Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Simpati
Pertandingan membawa tim Altaf lolos masuk semi final. Dan jadwal tanding final akan di adakan minggu depan. Hari ini Altaf bisa pulang sekolah lebih awal. Karena tidak ada jadwal latihan dan untuk bimbingan dengan Ara sepakat akan di lakukan secara online. Setelah memarkirkan motornya Altaf masuk rumah, yang pintunya sudah terbuka.
Betapa terkejutnya Altaf di ruang tamu sudah ada Rena yang ngobrol dengan Alfin kakak Altaf. Alfin Syahreza, saudara satu-satunya Altaf.
"Rena? Lo kok udah nyampek sini?" Tanya Altaf yang heran.
"Iya Al, tadi gua nyari lo, tapi lo udah nggak ada!" Kata Rena.
" Al, lo tuh kalau ada janji jangan ingkar!" Kata Alfin ketus, dan Altaf bingung karena merasa tak punya janji sama Rena.
"Gua nggak ada janji kok sama Rena!" Jawab Altaf jujur.
"Loh, kemarin kan kamu janji mau buat laporan buat pembinaan anggota osis baru, gimana sih!" Jawab Rena ketus.
"Oh itu, tapi gua kan nggak bilang buatnya sama lo Ren, gua bisa buat sendiri!" Jawab Altaf.
"Mana bisa begitu, gua mantan wakil osis, mantan wakil lo Al, ya gua harus ikut andil lah!" Kata Rena beralasan.
"Gua capek Ren, nanti gua buat sendiri, kalau udah jadi gua kirim ke elo, lo tinggal baca!"
"Ya jangan dong, gua udah nyampek sini, masa lo suruh gue pulang nganggur? Lagian gua pulangnya gimana, tadi gua kesini nebeng Leo!" Kata Rena tak terima.
"Ya kan lo bisa naik taksi Ren, maaf gua nggak bisa ngantar!" Kata Altaf lagi.
"Al, lo jadi cowok tegaan banget, kalian kan udah lama deket knapa sih nggak kompak?" Tanya Alfin.
"Deket karena kewajiban mas, cuma gua ketua dan Rena wakilnya, nggak lebih. Kalau kita sering jalan bareng pun juga karena ada urusan organisasi, bukan urusan pribadi." Altaf menjelaskan.
"Ya udah lah Al, gua balik, percuma datang nggak dianggep juga!" Kata Rena kesal.
"Rena pulang naik apa, ini mas mau keluar mau bareng nggak?" Alfin menawarkan bantuan.
"Nggak ngrepotin mas?" Tanya Rena pada Alfin.
"Nggak dong, lagian kita searah, yuk berangkat!" Ajak Alfin.
"Al, gua balik dulu ya, sorry gua ganggu waktu lo!" Kata Rena menyindir Altaf.
"Ok, hati-hati, sorry ya!" Kata Altaf yang hanya dijawab dengan senyuman getir oleh Rena karena kecewa.
***
Malam itu Altaf duduk di balkon kamarnya. Memandangi layar ponselnya. Berharap ada panggilan atau pesan dari Ara, namun gelisah menunggu tak ada juga.
Lalu dengan sangat terpaksa Altaf mengirim pesan duluan.
Altaf A
Rara.... ada masalah
nggk mtk nya?
Rara
Masih aman kak, Tq
Altaf A
Ok, kakak mau tidur
Rara
👍
Altaf menatap layar ponselnya dengan kesal, karena Ara hanya menjawab pesannya hanya dengan emogi.
"Lah gini doang, kamu terlalu mandiri Ra, kenapa nggak minta tolong apa gitu, atau minimal basa-basi apa kek, lo emang beda." Kata Altaf dalam hati. Tiba-tiba....
BUKKKKK
Satu pukulan mendarat di lengan Altaf siapa lagi pelakunya kalau bukan Kakaknya Alfin.
"Ngelamun?" Nyesel lo bikin Rena kecewa?" Tanya Alfin.
"Nggak!" Jawab Altaf singkat.
"Al, dulu gua lihat lo deket sama Rena, kenapa sekarang lo layaknya menghindar gitu dari dia?" Tanya Alfin.
"Menghindar gimana sih mas, emang gua nggak ada apa-apa sama Rena."
"Jujur, lo dulu suka kan sama Rena, hanya komitmen lo aja lo nggak mau nembak dia!" Kata Alfin sengaja memencing Altaf untuk jujur.
"Ya kan lo tahu mas, gua nggak mau pacaran!" Jawab Altaf.
"Jadi bener kan lo suka sama Rena? Dia cantik, putih, hidung mancung, rambut indah tubuhnya mungil. Pasti lo suka kan?" Tanya Alfin mendesak sang adik.
"Dulu iya, tapi makin kesini rasa itu makin nggak ada, lagian gua nggak mau pacaran, takut nyakitin anak orang!" Jawab Altaf jujur.
Kalau gitu Rena buat gua aja ya!" Kata Alfin dengan senyum jahilnya. Dan sukses membuat Altaf melongo.
"Mas......lo nggak nggak punya gebetan lain apa, secara lo tuh cakep, udah kerja, banyak duit, cuma tinggi aja yang kalah sama gua, lagian umur lo tuh udah matang, nggak cocok sama Rena!"
"Jangan bilang lo cemburu? Umur Rena hampir delapan belas tahun, cuma beda enam tahun sama gua."
"Ya kan lo bisa nyari cewek lain mas, temen kantor misalnya, kenapa harus Rena. Lagian Rena pasti pingin kulih dulu. Lo nanti ketuaan nunguin Rena."
"Kita lihat aja nanti, awas lo nanti nyesel nggak bisa dapetin Rena!" Kata Alfin dengan pedenya. Lalu pergi meninggalkan kamar Altaf.
***
Seminggu sudah berlalu, Ara sudah benar-benar siap menghadapi soal-soal olimpiade matematika. Hari ini tiga wakil sekolah sudah menghadap laptop masing-masing di ruang khusus. Karena tes dilaksanakan secara online dengan pengawasan ketat serta di pantau dengan beberapa kamera pengawas.
Altaf serta beberapa guru pembimbing menunggu dengan gelisah di luar ruangan.
Setelah sembilan puluh menit waktu yang diberikan habis, peserta keluar dari ruangan.
Mereka keluar dengan menghela nafas panjang.
"Gimana Ra, lancar?" Tanya Altaf sebagai pembimbing Ara.
"Masih aman kak, tapi jantung Ara hampir copot, takut waktunya nggak cukup!" Jawab Ara lega.
"Yang penting kamu bisa ngerjain soalnya, udah berusaha, untuk hasil kita serahin aja sama yang diatas!" Kata Altaf menenangkan.
"Iya kak, makasih banyak ya, doain Ara dapat nilai yang memuaskan!" Kata Ara dengan senyum manisnya.
"Iya, pasti!" Kata Altaf sambil mengacungkan jotos yang disambut oleh Ara.
***
Hanya menunggu beberapa hari nilai hasil tes keluar dan membawa Ara sebagai juara ke dua nasional. Suatu prestasi yang membanggakan. Ara senang bukan kepalang. Target masuk tiga besar dapat ia raih. Begitu juga dengan papa dan mamanya. Putri tunggal yang harusnya bersifat manja nenjadi anak yang cerdas dan mandiri. Ungkapan kebahagiaan itu di sampaikan bapak kepala sekolah melalui sambutannya saat upacara bendera. Memanggil Ara ke depan disaksikan selurauh peserta upacara.
Dan Ara pun diberi kesempatan untuk menyampaikan ucapan syukurnya. Ara menyampaikan dengan lancar, ucapan terima kasih pada kepala sekolah, kepada Altaf sebasai penbimbing dan seluruh dewan guru yang membantu.
Jam istirahat Ara datang ke kelas Altaf, Altaf yang sedang berbicara dengan Dea langsung menoleh saat Ara memanggilnya.
"Ada perlu apa Ra?" Tanya Altaf setelah berdiri di depan Ara.
"Kak, malam ini Ara mau ajak kakak keluar, kakak ada waktu?" Tanya Ara malu-malu.
"Em.....boleh, jam berapa?" Tanya Altaf.
"Jam delapan, Ara tunggu di cafe depan mall xz ya!"
"Ok! Insyaallah kakak datang." Jawab Altaf singkat. "Kenapa nggak minta jemput sih Ra, gua udah tahu kok kamu putrinya pak kepala." Kata Altaf dalam hati.
Ada beberapa pasang telinga menguping pembicaraan mereka. Dea melirik tak senang dengan apa yang dilihatnya.
"Jangan senang dulu anak gajah, gua bisa dapetin Altaf, gua akan minta bantuan sepupu gua, mas Indra, karna mas Indra sangat dekat dengan kakaknya Altaf, mas Alfin. Mereka temenan udah dari SMA. Jadi jangan seneng dulu, bisa dapet perhatiannya Altaf. Jangan songong dengan prestasi lo!" Kata Dea dalam hati.
***
Malam harinya sesuai janji, Ara sudah menunggu Altaf di cafe. Ara mengenakan celana dan jaket pemberian Altaf.
"Udah lama nunggu Ra?" Tanya Altaf yang mengagetkan Ara, karna Ara fokus dengan ponselnya.
"Ih, kakak ngagetin aja, baru Ara mau kirim pesan kalau Ara sudah sampai! Kakak langsung tahu aja Ara duduk di sini!"
"Ya tahu lah, itu jaket punya kakak, masa kakak lupa sama barang sendiri." Kata Altaf sambil mengambil duduk di depan Ara.
"Loh, bukannya kakak udah kasih ke Ara, jadi sekarang milik Ara dong!" Jawab Ara ngeyel.
"Kakak cuma kasih pinjem Rara, nggak kakak kasih, lagian jaket murahan mana cocok sama kamu!"
"Cocok kok, murah gimana, Ara tahu lagi barang branded kak! Lagian udah nyaman di badan Ara. Pokoknya nggak boleh diminta lagi. Celana sama kemeja Ara juga kakak rampas kok, dikemanain? Kakak buang?" Tanya Ara membuat Altaf bingung mau menjawab apa.
"Masuk musium, nggak usah di cari lagi celana sialan itu. Rara suka sama jaketnya? Emang ke sini naik motor?" Tanya Altaf beruntun.
"Ara bawa mobil. Ara suka, bolehkan buat Ara jaketnya? Tanya Ara manja.
Dan Altaf hanya menjawabnya dengan anggukan serta tersenyum.
"Nih, ngajak kakak ketemuan cuma dianggurin, nggak di pesenin minum?"
"Eh maap, kakak mau minum apa?" Tanya Ara. Setelah itu memesan minuman dan makanan. Mereka asik dalam obrolan. Sampai akhir pertemuan Ara mengeluarkan kotak dari dalam tas selempangnya.
"Ini untuk kakak, sebagai ucapan terima kasih, kakak sudah banyak membantu Ara, hingga Ara jadi juara." Kata Ara sambil menyodorkan kotak itu pada Altaf. Altaf menerima lalu membukanya.
"Maaf kak, cuma bisa ngasih itu, murahan lagi!" Ara kembali berkata karena Altaf terlalu fokus dengan isi kotak itu. Ya jam tangan warna hitam yang elegan, sangat cocok dengan dirinya yang suka motoran.
"Kamu minta duit sama papa kamu Ra, buat ngasih hadiah sama kakak?"
"Ye...nggak dong, pakai uang tabungan Ara sendiri tau, makanya cuma bisa beli yang murahan. Kakak suka nggak?"
"Suka!" Jawab Altaf singkat sambil tersenyum.
"Murah dari mana Rara, ini harganya setara satu motor." Kata Altaf dalam hati.