" Mau gimanapun kamu istriku Jea," ucap Leandra
Seorang gadis berusia 22 tahun itu hanya bisa memberengut. Ucapan yang terdengar asal dan mengandung rasa kesal itu memang sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri.
Jeanica Anisffa Reswoyo, saat ini dirinya sudah berstatus sebagai istri. Dan suaminya adalah dosen dimana tempatnya berkuliah.
Meksipun begitu, tidak ada satu orang pun yang tahu dengan status mereka.
Jadi bagaimana Jea bisa menjadi istri rahasia dari sang dosen?
Lalu bagaimana lika-liku pernikahan rahasia yang dijalani Jea dan dosennya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Rahasia 31
Lean sangat gelisah, dia tidak kunjung bisa memejamkan mata saat ini. Rasa rindunya terhadap Jea membuatnya hanya membolak balikkan badannya diatas ranjang. Padahal sekarang sudah lewat jam 12 malam, tapi Lean masih terjaga.
Dia mengambil ponselnya. Ingin sekali mengirim pesan kepada Jea tapi tidak ia lakukan. Lean tahu istrinya pasti sudah tidur di jam-jam itu. Ia juga tidak ingin mengganggu sang istri.
" Huh, kayaknya cuma aku aja nih yang ngerasa begini. Aarghhh, pagi lama amat sih," gerutunya.
Saking kesalnya dengan dirinya sendiri, Lean memukul-mukul bantal dan guling. Lalu, pada akhirnya dengan sangat berusaha keras dia bisa memejamkan mata.
Adzan subuh yang berkumandang langsung membangunkan pria itu. Ia melakukan rutinitas paginya dan hendak bergegas keluar.
" Lho kamu mau kemana pagi-pagi gini," lean terjingkat mendengar suara kakak perempuannya yang sepertinya baru kembali dari rumah sakit.
" Eh Mbak Za baru pulang. Aah ini lho, aku mau olah raga ke GBK mumpung cutinya masih," jawab Lean sekenanya. Tentu saja dia berbohong, dia bukannya ingin ke GBK melainkan ingin pulang ke apartemen.
" Ooh bagus kalau gitu, yook bareng. Mbak juga pengen kesana. Tubuh kaku-kaku nih."
" Ya?"
Lemas sudah Lean saat mendengar ucapan sang kakak. Ia yang awalnya hanya beralasan kini mau tidak mau harus melakukan apa yang tadi dikatakannya. Rasanya sungguh menyesakkan, padahal ia ingin sekali segera memeluk sang istri. Dia baru saja diizinkan untuk tidur sekamar, tapi baru sekali saja rasanya sudah susah sekali untuk kembali melakukannya.
Sebenarnya itu salah Lean sendiri, mengapa masih belum mau jujur kepada keluarganya. Alhasil dirinya sendiri yang kesusahan. Hanya ingin bermesra dengan istri pun sulit. Apalagi hari ini Jea kuliah, semakin tidak bisa saja dia merayu istrinya.
" Kok bengong, ayo!"
" Iya Mbak, ayo."
Lean menjawab dengan lunglai, seolah seluruh tenaga habis. Padahal dia belum melakukan apapun.
Dan benar saja, Lean dan Zara menggunakan banyak waktu di sana. Sebenarnya Lean heran, kakak perempuannya itu seolah tidak ada capeknya. Padahal baru saja kembali dari rumah sakit saat subuh tadi, tapi sekarang dia bisa melakukan olah raga dnegan begitu bersemangat.
" Mbak Za nggak capek?"
" Capek lah, gila aja. Emangnya aku super hero. I only human."
" Ya ya ya, Mbak Za, Mbak nggak ada niatan nyari suami gitu. Ya paling nggak pacar dulu lah."
Zara mengerutkan alisnya. Dia sedikit heran atas pertanyaan adiknya itu. Bukan tanpa alasan, Lean baru kali ini bertanya hal demikian. Selama ini mereka tidak pernah membahas perihal jodoh. Dan ini termasuk pertanyaan yang tiba-tiba.
" Kenapa tiba-tiba gitu. Aaah ini pasti gara-gara kamu punya pacar ya. Tenang aja, kamu kalau mau nikah, nikah aja duluan. Aku nggak maslaah kok. Lagian jdooh itu di tangan Allah. Aku nggak takut meskipun kamu ngelahkahi aku. Jadi tenang aja. Jadi by the way, kapan kamu mau ajak Jea ke rumah. Paling nggak kenalin dulu lah sama kami."
Degh!
Lean menjadi salah tingkah bercampur dengan rasa bersalah. Ya dia merasa tidak enak karena dirinya benar-benar melangkahi kakaknya. Meskipun Zara berkata tidak masalah, tapi tetap saja membuat hatinya berdenyut.
" Maaf ya Mbak," ucap Lean tiba-tiba.
" Eeh ngapain coba minta maaf. Aneh ih, pulang yuk, mulai laper," sahut Zara cepat. Dia sungguh tidak mengerti kenapa adiknya hari ini begitu aneh.
Lean menganggukkan kepalanya. Keduanya jalan beriringan menuju ke mobil. Sebenarnya sudah lama juga mereka tidak pergi berdua seperti ini. Semua itu ya karena semata-mata karena keduanya sama-sama sibuk.
" Haah, kapan kiranya waktu yang pas buat ngomong tentang pernikahan ku ini ya," gumam Lean lirih.
TBC