Lucky Daisy

Mansion Keluarga Mancini Turin

Daisy keluar dari kamarnya setelah bisa mengatur emosinya dan berusaha kuat meskipun hampir 48 jam sebelumnya dia masih perawan. Esok pagi akan dilakukan pernikahan antara dirinya dan Dokter Lucky yang sebenarnya akan dilangsungkan hari ini tapi kakak, ayah dan opanya sibuk mengurus pria yang hendak mencelakai dirinya.

Ambil sisi baiknya, Dash. Kamu tidur dengan orang yang tidak ada niatan jelek sama kamu. Kita berdua hanyalah korban orang-orang sinting !

Daisy pun duduk di gazebo halaman belakang dan anjing Belgian Malinois kesayangannya, langsung menghampiri gadis itu. Anjing yang satu rumpun dengan German Shepherd namun lebih kecil dan berbulu pendek itu pun duduk di sebelah Daisy. Gadis itu langsung mengelus kepala anjing berbulu coklat itu. Entah mengapa Daisy merasa, Winston, anjingnya itu seperti tahu dirinya galau.

Winston the Belgian Malinois

"Winston..." panggil Daisy dan anjing itu meletakkan kepalanya di atas paha nonanya seolah tahu galau. "Besok aku akan menikah dengan pria dari antah berantah... Yang bisa jadi temannya Tayo si bis kecil..."

Winston hanya menatap bingung ke Daisy.

"Apa aku harus ikut ke Jakarta? Tapi pekerjaan aku disini ..." Daisy menghela nafas panjang berulang kali.

***

Kamar AKP Victor dan dokter Lucky

"Kamu lihat apa Lucky ?" tanya AKP Victor yang akhirnya bisa mendapatkan ponselnya setelah dikembalikan oleh Dylan Mancini. AKP Victor menceritakan secara singkat ke Sandra tentang situasinya di Turin. Semua barang bawaan mereka pun sudah diambil dari kamar hotel tanpa ada tertinggal dan kini kedua pria itu sudah menyusun semua barang-barang mereka.

"Daisy ..." jawab Lucky.

AKP Victor yang juga sudah laporan ke Irjen Dean Thomas dan Brigjen Rayyan, berdiri mendekati rekannya yang berdiri di jendela besar kamar mereka.

"Itu Belgian Malinois? Macam anjing K9 di Polda ?" ucap AKP Victor membuat Dokter Lucky melirik judes.

"Aku bilang Daisy, kamu malah fokus ke asyu !" sungut Dokter Lucky sebal.

"Lha asyunya keren, Syu ..."

"Anjiiirrr ! Elu nyamain gue sama asyu !" hardik dokter Lucky.

"Fokus kita berbeda my friend. Bukan apa-apa, gue lagi anget-angetnya sama Sandra. Ya jelas lah titik fokus gue berbeda dong !" jawab AKP Victor cuek. "Kan Daisy punya kamu. Tidak mungkin dong gue ikutan lihat Daisy."

Dokter Lucky cemberut lalu dia berjalan menuju pintu kamar dan membukanya.

"Excuse me. May I see Signora Daisy Mancini in the backyard ( Bolehkah saya bertemu nona Daisy Mancini di halaman belakang)?" tanya Dokter Lucky ke pengawal yang menjaga pintu mereka.

Pengawal itu berbicara melalui earpiece dengan bahasa Italia yang Dokter Lucky tidak paham.

"Yes you may Sir ( boleh tuan )," ucap pengawal itu. "I will accompany you ( saya akan mengantarkan anda )."

Dokter Lucky pun mengikuti pengawal itu menuju halaman belakang sementara pengawal satu lagi menutup pintu kamar dimana AKP Victor berada disana.

Ponsel AKP Victor pun berbunyi dan pria itu menghela nafas panjang saat tahu siapa yang menelponnya.

"Selamat pagi waktu Turin, Ndan."

"Malam dik Victor. Itu si Lucky gimana ceritanya? Aku dan bang Dean hanya diberikan cerita sekilas dan sekarang aku sudah di rumah. Ceritakan yang lengkap !" perintah Brigjen Rayyan.

"Bermula dari ketidaksengajaan, pak Rayyan..."

***

Daisy melihat Dokter Lucky datang bersama dengan pengawalnya dan Winston langsung bersikap waspada ke orang asing yang datang. Dokter Lucky pun merinding disko melihat anjing itu memperlihatkan taringnya ke dirinya.

"Winston, stay ..." perintah Daisy. Winston pun duduk tapi tetap dengan sikap waspada.

"Signorina Mancini, il dottor Lucky vorrebbe parlare con lei ( nona Mancini, dokter Lucky ingin berbicara dengan anda )," ucap pengawal itu.

"Va bene. Lasciaci in pace ( baiklah. Tinggalkan kami berdua )," senyum Daisy ke pengawalnya.

"Per favore, dottor Lucky ( silahkan dokter Lucky ). Mi scuserò prima ( saya permisi dulu )." Pengawal itu mengangguk hormat ke Daisy.

"Grazie, Alejandro..." ucap Daisy. "Silahkan duduk dokter Lucky."

Dokter Lucky pun duduk di kursi sofa kecil sebelah sofa panjang Daisy.

"Mau minum apa ? Juice, air mineral..."

"Air mineral saja, dokter Daisy," potong Dokter Lucky yang terkejut saat gadis itu bertanya dengan bahasa Indonesia.

Daisy memanggil pelayan dan meminta membawakan air mineral dan makanan kecil. Pelayan itu mengangguk dan meninggalkan mereka berdua.

"Tunggu ... Jika kamu bisa bahasa Indonesia, jadi saat aku memberikan baju ganti itu ... Kamu paham ucapanku ?" tanya Dokter Lucky.

"Setiap kata," jawab Daisy dingin.

"Terus saat ... " Wajah Dokter Lucky tampak memerah saat mengingat mereka bangun dalam kondisi tanpa busana dan dia berbicara dengan bahasa campur aduk antara Inggris dan Indonesia.

Melihat pipi Dokter Lucky memerah, Daisy tahu jika pria itu teringat saat kejadian amburadul itu. Pipi gadis itu pun ikut memerah dan semuanya menjadi buyar saat pelayan datang membawakan permintaan Daisy.

"Ehem... Daisy... Boleh aku panggil begitu ?" tanya Dokter Lucky sambil menatap wajah dingin gadis itu.

"Namaku kan memang Daisy," jawab Daisy judes.

"Ma... Maksud aku tidak pakai embel-embel nona atau dokter..."

Daisy hanya mengangguk sambil menatap pria berkacamata itu. Dokter Lucky bukan pria Asia tampan seperti para sepupunya yang anak Hongkong, Jepang atau Indonesia tapi wajahnya memperlihatkan kepribadian yang ceria meskipun sekarang tampak gugup dan cemas.

"Daisy, kita tahu kita berdua harus menikah dan sebelum besok ijab, boleh tahu nama lengkap kamu ? Biar aku tidak salah ..."

"Daisy Ardena Bianchi Mancini. Kamu ?"

"Lucky Hirawan Buwono."

Daisy mengangguk. "Sekarang ... Usai ijab ?"

"Hah? Usai ijab ? Apa mau malam pertama ? Eh ... tapi udah duluan... Addduuuhhh!" Dokter Lucky mengambil bantal yang dilempar Daisy sementara Winston menyalak keras seperti berusahalah melindungi nonanya.

"Itu yang kamu pikirkan ?" bentak Daisy.

"Bu ... bukannya begitu ya ?" Dokter Lucky menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku tidak akan tidur sama kamu !"

Dokter Lucky melongo. "Hah? Kok gitu? Daisy, yang namanya orang sudah menikah itu ya harus satu ranjang, satu kamar... Kita kan suami istri, sudah sah ... "

"Kita hanya menikah enam bulan, Lucky..."

"Mas Lucky. Aku tuh lebih tua banget dari kamu lho... Shea saja panggil Steven, bang Steven..." potong Dokter Lucky.

"Suka-suka gue !" balas Daisy.

"Tidak boleh begitu Daisy, karena bagaimana pun, kita masih ada tata aturan wong Jowo meskipun kamu bukan Jowo tapi kan nenek moyang kamu yang bukan pelaut itu jowo ningrat kan? Gusti Kanjeng Raden Mas Haryo Pratomo, keturunan Mataram dari keraton Ngayogyakarta."

Daisy melongo. "Dari mana kamu tahu ?"

"Tanya Shea. Apa kamu tahu kakak eyang Haryo selalu jadi pengawal Pak Lachlan ?" jawab Dokter Lucky. "Jadi ... Meskipun darah Jawa kamu cuma 0,00005 persen, besok kalau sudah menikah ... Panggil aku mas Lucky ya?" senyum Dokter Lucky membuat Daisy menatap sebal ke pria itu.

***

Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️🙂❤️