Juliette, terlahir dari keluarga yang minim simpati dan tidak pengertian.
Membuat ia tumbuh menjadi gadis mandiri dan sulit berekspresi.
Di tengah perjalanan hidupnya yang pahit, ia justru bertemu dengan yang Pria semakin membuat perasaannya kacau.
Bagaimana kelanjutan hidup Juliette?
Akankah ada seseorang yang memperbaiki hidupnya?
Simak kelanjutannya, Behind The Teärs by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Diluar Dugaan
"Aku bertanya seperti ini, mungkin saja kau berubah pikiran. Apalagi waktu perkuliahan masih sangat panjang. Jadi kau masih punya banyak waktu untuk memikirkannya lagi."
"Berarti ini memang keinginanmu ya. Meski ini adalah keputusanmu, tapi aku sebagai guru dan wakil kesiswaan berhak tau alasanmu dari keputusanmu itu. Kenapa kau menolak masuk Harvard?"
Juliet yang tadinya hanya diam dan mendengarkan saja karena tidak mengerti maksud dari pembicaraan ini pun langsung terkejut setelah mendengarkan kalimat terakhir itu.
"Ibu dan kakakmu kemarin datang ke sekolah dan mereka mengatakan kalau kau tidak bisa hadir kemarin karena menjaga adikmu yang sakit. Ibumu juga bilang kau tidak bisa menerima undangan dari Harvard." Jelas Sir Heru.
Tanpa sepengetahuan Juliet, saat kemarin Ibu dan Kakak bilang akan ke rumah sakit itu adalah sebuah kebohongan, kenyataannya mereka tidak berobat melainkan ke sekolah untuk menemui wakil kesiswaan.
Ibu datang menghadap wakil kesiswaan dan wali kelasnya untuk mengatakan bahwa aku menolak dan tidak bisa menerima undangan dari Harvard karena alasan pribadi yang tidak bisa dijelaskan.
Pantas saja saat sepulang dari rumah sakit kakak terlihat baik-baik saja, jauh berbeda saat ia hendak berangkat.
Ternyata mereka memang sudah merencanakannya dan sengaja membuat ia tidak masuk ke sekolah agar bisa menjalankan aksinya.
Ibu bahkan tidak memiliki alasan yang tepat untuk aku menolak undangan itu. Atau sekedar membuat-buat alasan saja tidak bisa, karena memang tidak ada alasan bagiku.
Secara otak dan fisik Juliet sangat mampu. Jika karena alasan ekonomi, itu tidak mungkin karena ia mendapat beasiswa penuh.
Bahkan dirinya yakin Sir Heru kembali mempertanyakan hal ini karena guru favoritnya itu memang tahu bahwa sejak awal ia masuk, setiap kali ikut lomba dan memenangkannya. Juliet selalu berkata 'Ini untuk aku dan Harvard dimasa depan!'.
Apalagi masa perkuliahan dimulai masih cukup lama. Sekitar 6 sampai 7 bulan lagi. Tentu saja itu adalah hal yang aneh jika ibu yang tanpa aba-aba datang ke sekolah mengatakan hal seperti itu. Padahal jika memang ingin menolaknya, ia bisa mengatakannya sendiri.
"Aku tidak menyangka kau akan memutuskan secepatnya ini. Apalagi diwaktu yang masih sangat panjang ini. Apa itu benar memang keputusanmu atau keluargamu yang melarang?" Tanya Sir Heru, memastikan.
"Aku tidak menyangka Ibu tega melakukan ini padaku. Ini semua benar-benar diluar dugaanku! Tahukah ibu yang kau lakukan itu adalah hal ceroboh?" Gumam Juliet dalam hatinya, menepuk-nepuk jidatnya.
"Meski aku sangat menyayangkan keputusanmu. Tapi itu semua memang seratus persen hakmu untuk memilih dimana kau ingin melanjutkan sekolahmu. Berarti kau ingin masuk ke kampus dunia lainnya?" Tanya Sir Heru.
Wakil kesiswaan itu berkutat di depan komputernya. Dan menunjukkan sebuah tabel data siswi kebanggaannya itu pada orangnya.
Saat ini pikirannya masih mencerna apa yang telah dilakukan ibu padanya. Hingga ia sulit dan tidak fokus membaca tabel dari layar komputer yang ditunjukkan oleh Sir Heru.
"Maaf, Sir. Boleh aku minta tolong penjelasannya?" Pinta Juliet. Sir Heru pun mengiyakan.
Harvard University bukanlah satu-satunya kampus yang mengundangmu. Aku memberikan satu undangan itu karena kampus itu yang pertama mengkonfirmasimu.
Kau masih akan mendapat undangan dari 7 kampus dunia lainnya. London Max, Standford, Melbourne, British Colombia, Chinese, Tokyo, Seoul National. Hanya tinggal menunggu yang lainnya mengkonfirmasi dirimu saja.
Hope you enjoy this bab!
Thank you and happy reading!