Ainun mengorek sampah karena itu memang pekerjaan nya setiap hari sebagai pemulung, namun pagi ini dia merasa seperti ketiban rezeki yang sangat besar karena menemukan koper bagus.
"MAYAAAAAT....
koper tersebut berisi potongan mayat seorang gadis, lebih parah nya lagi gadis itu berasal dari desa Bakti Reso, desa mereka sendiri dan dia adalah anak Tuan tanah di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Luka di paha
Arya dan Tomo baru berbincang soal masalah Delisa dan Reno yang minta di lindungi dari serangan para setan di desa mereka, Tomo trauma sekali bila harus kehilangan anak sampai berkali kali. sudah tiga anak yang harus hilang dari genggaman nya, tidak sanggup bila Delisa nanti juga akan mati di bunuh.
Sebisa mungkin Tomo akan berusaha mencari cara agar Delisa dan Reno selamat walau harus mati matian juga berusaha nya, mungkin bila yang bekeliaran membunuh ini adalah manusia. maka Tomo akan habis habisan menyewa preman agar melindungi anak anak nya, tapi yang mengincar ini adalah mahluk yang tak kasat mata sehingga mereka tidak bisa mau berbuat apa apa.
Gerakan nya tidak mudah untuk terdeteksi, contoh nya adalah Melisa malam itu. baru saja Anjar bicara dengan dia dan keluar sebentar, tapi detik kemudian sudah berubah perkara nya karena Melisa sudah di garap oleh setan yang mengincar jeroan manusia untuk di makan dengan lezat.
Maka nya tidak bisa bila hanya menyewa para preman saja, jalan satu satu nya adalah menemui Arya agar bisa di tolong dengan kekuatan nya. Anjar juga seorang dukun, tapi Tomo tidak percaya dengan ilmu sang adik, mungkin saja kali ini setan nya jauh lebih kuat dari pada Anjar sendiri.
"Saya sudah sering di minta tolong begini, tapi masalah nya tidak serumit ini." keluh Arya keceplosan pula.
"Apa yang membuat rumit, Mas Arya?" tanya Tomo penasaran.
"Maksud Arya kan, ini banyak sekali yang meninggal jadi rumit untuk di urus!" Zayn membuka suara.
"Oh iya, memang banyak sekali ya korban nya di desa kita! apa desa lain tidak ada yang kena?" Tomo baru kepikiran juga.
"Tidak! sebab awal mula dendam putri mu itu pada Anjar dan Melisa." Purnama sudah datang lagi dengan raut wajah agak cerah, Arya dan Zayn mendesah lega bila dia menjadi sedikit lebih ramah dan tersenyum bahagia di depan orang.
Tomo melongo karena ucapan Purnama barusan, sebab dia pun tidak tau arti nya apa dan kenapa pula Sukma mengincar Anjar dan Melisa. maka Purnama mengambil ponsel nya dan mengirim kepada ponsel Zayn dan juga Arya, Zayn cepat membuka ponsel nya untuk melihat apa yang Ratu ular kirimkan pada dia.
"Nah tonton lah, kau harus tau ulah adik mu." Purnama memberikan ponsel nya.
"Iya." Tomo pun mengambil nya untuk melihat rekaman.
"Ini benaran?!" kaget Zayn karena dia pun tidak menyangka nya.
"Musuh terbesar itu kadang kala ada dalam keluarga kita sendiri, jadi waspada lah pada apa pun." lirih Purnama yang mulai kepikiran anak anak nya.
"A-anjar!" Tomo berseru tidak percaya bahwa Adik dan anak angkat nya bisa sejahat ini.
"Video pengakuan itu sudah ku sebarkan di seluruh desa, semua orang tau bahwa dia adalah pelaku nya!" ujar Purnama.
"Ya Allah!" Tomo memegangi dada nya yang berdegup kencang karena marah dan juga sedih.
"Pulang lah bila ingin menemui nya, akan ada member ku nanti yang akan menjaga anak anak mu." suruh Purnama.
"Benarkah, Mbak?" Tomo masih cemas soal itu sekarang.
"Ya, aku juga akan sering kesana untuk mencari arwah putri mu!" Arya pun menjawab tegas membuat Tomo sedikit lega karena sudah di tolong.
Tomo dan Zayn pun berpamitan pulang karena dia mau melihat Anjar dan pasti nya mau marah marah, tidak tau saja bahwa Adik nya sudah di bawa oleh Ratu ular untuk masuk tahap eksekusi. cara kerja Purnama memang diam diam saja, namun sekali gerak langsung membuat letoy lawan nya.
Takut nya bila bilang bahwa Anjar sudah di bawa malah akan di larang pula oleh Tomo, kerja polisi tidak bisa di andal kan menurut Purnama, sehingga dia lebih memilih untuk kerja sendiri saja. lebih cepat dan rasa nya lebih puas, kalau pun di penjara maka hanya sekitar tahunan saja dan kemudian lepas lagi.
"Purnama!" Aksara datang tergopoh gopoh.
"Ada apa?" Purnama menatap member nya yang sangat tampan ini.
"Arjuna tadi di serang oleh pemangsa itu, untung nya aku dan Sagara datang menolong." cerita Aksara.
"APA?!" Purnama dan Arya juga kaget karena pemangsa kian berani saja menunjukan diri kepada mereka.
"Aku tadi berhasil melukai tubuh nya, tapi tidak tau tubuh bagian mana!" jelas Aksara.
"Mari kita lihat tersangka nya!" Arya langsung berlari kedapur.
"Kau serius sudah melukai nya?" Purnama berjalan juga kebelakang untuk mengecek dua bocah itu.
"Lihat lah pedang ku ini, darah nya saja bekum kering." Aksara menunjukan darah di pedang nya.
Purnama mengangguk dan cepat menahan Arya agar tidak sembarangan saja saat bertanya, karena Arya sangat grasa grusu bila sudah mengambil tindakan. oleh sebab itu lah lebih baik bila pura pura tidak tau saja dan bertanya pelan agar mereka yakin bahwa orang tua nya bodoh dan tidak tau apa apa.
"Hai semua, sudah selesai kan mencuci hati nya?" Purnama bersorak mendatangi mereka.
"Itu mau di masak sama Ibu, Ma." jawab Zahra tersenyum.
Aksara menghilang karena takut mereka akan tau bahwa dia sudah mengadu pada Purnama, sudah pasti bila mereka pelaku nya maka kelicikan akan sama dengan orang tua mereka masing masing.
"Kok cuma sedikit hati sapi nya?" Purnama menaikan alis.
"Di makan kucing, itu di tinggal sama Arka di bawah tadi." jawab Zahra cepat.
"Ya ampun banyak sekali yang di makan kucing, kamu yang bawa kucing, Na?" Purnama mengedipkan mata pada Nana.
"Oh mungkin aku memang bawa kucing ya tadi, maaf ya kucing ku memakan hati kalian." sesal Nana pula.
"Pasti kucing lah ini yang makan, mana mungkin kalian berdua yang makan." Purnama tertawa kecil.
Zahra dan Arka diam saja mendengar ucapan nya Purnama barusan, malah mengambil sepatula untuk membantu Fatma yang sedang mengaduk santan. di sini yang pintar memasak memang dia, Purnama tidak bisa.
"Sssshhh!" Arka mendesis pelan.
"Kenapa, Nak?" Arya langsung berjongkok di depan putra yang sangat jelas sedang kesakitan.
"Eh Arka pasti kesakitan lagi ya? tadi aku tidak sengaja main pisau dan kena dia!" Zahra ikut melihat.
"Di mana kena nya?" Purnama dan Arya saling tatap.
"Ini di bagian paha, maaf ya, Ka!" sesal Zahra.
"Kapan kalian main pisau? Ya Allah kok bisa sih main pisau!" pekik Fatma setelah melihat luka putra nya.
"Panggil Gun, Na." suruh Purnama pula.
Aksara yang bersembunyi mengusap wajah nya kasar karena yang terluka malah Arka, dugaan nya meleset karena tadi dia mengira bahwa yang akan terluka adalah Zahra. sebab Aksara yakin sekali pelaku nya adalah Zahra, tapi bukti mengarah pada Arka.