dimata para pria hidung belang itu.
“Galak banget sih cantik-cantik. Hati-hati, nanti cantiknya hilang lho.” dengan tatapan penuh nafsu, salah seorang dari pemuda itu mencolek pipi gadis yang barusan mengusir mereka.
BERSAMBUNG