Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 - KELUARGA BARU
BRUKKK
Suara tabrakan antar mobil yang mencoba menghindar dari muatan itu namun hal tersebut menyebabkan kecelakaan beruntun. Kecelakaan itu melibatkan 4 mobil dengan jumlah korban 10 orang.
****
Setelah terjadi kecelakaan itu dan yang berhasil selamat hanya Rea membuat ia menjadi terdiam. Setelah bangun dari tidurnya selama 1 bulan, saat membuka matanya Rea mencari kedua orang tuanya, namun yang ia dapati hanya perawat dan dokter yang merawatnya serta seseorang yang tidak ia kenali.
Melihat tidak ada orang tuanya pun Rea bertanya
“Dimana ayah dan ibu” lirih Rea yang mencari keberadaan kedua orang tuanya
“Rea istirahat dulu ya, nanti ayah dan ibu datang kesini” ujar seseorang yang tidak dikenalinya. Namun karena merasa mengantuk kembali, Rea pun kembali tidur.
ERGGHH
Terdengar erangan Rea yang mulai sadar. Saat membuka matanya, Rea melihat langit-langit yang berwarna putih. Kemudian ia melihat kearah jendela dan terlihat bahwa hari sudah malam. Mendengar erangan itu dan melihat Rea yang sadar, ada seseorang yang menghampiri Rea yang sedang di ranjang rumah sakit
“Rea, apakah ada yang sakit sayang” tanyanya
Mendengar pertanyaan itu Rea melihat kearah seseorang itu
“Paman siapa?” tanya Rea
“Paman melihat ayah ibu Rea” tanyanya kembali
Mendengar pertanyaan itu, paman itu hanya diam dan tersenyum.
“Sebentar ya Rea, paman panggil dokter dulu untuk memeriksa Rea” ujarnya yang kemudian pergi dari kamar rawa Rea dan segera memanggil dokter
Tak lama, pintu terbuka dan terlihat dokter dan perawat yang masuk serta paman yang tak Rea kenali. Dokter pun memeriksa keadaan Rea dan menjelaskan keadaan Rea kepada paman yang tak dikenalinya itu. Setelah itu, dokter itu pun pergi bersama perawat yang tadi datang bersamanya tadi.
Rea yang melihat itu pun hanya diam karena ia merasakan sakit di tubuhnya dan merasakan pusing di kepalanya.
Suasana pun menjadi hening. Rea hanya melihat kearah paman yang tak dikenalinya begitupun sebaliknya. Untuk memecah keheningan, Rea pun kembali bertanya
“Om siapa ya?” tanya Rea dengan lirih
Mendegar suara dar Rea, paman itu pun berjalan mendekat kearah Rea dan duduk di kursi samping ranjang rawat Rea
“Om teman ayah Rea. Om disini yang menjaga Rea selama di rumah sakit” ujarnya dengan lembut
“Oh iya, nama om adalah Irawan, panggil saja Om Awan ya sayang”
Mendengar nama orang itu dan penjelasannya Rea pun tersenyum
“Lalu dimana orang tua Rea Om Awan” tanyanya lagi
Mendengar pertanyaan itu, Om Awan tidak langsung menjawabnya. Malah melihat Rea dengan sendu serta bingung bagaimana menjelaskannya kepada Rea yang masih kecil
“Orang tua Rea sudah pergi ke tempat yang sangat jauh, tempat yang sangat indah. Tempat dimana orang yang baik akan berkumpul sayang” ujar Om Awan dengan hati-hati
“Ayah dan ibu pergi?” ujar Rea yang kebingungan
“Kenapa tidak ajak Rea om, kan ayah dan ibu ke tempat yang indah harusnya mengajak Rea. Mengapa Rea malah di rumah sakit?” tanya Rea yang meminta penjelasan
Mendengar perkataan itu membuat Om Awan semakin dilanda kebingungan dalam menjelaskan keadaan yang sebenarnya pada anak yang masih berusia 8 tahun. Dengan hati-hati akhirnya Om Awan akan menjelaskan keadaan yang sebenarnya
“Begini Rea sayang. Ayah dan ibu Rea sudah berada di tempat yang sangat jauh sekali dan mereka tidak bisa mengajak Rea untuk pergi kesana karena belum waktunya. Mereka….”
Om Awan menjeda penjelasannya sambil melihat kearah Rea. Hal tersebut dikarenakan perasaan bimbang yang di deritanya
“Mereka kenapa om” tanya Rea yang penasaran
“… mereka, orang tua Rea dipanggil Tuhan ke tempat yang paling indah. Tetapi mereka akan selalu mengawasi Rea dimanapun Rea berada” jelas Om Awan
“Jadi Rea sekarang sendirian Om” ujar Rea sedih
“Tidak, Rea kan sama Om sekarang. Oke” ujar Om Awan mencoba menenangkan Rea yang sedang sedih bahkan terlihat sudah akan menangis
Mendengar penjelasan itu, tangis Rea pun pecah. Mendengar tangisan itu Om Awan mencoba menenangkan hati anak kecil itu. Yang bisa Om Awan hanya memeluk gadis kecil itu.
“Nanti Om akan antarkan Rea ke rumah barunya orang tuanya Rea ya. Tapi tunggu Rea sembuh dulu” ujarnya mencoba menenangkan Rea sambil memeluknya
“Benarkah om” ujar Rea memastikan sambil melepas pelukannya
“Tentu saja” jelas Om Awan sambil mengusap air mata gadis kecil dihadapannya itu.
Melihat anak itu akan menangis kembali, Awan pun memeluk gadis itu kembali. Setelah lama menangis, kemudian tak terdengar suara dari gadis yang ada di pelukannya itu akhirnya ia pun mencoba melepas pelukannya dan terlihat bahwa gadis itu telah tertidur karena lelah menangis. Kemudian Awan pun menidurkan Rea di ranjangnya agar merasa nyaman. Setelah dilihat Rea merasa nyaman, Awan pun beranjak duduk ke sofa yang tersedia di ruangan Rea.
Tak lama kemudian terdengar suara pintu ruangan Rea yang terbuka.
CEKLEK
Terlihat ada seseorang yang memasuki ruangan Rea.
“Tuan Yudha, apa kabar?” ujar Awan
“Awan kau sudah disini rupanya, aku baik” balasnya
“Bagaimana dengan keadaannya” ujarnya lagi sambil berjalan kearah Rea yang sedang tidur
“Keadaan nona baik tuan, nona juga sudah sadar tadi dan sekarang sedang beristirahat” balas Awan menjelaskan
“Syukurlah kalau begitu” balasnya
“Besok aku akan datang lagi bersama istri dan anakku” ujarnya lalu pergi keluar setelah mengatakan hal tersebut
Awan hanya terdiam setelah mendengarkan perkataan dari Yudha, kemudian melihat kearah Rea.
“Heehhh, semoga semuanya baik-baik saja”
***
Saat pagi menjelang, Rea bangun dari tidurnya. Melihat bahwa Rea sudah bangun, Awan pun menghampiri Rea
“Selamat pagi Rea, bagaimana Rea? Apakah ada yang terasa sakit?” tanyanya
“Tidak ada om, Rea merasa lebih baik” balas Rea
“Baiklah. Oh ya, Rea harus makan ya” kemudian mengambil kursi dan duduk di dekat Rea sambil menyiapkan makanan yang diantar oleh perawat tadi
“Sekarang ayo makan, om suapin ya”
Rea pun makan dengan lahap bubur yang disuapi Om Awan. Setelah selesai makan, Om Awan pun memberikan obat yang harus diminum oleh Rea.
Menjelang siang adalah waktu pemeriksaan Rea dan bertepan dengan adanya tamu yang datang ke ruang rawat Rea. Setelah selesai di periksa mengenai keadaan Rea, tamu tersebut berjalan mendekati Rea.
“Halo Rea, selamat siang” ujarnya
Mendengar sapaan darinya, Rea kemudian melihat kearah Om Awan seolah bertanya siapa mereka. Namun Om Awan hanya diam, tidak mengenalkan mereka kepadanya
“Rea, perkenalkan saya Yudha dan ini istri saya Mira. Kami adalah teman dari kedua orang tuamu” ujarnya. Kamu hanya menganggu dan diam dengan memandanginya serta tidak berniat menyela penjelasannya
“Kami disini untuk memenuhi amanat dari kedua orang tuamu. Om disini akan menjadi walimu dan kita akan menjadi keluarga”
“Dan disana adalah anak tante namanya Deo, dia akan menjadi kakak Rea” ujar tante Mira
“Kakak?” beo Rea
“Iya, sekarang om dan tante akan jadi ayah dan ibu Rea, Deo akan jadi kakak Rea”
Mendengar penjelasan itu, Rea hanya diam dan memandangi om dan tante serta Deo dan Om Awan secara bergantian
“Ada apa Rea, apa ada masalah?” tanya Om Awan yang khawatir dengan kondisi Rea
“Apakah Rea, tidak mau menjadi anak perempuan tante?” ujar tante Mira dengan sedih sambil memandangi Rea
“Apakah tidak masalah Rea menjadi anak tante?” tanya Rea memastikan
“Tentu saja, Deo juga pasti senang memiliki adik perempuan, benarkan Deo?”
Mendengar namanya disebut, Deo pun menghampiri Rea kemudian memberikan sebuah permen dan berkata
“Mau jadi adik Deo?”
Mendengar itu, kamu pun tersenyum senang dan mengangguk serta mengambil permen yang diberikan oleh Deo
Melihat respon itu, semua orang yang ada di ruanganpun tersenyum senang
“Nah sekarang coba Rea panggil om dan tante, papa dan mama serta kak Deo,. Ayo coba” seru tante Mira
“Papa, mama, kak Deo” ujarmu dengan memandangi mereka satu per satu
Mendengar sapaan itu seutas senyuman mereka muncul dengan berserinya. Kamu pun melihat senyuman mereka ikut tersenyum juga.
“Mama serta kak Deo mau ke kantin dulu ya kamu dengan Om Awan dulu ya” ujar Mama. Rea hanya mengangguk sebagai balasan
“Awan, ada yang harus kita bahas” Yudha melihat kearah Rea “Rea sayang, papa bicara dengan Om Awan dulu ya sebentar. Lebih baik Rea sekarang tidur, istirahat. Rea harus banyak istirahat biar cepat sembuh” sambil mengelus kepala Rea dengan sayang
Setelah melihat Rea beristirahat Yudha segera mengajak Awan berdiskusi di luar ruang rawat inap Rea.
“Ayo Awan” ajaknya
“Baik pak”
POV YUDHA
Saat ini mereka ada di rooftop. Mereka berbincang mengenai keberadaan Rea yang harus disembunyikan. Evas, adik tiri dari keluarga ayah kandung Rea sangat serakah. Ingin memiliki apa yang dimiliki oleh kakaknya
“Awan, harta yang berhasil kita dapatkan dengan memenangkan rundingan apa saja?” tanya Yudha
“Hanya sebuah villa, sebuah restoran, satu set perhiasan dan juga sebuah apartemen yang terletak dekat dengan UI pak”
“Ternyata anak nakal itu serakah juga ya.” Yudha menyeringai
“Jadi dia mengambil hampir semuanya ya, baik perusahaan, rumah dan restoran yang sudah terkenal. Hanya menyisahkan restoran kecil saja untuk keponakannya. Pintar sekali”
“Baiklah, Awan kau urus restoran itu. Nanti jika Rea sudah dewasa jika mau dia bisa mengurus restoran itu. Apartemen bisa menjadi tempat tinggal Rea saat kuliah nanti, dan berikan perhiasannya nanti ke Rea. Itu adalah peninggalan yang tersisa dari orang tuanya.”
“Lalu, bagaimana dengan villanya tuan?” tanya Awan
“Villa itu bisa kau jual Awan, sebagai dana awalmu untuk membangun usaha. Lagipula Rea tidak membutuhkan itu. Aku yang akan menjamin semua keperluan Rea.” Jelas Yudha
“Tapi tuan---“
“Aku ingin kau membangun usaha Awan. Usahamu nanti bisa menjadi tameng Rea saat ingin membalas Evan. Jika ada banyak kekuatan maka itu dapat memudahkan Rea nantinya.” Potong Yudha.
Yudha tau bahwa Awan akan menolak pemikirannya. Namun sekarang, Rea sangat membutuhkan banyak kekuatan, kekuasaan dan harta jika ingin membalasa perbuatan Evan
“Awan, kau tau bukan apa penyebab kecelakaan ini terjadi. jadi sebaiknya kita membuat antisipasi semuanya terlebih dahulu. Dan rahasiakan ini, biar aku saja yang menceritakannya pada Rea nanti” jelas Yudha
“Baik tuan, saya mengerti maksud anda. Namun untuk menjual Villa tersebut harus ada persetujuan dari nona, tuan”
“Biar aku saja yang menangani masalah itu. Oh iya setelah ini aku akan membawa Rea ke Singapura untuk pengobatan. Kau bisa mengurus sendiri bukan masalah disini, Awan”
“Saya usahakan, tuan. Saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk nona.” Awan menjawab dengan pasti
“Ini adalah hari terakhir kita berkomunikasi secara langsung. Sisanya kita akan bersembunyi-bunyi. Jangan sampai Evan tau apa yang akan kita lakukan. Dan mungkin setelah ini Evan mengawasimu, hati-hati…”
“… kau adalah pegawai yang dipercayai Andre karena itu aku juga percaya padamu Awan”
“Terima kasih atas kepercayaan anda tuan. Namun, anda juga harus ingat untuk selalu memberikan informasi mengenai nona. Saya memercayai anda untuk merawat nona, saya hidup untuk Nona Rea saat ini, tuan”
“Tenang saja, suatu saat nanti kau akan melihat Rea tumbuh menjadi gadis yang cantikdan kau bisa melayani satu-satunya harta paling berharga milik Andre nanti”
Setelah mengatakan itu, Yudha meninggalkan Awan dan pergi menuju ruang rawat Rea. Melihat Rea yang masih beristirahat membuatnya lega. Kemudian di sofa terlihat istrinya yang tertidur dan anak laki-lakinya duduk di samping ranjang Rea untuk mengawasi keadaan Rea.
“Apa kau menyukai adik barumu Deo?” tanya Yudha
“Tentu, Deo ingin punya adik perempuan yang manis. Dan Rea sangat manis, dia adik Deo yang manis”
POV YUDHA END
Terdengar lenguhan seseorang membuat Deo dan Yudha memandang ke arah sumber suara. Terlihat Rea yang terbangun dari tidurnya dan bertepan Awan memasuki ruangan
“Tuan, saya sudah mengurus dokumen kepindahan Rea sesuai perintah anda sebelumnya”
“Terima kasih, Awan”
“Deo, bisakah kamu membangunkan mama. Kita harus segara pergi agar tidak ketinggalan pesawat.” Perintah Yudha yang diangguki oleh Deo
“Baik, papa”
Yudha memandang kearah Rea yang terdiam. Yudha bingung bagaimana menjelaskannya pada gadis kecil itu. Yudha yang melihat istrinya yang berjalan mengahmprinya pun menatapnya dan seolah berkata minta tolong
“Rea sayang, begini mama dan papa harus pergi ke Singapura saat ini. Nah Rea ikut ya, disana kita juga bisa melakukan pengobatan yang terbaik disana” rayu Mira
Mendengar itu kamu dan Om Awan saling memandang. Om Awan pun tersenyum menanggapi
“Tidak apa ma, Rea ikut mama saja”
Mendengar jawaban Rea, mereka pun senang dan bersiap membawa perlengkapan Rea untuk dibawa ke Singapura
“Apa tidak apa-apa pak Yudha” ujar Om Awan setelah mendakati Yudha
“Tenang saja Awan. Meskipun Rea baru sadar tetapi dokter mengijinkannya karena kami sudah menghubungi rumah sakit terbaik di Singapura untuk tempat perawatan Rea. Kami juga berangkat dengan tim medis rumah sakit ini mendampingi Rea. Jika kita terlalu lama disini, aku takut Evan menyadari keberadaan Rea dan mengambil semuanya dari Rea tanpa sisa” ujar Yudha
Di lain sisi, kau pun berganti pakaian yang disiapkan oleh Mama Mira sedangkan Deo membantu merapikan barang bawaan milik Rea. Setelah berganti pakaian, Mama Mira tidak sengaja melihat boneka yang sudah terlihat lusuh di samping ranjang rawat Rea.
“Boneka ini dibuang ya, Mama tidak suka melihat barang yang terlihat lusuh dan kotor. Tidak rapi sayang” ujarnya setelah melihat boneka milik Rea dan membuang boneka itu di tempat sampah yang tersedia di ruangan Rea
Melihat itu, Rea menjadi sedih karena boneka itu adalah pemberian dari orang tuanya saat ia berulang tahun untuk pertama kalinya. Namun kamu tidak bisa membantah perkataan Mira selaku mamanya. Deo yang melihat perbuatan mamanya dan reaksi Rea berikan saat boneka itu di buang menjadi sedikit iba. Saat mama dan papanya serta Om Awan pergi, diam-diam Deo mengambil boneka dan membersihkannya, kemudian meletakkan boneka itu ke dalam koper Rea setelah melapisi plastik pada boneka itu.
Rea yang melihat tindakan sang kakak, rea pun tersenyum dan menngucapkan terima kasih
“Nanti saat sampai di Singapur kakak bawa bonekanya ke tempat cuci ya. Setelah boneka bersih baru boleh Rea bawa, okey” ujar Deo menenangkan yang dibalas Rea hanya membalas dengan anggukan
“Baiklah mari kita pergi Rea, semua sudah siap. Kita harus segera berangkat takut ketinggalan pesawat sayang” ujar Mama Mira
Setelah mengucapkan itu, ia pun duduk di kursi roda karena Rea masih belum bisa berjalan dengan baik. Saat akan keluar dari area rumah sakit, Rea mengucapkan terima kasih kepada Om Awan karena telah merawatnya selama di rumah sakit. Setelah mengucapkan kata terima kasih, Rea masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan area rumah sakit dan akan pergi dari negara ini. Om Awan hanya memandang mobil yang membawa Rea “semoga kita bertemu lagi Rea”.