Siapa sangka, Alya yang pernah memutuskan Randy 8 tahun lalu, membuat lelaki itu memiliki dendam mendalam. Hingga saat ini, Randy masih mencari Alya hanya untuk membalaskan rasa sakitnya. Sisa cinta dan dendam seakan saling bertarung di hati Randy.
Kehidupan Alya yang berubah drastis, membuatnya mau tak mau bekerja sebagai asisten rumah tangga yang tergabung di salah satu yayasan penyalur ART ternama.
Hingga takdir mempertemukan mereka kembali, Alya bekerja di rumah Randy yang kini sudah beristri. Di situ lah kesempatan Randy memperlakukan Alya dengan buruk. Bahkan, menghamilinya tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu apa alasanku dulu memutuskanmu, kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.” – Alya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Di kamarnya, Alya masih tak henti menangis.
“Mama,” panggil Gio mengusap rambut mamanya.
“Gio, Mama sudah bilang, jangan ke mana-mana setelah pulang sekolah dan tunggu Mbak Nana jemput. Kenapa Gio malah pergi sama orang asing itu?” tegur Alya.
Meminta maaf, Gio mengaku jika tadi dirinya diajak oleh om tadi untuk membeli es krim. Gio juga ingat, ia sudah dua kali bertemu dengan om itu. Anak kecil itu bahkan tak merasa jika om itu akan berbuat jahat padanya.
Alya lalu bertanya pada sang anak, apakah om yang membelikannya es krim, adalah orang yang sama dengan yang Gio temui di toko mainan kala itu.
Gio pun mengangguk dengan mantap, membuat Alya lunglai seketika.
“Lain kali Gio tidak boleh begini ya, Gio bikin kita semua panik mencari Gio,” pesan Alya memeluk sang anak begitu erat.
Meminta maaf sekali lagi, Gio berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Sementara itu di mobil, Geni tampak menegur tuannya itu.
“Tuan, Tuan tidak bisa berbuat seperti itu tadi. Tuan bisa membuat Nona Alya kabur karena merasa Tuan sudah tahu tempat tinggalnya. Cara Tuan yang tiba-tiba membawa Gio pergi tanpa izin juga tidak benar ,” tutur Geni mengingatkan tuannya agar lebih bersabar.
Mengaku tak bisa membendung perasaannya, Randy hanya ingin Alya dan Gio segera ia bawa pergi dari panti.
Geni pun mengusulkan agar mereka berbicara baik-baik pada ibu pemilik panti.
Randy lalu mengingat bagaimana sikap Alya tadi saat bertemu dengannya. Mantan kekasihnya itu tampak seperti orang depresi. Raut wajahnya sangat ketakutan saat melihat dirinya.
"Apa kejadian waktu itu membuat batinnya begitu terluka?” gumamnya.
Sementara itu, Bu Puri melaporkan kejadian tadi pagi pada suaminya siang ini, saat mereka tengah makan siang berdua.
“Memang siapa orang itu?” tanya Pak Antonio mengunyah makanannya.
Tak tahu siapa namanya, Bu Puri hanya tahu nama asistennya, karena sedari mereka datang ke panti untuk acara ulang tahun anaknya kala itu, hanya nama Geni yang disebut sebagai perwakilan dari mereka.
“Pak Geni juga tampak sengaja tidak memperkenalkan nama tuannya, Pak. Kita ‘kan harus menghargai itu. Apalagi, banyak orang yang berniat berbagi memang tidak ingin diketahui namanya. Jadi, Ibu tak banyak tanya,” jelas Bu Puri.
“Ibu rasa, orang itu mungkin langsung suka pada Gio saat pertama mereka bertemu. Dia lalu ingin mengadopsi Gio, padahal Ibu sudah bilang tidak bisa karena anak itu masih punya Ibu. Parahnya, dia sampai bawa Gio sepulang sekolah, kita semua sampai panik mencari Gio. Ya, meskipun hanya untuk membeli es krim, tapi tetap saja tidak bisa dibenarkan. Apalagi, Alya begitu ketakutan tadi,” lanjut Bu Puri.
“Minta Nana untuk tidak terlambat menjemput anak-anak mulai besok. Bapak rasa juga laki-laki itu pasti tak akan berani begitu lagi. Setidaknya, dia sudah tahu sendiri kalau Gio memang benar masih punya ibu,” jawab Pak Antonio tak ingin memikirkan persoalan ini terlalu dalam.
Tapi tidak dengan Bu Puri yang merasa masalah ini tak bisa dibiarkan begitu saja, baginya terasa ada yang janggal ketika ia mengingat apa yang laki-laki itu tadi ucapkan.
Selesai makan siang, Bu Puri memutuskan untuk menemui Alya yang masih sibuk di dapur.
“Al, Gio sudah tidur?” tanyanya mengusap lembut bahu Alya.
“Sudah, Bu, dia sedang tidur,” jawab Alya sembari fokus mencuci piring.
Memintanya untuk ikut beristirahat, Bu Puri tak ingin Alya kelelahan lagi.
“Al, apa kamu kenal lelaki itu tadi? Dia seperti menyebut namamu,” lanjut Bu Puri.
Menghentikan aktivitasnya, Alya terdiam sekian detik. Ia lalu menggeleng dan merasa Bu Puri salah dengar. Ia juga mengaku tak mengenal lelaki tadi.
“Alya ke kamar ya, Bu,” pamit Alya tiba-tiba, seolah ingin menghindari pembahasan Bu Puri.
***
Hubungan Randy dan Nadia kini semakin merenggang. Randy tak henti memikirkan Alya dan Gio. Ada penyesalan mendalam dari apa yang sudah ia perbuat saat membalas dendam kala itu.
“Jika dulu aku mau menemuinya dan bicara baik-baik, tentu aku tidak akan menyesal, dan Alya juga tak akan menderita seperti ini,” sesalnya.
Sejujurnya, jika bisa memilih, Randy lebih memilih memperistri Alya dan membesarkan Gio, dari pada ia harus hidup dengan wanita yang tak ia cintai.
“Alya pasti tak akan memaafkanku, dia pasti sangat membenciku,” lanjutnya gusar.
Saat tengah merenung, Randy mendapat telepon dari Geni.
“Tuan, saya sudah berhasil menemui salah seorang karyawan purna tugas kita,” jelasnya.
Tak ingin berbicara melalui telepon, Randy ingin bertemu Geni di suatu tempat.
Mereka pun berjanjian bertemu di sebuah kafe tak jauh dari rumah Randy, saat itu juga.
Saat mengenakan jaketnya dan keluar kamar, Randy bahkan tak berpamitan pada istrinya. Hal itu juga terjadi lantaran ia masih kecewa dengan sikap Nadia pada Bu Yusi. Jika Nadia tak menegurnya, Randy melengos begitu saja.
“Mau ke mana malam-malam begini?” tanya Nadia yang baru saja akan masuk kamar.
“Cari udara segara,” jawab Randy singkat, lalu melanjutkan jalannya.
Ia pun mengeluarkan lagi mobilnya yang sudah terparkir di garasi rumahnya, menuju kafe.
Geni yang sudah lebih dulu hadir di kafe, segera melambaikan tangannya pada tuannya itu.
“Bagaimana hasil wawancaramu?” Randy tampak begitu semangat.
Melirik kanan kiri berharap tak ada yang menguping pembicaraan mereka, Geni mendekatkan bibirnya di telinga Randy.
“Begini, Tuan. Saya sudah menanyakan perihal sejarah perusahaan pada beliau, namanya Pak Wahyu Dirgantara. Sayangnya, masa jabatan beliau hanya 20 tahun karena mengajukan pensiun dini. Saya belum bisa menemukan data karyawan purna tugas dengan masa jabatan yang lebih dari itu. Beliau menceritakan bahwa yang ia tahu sedari awal beliau masuk kerja dulu, perusahaan itu memang bernama PT. Tama Sriwijaya Development Tbk. Tapi, beliau pernah mendengar selentingan kabar dari karyawan seniornya, bahwa perusahaan sempat berganti nama, belum lama sebelum Pak Wahyu bergabung, tepatnya saat kepemimpinan Pak Tama. Hanya saja, para senior beliau seolah bungkam dengan identitas perusahaan sebelumnya dan hanya mengenal 1 nama perusahaan yang baru,” jelas Geni.
Asisten Randy itu lalu melanjutkan, alasan utama penggantian nama perusahaan adalah karena adanya peralihan kepemilikan dari pemilik sebelumnya, yang dikabarkan bangkrut dan meninggal dunia.
“Apa Tuan tidak bisa mengingat sedikit kejadian saat 20 tahun silam?” lanjut Geni.
Memejamkan matanya, Randy tampak mengingat kejadian saat ia kehilangan orang tuanya. Tapi, semakin ia mengingatnya, kepalanya terasa pusing. Traumanya akan kereta api seakan kembali muncul.
“Ah!” teriaknya.
“Tuan,” panggil Geni tampak khawatir.
...****************...