Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku bukan bayi
Pagi telah menyapa dan Julya yang sudah terbiasa bangun pagi, kini sudah membuka matanya, namun untuk pagi ini dia benar-benar malas untuk menggerakan tubuhnya.
Dan saat Julya merasakan pergerakan Radit, Julya langsung memejamkan matanya lagi. Namun sayang Radit sudah melihat jika Julya sudah terbangun.
Radit yang memang harus melakukan mandi wajib di pagi ini, langsung bergegas kekamar mandi, membersihkan diri dan Julya yang mendengar Radit masuk kedalam kamar mandi langsung membuka matanya lagi, sambil menerawang tentang kejadian semalam, yang menurutnya sangat memalukan, dan sungguh hari ini Julya enggan bertatap wajah dengan Radit jika bisa.
Ya Jika bisa, karena itu tidak mungkin. pasalnya Radit yang dikira Julya akan lama membersihkan diri, ternyata kini sudah selesai, dan sedang menghampiri Julya yang masih melamun.
Tanpa bertanya apa pun Radit langsung membawa tubuh Julya, masuk kedalam kamar mandi, dan memasukan tubuh Julya kedalam bak mandi, dengan pakaian yang masih menempel ditubuh Julya.
Julya tentu sangat kaget, dan andai punya tenaga dia ingin memberontak, tapi apalah daya jangankan untuk memberontak, bersuara pun dia amat sangat malas, saking lelahnya.
Radit yang sudah menurunkan Julya kedalam bak yang berisikan air hangat, ternyata tidak langsung keluar dari dalam kamar mandi, karena dia ingin membantu Julya melepaskan pakaian yang masih dikenakan Julya.
Pergerakan Radit tentu ditahan Julya yang enggan dibantu lebih jauh lagi. Sudah cukup Radit membantunya menurut Julya, dan lagi membuka baju adalah hal yang mudah.
"Aku bukan bayi."
"Iya, memang siapa yang bilang jika kamu bayi." jawab Radit.
"Caramu memperlakukanku, seperti aku inu adalah seorang bayi."
"Apa begitu?"
"Ya, jadi keluarlah!" ucap Julya yang langsung mengusir Radit.
"Baiklah, tapi jika butuh apapun panggil aku aku ada dibelakang pintu kamar mandi." ucap Radit sebelum dia keluar.
"Untunglah" ucap Julya setelah Radit benar-benar keluar.
Julya mulai membersihkan diri dan setelah selesai, Radit yang seperti tahu jika Julya sudah selesai langsung masuk tanpa permisi, dan hal itu sukses membuat Julya terperanjat dan dengan reflek Julya melempari Radit dengan gayung yang ada ditangannya.
"Maaf" ucap Julya sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Tidak masalah, jadi apa sudah selesai?" tanya Pradit memastikan, dan Julya langsung menganggukan kepalanya.
Seperti tadi Radit langsung menggendong Julya, dan tujuannya kali ini adalah pinggiran tempat tidur mereka. Ya Radit akan mendudukan Julya disana.
"Tungu sebentar, aku cari pakaian kamu dulu." ucap Radit sebelum dirinya pergi mencari pakaian Julya, yang ada dilemari.
Sementara Julya kini hanya bisa menatap punggung Radit dengan mata yang sudah berkaca-kaca karena bahagia, Sangat bahagia.
"Aku pikir tulisan-tulisan yang sering aku baca itu, hanya cerita fiksi, tidak nyata." Batin Julya, setelah sadar jika posisinya saat ini bak seorang Ratu. persis seperti apa yang sering dia baca di beberapa cerita online yang satu bulan ini menemani hari-hatinya.
Radit sudah kembali dihadapan Julya dan dia membawa satu set pakaian santai Julya, dan Radit kembali berencana untuk membantu Julya.
Namun Julya yang engan dibantu langsung bersuara.."Pak untuk yang ini tidak perlu dibantu."
"Baiklah" ucap Radit yang tidak mau berdebat dengan Julya, Lalu Radit kembali bersuara "kalau begitu aku tunggu dimeja makan, kebetulan sarapannya sudah datang."
Julya meng iyakan perkataan Radit dan setelah melihat Radit pergi Julya mulai mengenakan pakaiannya, dan saat bercermin Julya yang kaget melihat pantulan dirinya dicermin tentu berteriak.
Dan Teriakan Julya sukses membuat Radit yang berada didapur langsung melangkah dengan tergesa-gesa menuju kamarnya.
"Sayang. Ada apa?" ucap Radit panik.
Julya yang ditanya tentu langsung menunjuk apa yang membuatnya berteriak, dan Radit yang tadi panik kini malah tersenyum. Setelah tahu alasan Julya berteriak.
"Pak ini kenapa banyak sekali?" tanya Julya yang mempertanyakan tanda kepemilikan yang diberikan Radit padanya, dan jumlahnya sangat banyak hampir memenuhi leher juga pangkal dada Julya.
"Maaf, Sayang." ucap Radit penuh rasa bersalah, dan jujur dia juga baru menyadari jika tanda yang dia buat ternyata sebanyak itu.
Julya yang tidak berniat memperpanjang masalah kini kembali lagi kecermin, menatap lekat-lekat tanda kepemilikan yang ditinggalkan Radit.
"Sayang pakai ini," ucap Radit yang berpikir mungkin saat ini Julya tengah mencari cara agar bisa menutupi bekas sesapannya.
Julya menerima apa yang disodorkan Radit dan setelahnya dia langsung menutupi bekas kemerahan di lehernya dengan Krim yang disodorkan Radit.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏