Feng Yan seorang pemuda yang tadinya di anggap jenius telah membangkitkan jiwa beladiri berupa manik hijau misterius yang tidak pernah di kenali dan tidak memiliki tingkatan kualitas sehingga semua orang mulai memandang rendah dirinya. dari yang tadi jenius yang di puja kini berubah menjadi sampah yang di pandang rendah.
tahun demi tahun berlalu. Feng Yang tidak pernah berputus asa hingga suatu hari dia kembali dengan kekuatan yang luar biasa. dia bangkit dengan kekuatan yang menggemparkan Dunia.
ikuti terus perjalanan Feng Yan untuk menjadi yang terkuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Dua Wanita Misterius Dari Alam Atas.
Bab 7. Dua Wanita Misterius Dari Alam Atas
Itu… Jiwa Bela Diri Budha Seribu Tangan!" teriak seseorang dari kerumunan.
Jiwa Bela Diri Budha Seribu Tangan adalah salah satu jiwa bela diri legendaris, terkenal dengan kemampuan bertahan dan menyerang yang seimbang, serta sangat sulit dibangkitkan. Namun bukan hanya itu yang membuat semua orang terkejut. Saat sosok Budha raksasa dengan seribu tangan muncul di belakang Wu Longkun, bintang 9 yang bersinar di atasnya membuat semua orang terpana.
Ketua Sekte Tianlong, yang biasanya tenang, sampai berdiri dari tempat duduknya.
Ketua Tianlong: "Bintang 9… dan—"
Suara sang ketua terhenti ketika mereka merasakan tingkat kekuatan Wu Longkun.
Ketua Sekte Naga berseru dengan mata melebar, "Tahap Pengumpulan Qi… level 8! Ini tidak mungkin!"
Wu Longkun berdiri tegap di tengah arena, tampak tak tergoyahkan, seolah dia telah mencapai puncak kekuatan yang mustahil di usianya yang masih sangat muda. Semua penonton tak dapat menahan rasa hormat dan kagum mereka.
Wu Xioxio, yang berdiri di sebelahnya, hanya tersenyum kecil melihat reaksi kerumunan. Kemudian dengan gerakan lembut, dia mengangkat tangannya, dan angin sepoi-sepoi mulai berhembus di sekitar arena.
Tiba-tiba, sebuah Jiwa Bela Diri yang tidak kalah menakjubkan dari Wu Longkun muncul di belakangnya. Sebuah pohon besar dengan cabang-cabang yang panjang dan daun-daun yang lebat muncul, tampak seperti melambai mengikuti angin.
Ketua Sekte Langit tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Itu... Jiwa Bela Diri Pohon Willow! Salah satu jiwa bela diri paling langka dan kuat dengan bintang 9!"
Namun, sebelum kejutan itu hilang, semua orang merasakan kekuatan Wu Xioxio. Meskipun dia terlihat lebih tenang dan anggun dibanding kakaknya, Wu Xioxio memperlihatkan bahwa kekuatannya tak kalah menakjubkan.
Ketua Sekte Petir berseru keras, "Dia… dia berada di tahap Pengumpulan Qi level 6! Setara dengan Feng Xiao Lan!"
Lima Ketua Sekte yang duduk di balkon kini tak lagi bisa menahan diri. Mereka semua bangkit dari kursi mereka, menatap dengan tak percaya pada kedua putra mahkota Kerajaan Naga Emas ini. Kejutan bertubi-tubi yang mereka rasakan begitu luar biasa, sampai-sampai beberapa dari mereka menggenggam pegangan kursi mereka dengan kuat.
Ketua Sekte Naga tampak yang paling terkesan.
Ketua Naga: "Aku tidak pernah menyangka… Kerajaan Naga Emas benar-benar memiliki pewaris dengan kekuatan yang begitu mengerikan. Jiwa Bela Diri Budha Seribu Tangan bintang 9 dan Jiwa Bela Diri Pohon Willow bintang 9, ditambah tingkat kekuatan yang luar biasa ini… mereka adalah bakat yang melampaui ekspektasi kita semua."
Ketua Sekte Tianlong mengangguk dengan anggukan kagum. "Jika mereka mendapatkan pelatihan lebih lanjut di sekte kami… potensi mereka tak terukur. Kita harus segera bertindak sebelum yang lain mendekati mereka."
Ketua Sekte Bintang menambahkan dengan nada antusias, "Ini adalah kesempatan langka! Dua pewaris Naga Emas ini akan mengubah masa depan siapa pun yang berhasil merekrut mereka."
Wu Longkun dan Wu Xioxio, tanpa berkata apa pun, hanya berdiri di tengah arena, membiarkan kekuatan mereka berbicara dengan lantang. Ketenangan dan keyakinan mereka menambah kekaguman semua orang di tempat itu, dan jelas bahwa mereka baru saja menciptakan gelombang besar yang akan mengguncang dunia kultivasi.
Namun tiba tiba...
Hari yang semula dipenuhi harapan di alun-alun Kerajaan Naga Emas tiba-tiba berubah menjadi tegang. Semua mata yang awalnya tertuju pada perekrutan para jenius lokal kini teralihkan oleh kehadiran dua sosok yang muncul dari langit. Lan Yueqing dan Qin Meilan, dua wanita cantik dengan aura keagungan yang melampaui batas alam bawah, menghadirkan tekanan yang tak tertahankan. Bahkan para leluhur dari lima sekte tersembunyi segera keluar dari persembunyian, menyadari bahwa kekuatan mereka tidak sebanding dengan dua dewi dari Alam Atas ini.
Tatapan tajam kedua wanita itu langsung tertuju pada empat orang di hadapan mereka: Wu Longkun, Wu Xioxio, Feng Xiao Lan, dan Huo Yueyin.
Para ketua sekte dengan cepat menyambut kedua dewi itu dengan hormat, sementara hati Feng Xiao Lan dan Huo Yueyin dipenuhi kegelisahan.
Dengan suara lembut namun penuh wibawa, Lan Yueqing berkata, “Kami datang dari Alam Atas bukan tanpa alasan. Kami melihat potensi besar di antara kalian, bakat yang layak ditempa di tempat yang lebih tinggi.”
Qin Meilan menambahkan dengan nada yang lembut namun membara, “Phoenix Es bintang 9, Teratai Api bintang 9, Buddha Seribu Tangan bintang 9, dan Jiwa Bela Diri Pohon Willow bintang 9. Potensi kalian terlalu berharga untuk disia-siakan di dunia rendah ini. Kami menawarkan kesempatan untuk bergabung dengan sekte kami di Alam Atas. Jika kalian bisa menunjukkan bakat luar biasa, kalian akan dihormati oleh para penatua klan dan bisa kembali ke sini untuk bertemu keluarga dengan bebas.”
Seisi alun-alun terdiam. Tekanan dari kedua wanita itu begitu kuat, tak ada yang berani menentang. Namun, di tengah keheningan itu, terdengar suara lemah dari Feng Xiao Lan, meski gemetar, ia tetap berdiri tegak.
“Yang Mulia…” Feng Xiao Lan berbicara hati-hati, suaranya hampir tak terdengar. “Ini… ini terlalu mendadak. Saya menghargai tawaran Anda, tetapi ini bukan keputusan yang bisa saya buat sendiri.”
Wu Longkun mengangguk setuju. Baginya, keputusan sebesar ini harus dibicarakan terlebih dahulu dengan ayahnya, Yang Mulia Raja.
Tatapan dingin Lan Yueqing menembus Feng Xiao Lan.
“Kau menolak tawaran kami?”
Detak jantung Feng Xiao Lan semakin cepat. Bayangan masa lalunya terus menghantui pikirannya. Dia tidak ingin keluarganya kembali merasakan kehilangan yang sama. Dia menatap Huo Yueyin di sampingnya, yang meski tampak lebih tenang, jelas merasakan hal yang sama. Keputusan ini terlalu besar untuk diambil tanpa pertimbangan matang.
Feng Xiao Lan menarik napas dalam-dalam, menahan semua emosi yang bergejolak dalam dirinya—antara keinginan untuk melindungi keluarganya dan impian untuk menjadi lebih kuat. Dengan suara tegas meskipun penuh keraguan, dia berkata, “Kami mohon satu hari. Hanya satu hari untuk berbicara dengan keluarga kami. Ini keputusan besar, dan kami tidak bisa meninggalkan mereka tanpa pamit.”
Wu Longkun juga ikut berbicara,
"Maaf jika saya lancang, namun yang dikatakan saudari Xiao Lan ada benarnya. Kami perlu membicarakan ini dengan keluarga terlebih dahulu.”
Mendengar kata-kata itu, Lan Yueqing tampak ragu sejenak. Tatapannya dingin dan penuh selidik, namun sebelum dia sempat menjawab, Qin Meilan menatapnya dengan senyum tipis, seolah menikmati kebingungan dan keraguan yang melingkupi hati para calon jenius itu.
“Apa pun alasan kalian, ingatlah ini: di Alam Atas, tidak ada ruang untuk keterikatan dengan dunia rendah,” kata Qin Meilan, suaranya seperti bara api yang perlahan membakar.
Setelah beberapa saat terdiam, Lan Yueqing akhirnya berkata dengan nada yang lebih lembut,
"Baiklah. Kalian punya satu hari. Selesaikan urusan kalian di sini. Setelah itu, kami akan kembali untuk menjemput kalian. Jangan sia-siakan kesempatan ini."
Setelah mengucapkan kata-kata itu, kedua dewi itu hendak pergi namun Raja Wu Ling Hao dengan cepat menghampiri dan mengundang keduanya ke Istana Kerajaan, Setelah berfikir sejenak keduanya menganggukkan kepalanya, merasa tidak keberatan dengan hal itu.
Para penonton yang tadi menahan napas akhirnya menghela nafas lega, namun bagi Feng Xiao Lan, rasa lega itu tidak kunjung datang. Pikirannya masih bergelut, dihantui oleh keputusan yang harus diambilnya.
Huo Yueyin, yang berdiri di sampingnya, menatap temannya dengan penuh empati. “Kau baik-baik saja?” tanyanya pelan.
Feng Xiao Lan tersenyum kecil, meski hatinya dipenuhi keraguan. “Aku tidak tahu… Semua ini terasa begitu cepat.”
Huo Yueyin mengangguk. “Aku juga merasakannya. Tapi… kesempatan seperti ini mungkin hanya datang sekali dalam hidup.”
Feng Xiao Lan menunduk, jari-jarinya menggenggam erat pakaian di dadanya. “Aku tahu. Tapi… keluargaku… Aku tidak bisa pergi begitu saja tanpa memikirkannya. Aku tidak mau mereka merasakan kehilangan lagi.”
Air mata hampir jatuh dari sudut matanya, namun ia menahannya. Pikiran tentang keluarganya yang mungkin merasa ditinggalkan terus membayangi hatinya. Dia tak ingin menjadi seperti mereka yang pergi tanpa kabar. Jika dia pergi tanpa pamit, tanpa berbicara dengan keluarganya, apakah dia akan mengulangi luka yang sama pada mereka? Bagaimana perasaan mereka jika dia tiba-tiba menghilang?
Huo Yueyin, yang selalu tegar, menepuk bahu temannya dengan lembut. “Kau tidak sendiri. Kita akan bicarakan ini dengan keluarga kita, dan kita akan membuat keputusan yang tepat bersama-sama.”
Feng Xiao Lan tersenyum lemah. “Terima kasih, Saudari Yin. Aku hanya berharap kita bisa membuat keputusan ini tanpa mengorbankan apa pun.”
Sementara itu, Wu Longkun dan Wu Xioxio segera kembali ke istana kerajaan untuk membicarakan hal ini dengan keluarga mereka.
Di sisi lain, kedua wanita dari Alam Atas tinggal sementara di Istana Kerajaan Naga Emas sebagai tamu kehormatan, diberikan tempat tinggal khusus hingga waktu keputusan tiba.
Setelah kepergian keduanya. Akhirnya penerimaan murid pun masih terus berlangsung, tapi suasananya sudah tidak menegangkan seperti sebelumnya. Tap, kali ini para tertua nampak terlihat sedikit tidak bersemangat karena harus kehilangan Jenius yang akan mereka rekrut. Tapi mereka juga sadar jika keempatnya hanya berada di alam bawah maka bakat mereka benar akan terbuang dia sia.
Dan akhirnya jalur kedua perekrutan murid pun di mulai, yaitu pertarungan bebas.
Di Istana Kerajaan Naga Emas.
Di dalam istana Kerajaan Naga Emas, suasana terasa berat dan tegang. Raja Wu Ling Hao duduk di singgasananya dengan raut wajah penuh pertimbangan, sementara kedua anaknya, Wu Longkun, sang putra mahkota, dan adiknya, Wu Xioxio, duduk dengan serius di hadapannya. Di sisi raja, Ratu Li Yulan, yang dikenal bijaksana, berdiri tenang. Namun, di balik ketenangannya, sorot matanya memancarkan ekspresi rumit—campuran antara rasa bangga, kecemasan, dan kesedihan yang mendalam.
Wu Ling Hao membuka percakapan dengan nada berat. “Tawaran dari dua wanita Alam Atas itu bukan sesuatu yang bisa kita abaikan begitu saja. Mereka jelas melihat potensi besar dalam diri kalian. Namun, ini bukan keputusan yang bisa diambil dengan mudah.”
Wu Longkun, putra mahkota yang dikenal tegas, menatap lurus ke arah ayahnya.
“Ayah, kesempatan seperti ini sangat jarang terjadi. Alam Atas menawarkan jalan untuk menjadi jauh lebih kuat, sebuah peluang yang mungkin tidak akan datang lagi. Tapi... meninggalkan kerajaan ini dan keluarga bukanlah hal yang mudah.”
Wu Xioxio, adiknya yang lebih ekspresif, tampak sedikit gelisah. “Aku setuju dengan Kakak. Tawaran ini sangat menggiurkan, tapi kita juga harus mempertimbangkan apa yang akan kita tinggalkan. Alam Atas penuh dengan bahaya yang tidak kita ketahui.”
Li Yulan, yang selama ini diam, akhirnya bicara.
Suaranya lembut, namun tegas. “Anak-anakku, kalian tahu bahwa keputusan ini sangat penting. Tawaran ini bisa membawa kalian menuju puncak kekuatan, tetapi juga bisa memisahkan kalian dari keluarga, dari rumah, untuk waktu yang lama, atau mungkin selamanya.”
Tatapan Ratu Li Yulan perlahan berubah. Ada kilatan bangga dalam matanya ketika dia memandang kedua anaknya yang kini sudah dewasa dan siap menghadapi dunia yang lebih luas.
Namun, di saat yang sama, rasa takut dan sedih merayap di dalam hatinya, menyadari bahwa anak-anak yang telah ia besarkan mungkin akan pergi untuk waktu yang tak dapat ditentukan. Senyumnya tipis dan rumit, memancarkan perasaan bercampur aduk antara kebahagiaan melihat potensi mereka dan kesedihan memikirkan perpisahan.
Wu Longkun menunduk, lalu berkata dengan tegas,
“Ibu, Ayah... Aku mengerti risiko ini. Tapi aku yakin dengan pilihanku. Aku ingin menerima tawaran mereka, berangkat ke Alam Atas dan menjadi lebih kuat. Aku akan membawa nama kerajaan kita ke sana.”
Wu Xioxio, meski lebih ragu, akhirnya mengangguk. “Aku juga. Meski berat meninggalkan semuanya, ini kesempatan yang mungkin tidak datang lagi. Aku ingin mencoba.”
Li Yulan tersenyum, namun air matanya hampir jatuh. Ia bangga dengan keberanian anak-anaknya, tapi di balik kebanggaan itu ada rasa kehilangan yang tak bisa ia abaikan.
“Jika itu keputusan kalian, kami sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Namun ingatlah, kemanapun kalian pergi, keluarga ini adalah tempat kalian pulang. Jangan pernah lupakan itu.”
Wu Ling Hao, yang sedari tadi mendengarkan dengan serius, akhirnya bicara. “Baik. Jika itu yang kalian pilih, aku tak akan menghalangi. Bersiaplah dengan baik, dan pastikan kalian kembali sebagai orang yang lebih kuat.”
Li Yulan memegang tangan Wu Longkun dan Wu Xioxio, matanya yang lembut menyiratkan rasa bangga sekaligus harapan agar mereka kembali dengan selamat.
“Jaga diri kalian di sana. Kalian selalu punya tempat di hati kami, di rumah ini.”
Kedua anak itu mengangguk, siap untuk menghadapi tantangan yang menanti di Alam Atas. Namun di balik keputusan besar ini, perasaan sedih dan bangga tetap tergurat di wajah sang ratu, yang kini hanya bisa berdoa agar anak-anaknya kembali dengan selamat dan lebih kuat.
Sementara itu, di kediaman tamu kehormatan, Lin Yueqing dan Qin Meilan duduk bersila dalam keheningan. Mereka paham keputusan yang dihadapi keempat anak itu tidaklah mudah.
Lin Yueqing membuka matanya perlahan.
"Mereka butuh waktu," katanya lembut. "Keputusan seperti ini selalu sulit, terutama dengan ikatan keluarga yang kuat."
Qin Meilan, yang masih bermeditasi, tersenyum tipis. "Benar, tapi mereka tahu potensi mereka lebih besar dari sekadar tinggal di dunia ini. Alam Atas menawarkan lebih."
Lin Yueqing mengangguk pelan.
"Tetapi, tidak semua orang siap meninggalkan yang mereka cintai."
Keduanya kembali terdiam, membiarkan waktu yang akan memberi jawaban.
Sementara itu di keluarga Feng.
Malam itu, di kediaman keluarga Feng, suasana dipenuhi oleh kehangatan sekaligus ketegangan. Aula keluarga yang biasanya ramai kini terasa lebih tenang. Cahaya lilin besar menerangi ruangan, memantulkan bayangan di wajah-wajah yang penuh harapan dan cinta. Feng Xiao Lan duduk di tengah keluarganya, dikelilingi oleh orang-orang tercintanya, namun hatinya terasa berat, seolah tercekik oleh pilihan besar yang harus dihadapinya.
Di salah satu ruangan terhormat di Istana Kerajaan, Lan Yueqing dan Qin Meilan, dua wanita dari Alam Atas, sedang bersiap-siap untuk menyambut dua gadis yang akan bergabung dengan mereka. Keduanya sepenuhnya memahami kegelisahan yang dirasakan oleh Feng Xiao Lan dan Huo Yueyin, tetapi mereka tahu keputusan ini adalah kesempatan yang sangat berharga bagi kedua gadis muda tersebut.
Sementara itu, di kediaman keluarga Feng, Feng Ma, ayah Feng Xiao Lan, bersiap untuk mengantar putrinya menuju Istana. Dengan langkah mantap dan penuh kasih, dia memanggil Feng Xiao Lan. "Lan’er, saatnya kita berangkat. Ingat, kesempatan ini bisa membawamu pada kekuatan yang lebih besar."
Feng Xiao Lan berjuang dengan pikirannya sendiri. Ibunya, Ruo Xinxin, duduk di sampingnya, memegang erat tangannya yang gemetar. Wajah lembutnya dipenuhi kasih sayang, meskipun di baliknya tersimpan kekhawatiran yang dalam. Dengan suara lembut namun penuh keyakinan, Ruo Xinxin akhirnya berbicara.
"Lan’er, kami semua tahu betapa kau mencintai keluargamu, terutama kakakmu, Feng Yan. Jika kau menjadi lebih kuat, kau tidak hanya akan membanggakan kami, tetapi juga bisa membantu menemukan Feng Yan. Mungkin ini adalah kesempatan yang kau butuhkan untuk mendapatkan kekuatan yang cukup besar untuk melindungi kami semua."
Kata-kata ibunya merasuk dalam hati Feng Xiao Lan. Pikiran tentang Feng Yan, kakaknya yang menghilang tanpa kabar, terus berputar di benaknya. Setiap hari, dia berharap mendengar kabar tentang kakaknya. Kehilangan Feng Yan telah meninggalkan luka yang dalam, disertai rasa bersalah yang terus menghantuinya. Namun, mendengar kata-kata ibunya, harapan baru mulai tumbuh di dalam dirinya. Mungkin, dengan kekuatan yang lebih besar, dia bisa melakukan sesuatu untuk menemukan kakaknya.
Ayahnya, Feng Ma, yang duduk tidak jauh dari mereka, menatapnya dengan tenang. Suaranya dalam dan penuh keyakinan saat dia mulai berbicara. "Lan’er, kami semua merasakan kehilangan Feng Yan. Tapi kau harus ingat, jalan hidup setiap orang berbeda. Jika kesempatan ini bisa membuatmu lebih kuat, kami mendukungmu sepenuhnya."
Mata Feng Xiao Lan mulai berkaca-kaca, tetapi dia berusaha keras menahan air matanya. Di sekelilingnya, saudara-saudaranya, Feng Zhen, Feng Tian, dan Feng Chen, memberikan dukungan dengan cara masing-masing. Feng Zhen, yang tertua, menatapnya penuh keyakinan. "Adik, kami akan menjaga Paman dan Bibi di sini. Jangan khawatir. Kami akan mencari Feng Yan, dan dengan kekuatanmu yang baru, kita semua akan menjadi lebih kuat."
Feng Ma dan Ruo Xinxin saling pandang dan tersenyum melihat para saudara itu saling menyemangati satu sama lain.
Feng Tian, yang lebih pendiam, menambahkan dengan tegas, "Kami tidak akan berhenti mencari saudara Feng Yan, Lan’er. Tapi sekarang, mungkin ini saatnya kau mempersiapkan dirimu."
Feng Chen, yang termuda, tersenyum hangat, mencoba memberikan semangat. "Aku percaya padamu, saudari Lan. Kau pasti bisa."
Ketiga pamannya, Feng Han, Feng Heng, dan Feng Gan, serta paman bungsu mereka, Feng Kun, juga mendekat dan memberikan dukungan. Feng Han, yang tertua di antara mereka, berkata dengan suara tegas, " Saudari Lan, kami semua ada di sini untukmu. Jangan ragu. Ambil kesempatan ini dan jadilah lebih kuat."
Feng Heng menambahkan, "Kami akan selalu siap membantumu. Keberanianmu untuk melangkah maju adalah hal yang terpenting."
Feng Gan, yang selalu ceria, mencoba menghibur dengan senyuman. "Ingat, kami adalah keluargamu. Kami akan selalu mendukungmu, tidak peduli jalan mana yang kau pilih."
Feng Kun, paman yang bijaksana, menyuarakan dukungannya dengan penuh rasa percaya. "Lan, kekuatan bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang keteguhan hati. Jika ini adalah jalan yang kau pilih, kami akan selalu berada di sisimu."
Kehangatan dan dukungan dari keluarganya mengalir deras di hatinya. Namun, di balik semua itu, ada rasa takut dan ragu yang tak bisa dia abaikan. Bagaimana jika dengan menerima tawaran untuk ke Alam Atas, dia tidak akan pernah kembali? Bagaimana jika dia gagal menemukan Feng Yan? Semua pertanyaan itu terus menghantui pikirannya.
Namun, satu hal yang kini dia sadari lebih jelas dari sebelumnya: keluarganya akan selalu mendukungnya, apa pun yang terjadi. Dengan suara gemetar, Feng Xiao Lan akhirnya berbicara, menatap semua anggota keluarganya satu per satu.
"Aku... aku akan pergi. Tapi aku tidak akan melupakan kalian. Dan aku tidak akan melupakan saudara Feng Yan. Aku berjanji, aku akan menjadi lebih kuat... dan suatu hari, kita akan menemukan kakak."
Tangis akhirnya tumpah di pipinya, tetapi itu bukan tangis kesedihan. Itu adalah tangis dari seseorang yang akhirnya menemukan kekuatan untuk melangkah maju. Semua anggota keluarga mengelilinginya, memeluknya erat, memberikan dukungan yang lebih dari sekadar kata-kata.
terlalu lama bulet di sini aja hadeh lebih baik cabut by by by