Alice Catlyn, seorang gadis culun yang selalu menjadi sasaran ejekan perundungan di sekolah, menemukan pelipur lara dalam sosok seseorang yang selalu hadir untuknya. ketulusan dan kepedulian orang itu membuat Alice diam-diam jatuh cinta. Namun perasaannya tetap tersimpan rapat, tak pernah di ungkapkan.
beberapa tahun kemudian, Alice berubah menjadi pribadi yang ceria dan penuh semangat. Di tengah kehidupannya yang baru, ia bertemu dengan seorang pria berhati dingin dan penuh misteri. tatapan tajam dan wajah datar pria itu tak mampu menyembunyikan cinta mendalam yang ia rasakan untuk Alice
Kemanakah hati Alice akan berlabuh? kepada seseorang yang dicintainya atau seseorang yang mencintainya?
Ikuti perjalanan cinta Alice yang penuh dengan Lika liku, dalam"Cinta Terakhir Alice". sebuah kisah yang menyentuh hati tentang pilihan dan takdir cinta.
Note: kisah ini terbagi menjadi 2 season, season pertama di masa sekolah SMA dan season kedua di masa dewasa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nda apri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah rencana
Keesokan harinya,
Alice berdiri di depan kelas, kelasnya terletak di lantai dua, memberikan pemandangan yang jelas ke bawah. dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat Danzel yang tengah berbicara dengan Rachel.
jantungnya berdebar lebih cepat saat melihat Danzel mengeluarkan sebuah bunga, boneka dan coklat dari belakang punggungnya dan menyerahkan nya kepada Rachel.
Tidak lama kemudian, Mereka saling berpelukan. sementara teman-teman yang berada di sekitar mereka bersorak riang. sudah dipastikan jika Rachel menerima Danzel sebagai kekasihnya.
sedangkan Alice yang melihatnya, hatinya terasa berat. senyuman getir menghiasi wajahnya, ia berusaha menahan air mata yang hendak jatuh.
Alice menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan perlahan, mencoba menenangkan hati yang bergejolak. ia kemudian berbalik hendak kembali masuk ke dalam kelas.
Sedangkan tak jauh dari sana, Megan dan Stella memperhatikan gerak-gerik Alice yang sedih ketika melihat Danzel dan Rachel.
"Stella apakah kau tahu? ini adalah kesempatan kita." bisik Megan
"kesempatan apa?"
"Kita bisa memanfaatkan hubungan Danzel dan Rachel."
"memanfaatkan bagaimana?"tanya Stella yang masih belum mengerti
"Kita harus membuat Rachel merasa cemas tentang Alice, dengan begitu Rachel akan membenci Alice dan juga menjauhkan Danzel dari Alice."jelasnya
Stella mengangguk, mulai memahami maksud Megan."Baiklah, nanti kita temui Rachel."
***
Jam pulang sekolah telah tiba,
"Rachel, tunggu...."panggil Stella dan juga Megan
Rachel yang tadinya berjalan bersama teman-temannya seketika menghentikan langkahnya.
"hai Rachel..." sapa Megan tersenyum ramah begitupun Stella
Rachel hanya tersenyum tipis, memandangi Stella dan Megan secara bergantian. bukankah mereka adalah teman dekat Danzel?
"ada apa ya?" tanya Rachel
"begini Rachel, ada yang ingin kita bicarakan."ucap Megan
"Katakan saja." balas Rachel
"sebelumnya selamat atas hubunganmu dengan Danzel. sekarang kau sudah resmi menjadi kekasih Danzel, itu tandanya kau adalah teman kita juga."ujar Stella
"Terimakasih ucapannya, sekarang katakanlah apa yang ingin kalian bicarakan."
"berhati-hatilah kepada gadis culun yang bernama Alice."ucap Megan tanpa basa-basi lagi
"memangnya kenapa?" tanya Rachel mengerutkan dahinya. "bukankah Alice adalah teman dekat Danzel juga."
"justru itu Rachel, dibalik kedekatan Danzel dan Alice sebagai teman dekat, pasti ada sesuatu di antara mereka."
"Sesuatu?"
"sesuatu apa maksud kalian? aku tidak mengerti. jika sesuatu itu adalah cinta itu tidak mungkin, Karena Danzel baru saja mengungkapkan perasaannya kepadaku, dan aku mempercayainya." tutur Rachel
"bukan begitu, kami mengerti jika Danzel memang sangat mencintaimu. Tetapi apakah kau tahu, sebenarnya Alice diam-diam menaruh rasa kepada Danzel."
mendengar hal itu Rachel malah tertawa kecil, membuat Stella dan Megan saling memandang dengan raut wajah kebingungan.
Rachel berusaha menghentikan tawanya."Tidak ada yang perlu di khawatirkan tentang Alice, karena sebelumnya Danzel sudah memberitahu ku jika Alice adalah sahabatnya."
"Tapi Rachel, Alice mungkin terlihat culun dan sok baik. padahal sebenarnya dia adalah gadis yang berbahaya." papar Megan dengan nada serius
"itu bukan masalah yang besar."terang Rachel tidak peduli walaupun sebenarnya perasaan khawatir atas ucapan Megan mulai merasuki pikiran nya
"maaf aku buru-buru harus pulang, sampai jumpa lagi."lanjutnya bergegas pergi
"Tunggu..."henti Megan
"Sepertinya ada sesuatu hal yang harus kau lihat Rachel." ucap Megan tersenyum licik dan membuat Rachel mengerutkan dahinya
"Lihatlah disana." tunjuknya
Sementara itu di lain sisi,
Raut wajah Danzel tampak cemas dan terlihat buru-buru menuju parkiran motornya. melihat hal tersebut, Alice mencoba mengejar dan menghampiri Danzel.
"Danzel..."panggil Alice
"maaf aku meninggalkanmu pulang lebih dulu. aku sedang buru-buru." ucap Danzel menaiki motornya dan segera memakai helmnya
"ada apa? apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Alice
Danzel menghela nafas gusar. "i-ibu ku masuk rumah sakit."
"Astaga..."pekik Alice
"bolehkah aku ikut bersamamu untuk melihat kondisi ibumu Danzel?" pinta Alice dengan raut wajah khawatir
Danzel mengangguk, "Pakai ini." anjur Danzel langsung memakaikan helm cadangannya kepada Alice
Sebelum Danzel menjalankan motornya, ia sempat mengirimkan pesan melalui ponselnya kepada seseorang.
Dari kejauhan Rachel terdiam menyaksikan Danzel menaiki motornya bersama Alice, bahkan Rachel juga sempat melihat saat Danzel begitu perhatian memasangkan helmnya di kepala Alice.
"Lihatlah Rachel, betapa dekatnya mereka. di hari pertamamu menjadi kekasih Danzel bukankah seharusnya kau yang di antarkan pulang olehnya."ucap Megan dengan nada sinis
"ini mungkin terlihat sepele, tapi asalkan kau tahu. Alice bisa melakukan segala cara lain agar tetap bisa berada di dekat Danzel." bisik Stella memanasi Rachel
Tingg...sebuah pesan masuk dari ponsel Rachel. Rachel langsung membacanya.
"Kalian lihat ini?" ucap Rachel memperlihatkan sebuah pesan di ponselnya. isi pesan tersebut adalah, Danzel menjelaskan jika ibunya masuk rumah sakit dan Alice sengaja ikut karena khawatir dengan kondisi ibunya.
"oh jadi begitu, tapi tetap saja Rachel. kau harus waspada."
Rachel menghembuskan nafas kasar. "bukankah aku sudah bilang, tidak ada yang perlu di khawatirkan. untuk sekarang aku percaya kepada Danzel, dia tidak akan mengecewakan ku."
Setelah mengatakan hal itu, Rachel bergegas pergi meninggalkan Stella dan Megan
"T-tapi Rachel..."cegah Megan
Rachel tak menggubrisnya dan tetap melanjutkan langkahnya
Stella dan Megan bertukar pandang, merasa bahwa rencana mereka gagal.
"Kita harus mencari cara lain."ujar Stella
"Cara apa? kau ada ide tidak?"tanya Megan sedikit kesal karena gagal mempengaruhi Rachel
"Aku sudah mendapatkan ide." ungkap Stella
"apa idemu?" tanya Megan penasaran
Stella membisikkan sesuatu ke telinga Megan, sehingga membuat gadis itu menarik sudut ujung bibirnya tersenyum.
**
Danzel tiba di rumah sakit dengan cepat, dengan raut wajah gelisah dan penuh kekhawatiran ia berjalan cepat menuju ruangan pemeriksaan. Alice mengikuti di belakangnya, berusaha menjaga langkahnya tetap cepat agar tidak tertinggal.
"Semuanya akan baik-baik saja Danzel." Alice yang saat ini berada di sisi Danzel mencoba menenangkan pria itu
Danzel hanya tersenyum tipis
Setelah beberapa saat kemudian, dokter yang memeriksa ibu Danzel, keluar dari ruangan pemeriksaan. Dia melihat sekeliling dan bertanya kepada kedua anak remaja yang masih memakai seragam sekolahnya.
"Permisi, siapa disini keluarga pasien?"
Danzel segera melangkah maju."Saya dok, bagaimana kondisi ibu saya? apakah dia baik-baik saja?"
Dokter menghela napas sejenak sebelum menjawab. "Kondisinya cukup serius, ibu anda mengalami kecelakaan dan kami menemukan bahwa ada pendarahan internal yang cukup parah. kami harus melakukan tindakan operasi secepatnya."
Danzel terlihat terkejut dan cemas. "Operasi dok?"ulangnya
"ya, Operasi sangat diperlukan untuk menghentikan pendarahan dan memastikan kondisinya stabil."
"Kami perlu persetujuan anda untuk segera memulai operasi." lanjut dokter tersebut
Danzel mengangguk pelan merasa bingung dan takut. "Ya dok, lakukan yang terbaik untuk ibu saya."
"Baiklah kalau begitu, silahkan anda urus biaya administrasi dulu di bagian depan. Baru kami akan bisa segera langsung melakukan tindakan."
"Baik Terimakasih dok." Danzel segera pergi dengan raut wajah cemas dan bingung
Menyadari jika ada sesuatu yang Danzel sembunyikan dari raut wajahnya, diam-diam Alice mengikuti langkah Danzel dari kejauhan.
cara nya hanya wajib follow akun saya sebagai pemilik Gc Bcm. Maka saya akan undang Kakak untuk bergabung bersama kami. Terima kasih