Balasan Buat Suami Selingkuh

Peristiwa kebakaran itu telah membuat wajah Adelia buruk rupa. Lepas dari maut, Adelia sudah sadar setelah mengalami seminggu koma di rumah sakit. Entah apa yang menyebabkan kebakaran itu terjadi, masih di selidiki pihak kepolisian.

Adelia menjadi pendiam, sepertinya peristiwa kebakaran itu menyisakan trauma baginya. Apalagi ketika ia tahu wajahnya tidak secantik dulu. Ia menjadi ketakutan bila berpapasan dengan cermin.

Kadangkala Arga sering memergoki Adelia tengah menangis sendirian meratapi nasibnya. Ia mengusap pipinya yang di penuhi bekas luka bakar.

"Aku membawakan makanan kesukaanmu," kata Arga tiba-tiba datang ke ruangan Adelia. Wanita itu langsung menyembunyikan wajahnya dalam selimut. Ia merasa minder bertemu dengan Arga.

"Pergilah, letakkan makanannya di atas nakas. Nanti ku makan," kata Adelia di balik selimutnya.

Arga meletakkan makanan itu di atas nakas, tapi ia memilih duduk di pinggiran ranjang Adelia. Ia menyibak selimut Adelia, lalu menarik pundak wanita itu pelan.

"Aku akan menyuapimu," kata Arga. Lelaki itu tidak tega meninggalkan Adelia sendirian. Membuat wanita itu makin terpuruk dengan musibah yang telah di alaminya.

"Apa kau tidak merasa jijik menatap wajahku yang sudah buruk rupa ini?" tanya Adelia. Ia merasa malu Arga masih saja baik kepadanya. Jelas-jelas sekarang wajahnya mirip dengan monster. Adelia sampai ngeri sendiri kalau di suruh bercermin langsung.

"Kenapa harus malu, kau tetap teman terbaikku. Wanita yang telah membuatku jatuh cinta," ungkap Arga.

"Hentikan, tidak usah kau mengucapkan bualanmu itu. Aku tidak terpengaruh," kata Adelia. Ia pun berusaha duduk dan Arga mengambilkan piring makanannya.

"Aku bisa makan sendiri," ucap Adelia. Arga merasa senang akhirnya Adelia mau makan. Karena dari kemarin Adelia hanya mengandalkan infus, tidak mau makan. Ia bahkan melempar makanan itu hingga jatuh berserakan. Lalu menangis histeris dan memukuli wajahnya sendiri. Ia seperti membenci dirinya. Adelia terlalu malu menghadapi dunia dengan wajahnya yang sekarang.

Arga memiliki rencana mengajak Adelia berlibur sekaligus membuat jadwal operasi plastik untuknya. Namun, untuk memulai operasi plastik, Arga harus meyakinkan Adelia agar mau mengikuti treatmentnya. Ia harus membuat hati Adelia semangat dan tidak boleh banyak sedihnya. Rencana itu baru di benaknya belum di utarakan pada Adelia. Mengingat kondisi emosinya yang masih labil. Arga ingin Adelia sembuh dulu.

"Kau tidak berangkat ke kantor hari ini?" tanya Adelia.

"Aku ingin menjagamu, kita bisa jalan-jalan di taman rumah sakit kalau kau bosan di dalam kamar terus," tawar Arga.

"Tidak-tidak!"

"Aku tidak mau, mereka pasti akan menertawakanku," keluh Adelia.

"Tidak ada yang akan berani menertawakanmu."

"Ada aku yang akan selalu melindungimu," bujuk Arga.

Adelia menangis, ia menyelesaikan makannya lalu meletakkannya kembali di atas nakas.

"Kamu tidak tahu bagaimana perasaanku, ini terlalu menyakitkan buatku. Aku tidak berani menghadapi siapapun, termasuk kamu, Kartuka atau siapapun di luar sana!"

"Mereka hanya akan menertawakanku!" seru Adelia. Arga mengerti perasaan Adelia masih kacau dan frustasi. Ia memeluk tubuh ramping wanita itu mengelus rambutnya dengan lembut.

"Sudah kubilang, seperti apapun dirimu aku akan selalu bersamamu," kata Arga.

"Aku tidak mau di kasihani!" Adelia memukul dada bidang Arga sembari menangis terisak-isak. Ia lalu memeluk Arga menyandarkan kepalanya di dada lelaki tampan itu.

"Sebenarnya, aku takuut sekali. Aku takut orang-orang mencemoohku," curhat Adelia.

"Aku takut, Mas." Tangis Adelia terdengar lirih, Arga tahu hati Adelia sekarang remuk redam. Mentalnya tengah di uji, ia berjanji akan membantu Adelia sampai pulih seperti sedia kala.

Adrian khawatir setengah mati mendengar kabar apartemen Adelia kebakaran. Ia berusaha mencari keberadaan Adelia di rumah sakit mana di rawat tapi belum menemukannya. Sedangkan Salsa kelihatan tenang-tenang saja. Ia justru merasa senang karena tidak ada lagi pesaingnya.

"Ngapain sih, Mas kamu cari Adelia terus. Paling juga ia ikut jadi abu," ketus Salsa.

"Huss, jangan ngawur kamu. Aku yakin Adelia masih hidup, hanya tidak tahu sekarang keberadaannya dimana," bantah Adrian.

"Terserah kamu, Mas. Pusing aku liat kamu mondar-mandir terus kayak ayam mau bertelur," gerutu Salsa.

"Lagian, dia itu sudah bukan istri kamu lagi, Mas. Enggak sepantesnya kamu ngurusin dia," imbuh Salsa.

"Pantes atau tidak pantes, aku tidak mikirin itu. Aku menyesal dulu sudah menyakitinya, sekarang mendengar kebakaran di apartemennya jelas aku bingung dan khawatir," jelas Adrian.

"Ituuu ... terus yang kamu omongin, Mas."

"Selama seminggu sejak peristiwa kebakaran itu terjadi tak bosan-bosannya membahas Adelia terus."

"Tahu enggak sih, Mas. Aku tuh bosan. Bosan setengah mati, pembahasannya ituuuu... itu aja," cerocos Salsa.

"Ya mau gimana lagi, wajar dong kalau aku khawatir. Baru kami bercerai, tapi musibah sudah menghampirinya," ujar Adrian.

"Bagus dong, biar impas. Masa kita yang menderita terus," kata Salsa.

Adrian memperhatikan Salsa, ia gemas karena setiap perkataan yang keluar dari mulut Salsa semuanya berbisa. Tak ada satupun yang benar.

"Sepertinya kau lebih suka Adelia memghilang seperti sekarang?" tebak Adrian.

"Jelaslah, kalau bisa dia mati sekalian. Biar aku tidak lagi mendengar cerita tentang dia. Menyebalkan," tandas Salsa.

Ia kesal karena suaminya lebih peduli pada Adelia yang sudah di anggapnya telah mati karena peristiwa kebakaran. Suaminya terlihat frustasi semenjak Adelia tidak terdengar kabarnya.

Arga memang sengaja menutup akses agar tidak ada yang tahu keberadaan Adelia. Semua itu di lakukan untuk ketenangan mental Adelia sendiri. Jika terlalu banyak di kunjungi orang maka Adelia akan stres. Apalagi luka bakar yang di derita Adelia tidak main-main.

Padahal Adelia masih di rumah sakit kota, hanya saja Arga sudah berpesan pada pengelola rumah sakit Adelia tidak boleh di kunjungi siapapun kecuali dirinya.

Peristiwa naas itu membuat Arga waspada barangkali ada yang berniat jahat pada Adelia. Untuk nengantisipasi kejadian itu, maka Arga memberikan pengamanan yang ketat untuk Adelia. Adelia harus di selamatkan dari orang-orang yang memiliki kepentingan tidak baik padanya.

Arga juga telah menyerahkan sepenuhnya pada pihak kepolosian untuk menyelidiki kasusnya. Karena tidak ada konsleting listrik. Tapi, polisi menemukan bau bensin di sekitar apartemen. Jadi, besar kemungkinan jika ada orang lain yang memang menginginkan kematian Adelia.

Siapapun orang itu, pelakunya akan di jerat dengan hukum yang berlaku. Hukumannya mungkin berat karena sudah berniat untuk melakukan tindak kejahatan pembunuhan berencana.

Arga sudah mengantongi beberapa bukti dari kepolisian. Ia sudah mendapatkan informasi, siapa yang terlibat dalam kasus kebakaran itu. Penjahatnya melupakan ada beberapa  bukti sidik jari yang di tinggalkan pelakunya. Dimana pelakunya bukanlah penghuni apartemen di sana. Melainkan orang luar yang sengaja masuk untuk membunuh Adelia dengan cara membakar apartemen Adelia.

---Bersambung---