gea Adisty perempuan berumur 20 tahun harus bisa menerima kenyataan kalau calon tunangan nya meninggal dunia akibat kecelakaan tunggal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wahidah27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 07
"Gimana enak kan?" Tanya Bara yang melihat Gea dengan lahap nya memakan mie ayam nya.
"Bisa lah."
"Makanya lo kalau makan jangan di resto mulu, sesekali di pinggir jalan gini."
"Iyah iyah, ya sudah ayo antar kan gue pulang."
"Ok." Mereka pun naik sepeda motor dan pergi meninggalkan warung mie ayam itu dan menuju rumah Gea.
"Lo gak mampir dulu?"
"Kayak nya gak usah deh, gue langsung cabut aja."
"Ya sudah, btw makasih yah, sudah antar gue balik, trus traktir gue makan lagi."
"Makasih doang nih."
"Terus lo mau apa?"
"No wa." Bara mengeluarkan handphone nya dari saku celana nya.
"Ok ok." Gea mengambil handphone Bara dan mengetik no nya.
"Udah yah."
"Thanks yah."
"Sama sama."
"Ya sudah gue pamit dulu, byeeeee." Bara pun pergi meninggalkan Gea yang masih berdiri di depan pagar rumah nya, tiba tiba satpam rumah nya mengagetkan Gea.
"Non mobil nya mana? Kok non Gea di antar teman?"
"Bocor ban mang, jadi aku tinggal di kampus."
"Owalah, kok gak telepon montir langganan pak bos non."
"Lah iyah yah, aku lupa mang, ya sudah nanti aku telepon." Gea masuk ke dalam rumah nya.
"Bik bik Imah."
"Iyah non bibik di sini."
"Papa sudah pulang belum?"
"Belum non."
"Nelpon juga gak ada?"
"Gak ada non."
"Ya sudah Gea masuk kamar dulu."
"Non gak makan dulu?"
"Tadi sudah makan di luar bik." Jawab Gea sambil naik ke atas tempat kamar nya berada, sesampainya di kamar Gea menghempaskan tubuhnya sembari melempar tas nya ke samping tempat tidur, beberapa saat dia melamun membayangkan tentang diri nya dan Bara tadi.
"Anak itu baik juga ternyata, awal nya saja yang sombong, belagu." Ucap Gea sembari memejamkan mata nya dan tertidur.
Malam hari tiba bintang di langit juga sudah mulai menunjukkan sinar nya di tambah dengan lampu kota yang menambah ke indahan di malam hari ini. Bara yang sedang melamun di atas jendela kamar nya sambil memegang handphone nya mulai mencari no Gea.
"Halo." Jawab suara dari seberang telepon.
"Hmmmm ini gue Bara."
"Bara, ada apa, malam malam gini nelpon?"
"Emang nya gak boleh yah, apa gue ganggu?"
"Oh gak kok, lo gak ganggu."
"Btw lo lagi ngapain?"
"Rebahan aja nih."
"Sendirian?"
"Ya iyalah mau sama siapa lagi?"
"Jalan yuk, cari angin."
"Hmmmm emang mau kemana?"
"Keliling keliling saja, suntuk nih gue di rumah."
"Boleh deh."
"Ya sudah lo gue jemput yah."
"Ok, byeeeeeeee." percakapan mereka pun terputus Gea langsung berdiri dan mulai berdandan sebelum Bara datang, beberapa saat kemudian suara sepeda motor Bara sudah terdengar.
"Hay, lama nunggu yah?" Ucap Bara yang melihat Gea baru keluar dari dalam rumah.
"Ah gak kok, gue juga baru selesai."
"Ya sudah yok berangkat."
Mereka tiba di alun alun kota suasana nya juga kebetulan sangat ramai karena malam itu malam kamis.
"Rasa nya gue sudah lama gak kesini deh." Ucap Gea sambil melirik pada Bara.
"Gue mah hampir tiap malam."
"Nongkrong sama teman teman geng motor lo itu?"
"Yoi, mereka semua yang bisa buat hati gue damai."
"Kenapa lo ngomong kayak gitu."
"Karena setiap gue di rumah bokap gue selalu saja marah sama gue, karena apa yang gue kerjakan gak pernah benar di mata nya, selalu saja salah."
"Trus nyokap lo?"
"Nyokap gue juga sibuk dengan dunia nya, nyokap gue model, dan dia selalu sibuk, sibuk sama teman teman nya sibuk sama kerjaan nya, jadi yah percuma kalau gua di rumah, kalau di jalan gini kan ada sedikit hiburan buat gue."
"Ya ampun, gue pikir nasih gue yang paling gak beruntung di dunia ini, ternyata masih ada lagi."
"Emang orang tua lo kenapa?"
"Gak papa sih, papa gak pernah ada di rumah, papa selalu sibuk sama kerjaan nya, ya gue tau itu dia lakukan buat gue juga, tapi gue merasa gue kurang kasih sayang saja."
"Trus nyokap lo?"
"Mama sudah meninggal saat gue masih kecil, semenjak itu papa memutus kan gak menikah lagi sampai sekarang."
"Berarti papa lo model orang yang setia dong."
"Mudah mudahan sih."
"Eh kok malah bahas keluarga sih?"
"Iyah yah."
"Eh lihat tu ada bintang jatuh." Gea menunjukkan bintang yang jatuh di atas langit.
"Terus kalau bintang jatuh kenapa?"
"Ih lo gak tau apa? kalau bintang jatuh kita bisa minta satu permintaan gitu."
"Ah mana mungkin."
"Ya sudah kalau gak percaya." Gea mengepal kan kedua tangan nya sembari memejamkan mata nya.
"Lo lagi ngapain?"
"Hussssst."
Bara hanya bisa diam melihat tingkah aneh Gea.
"Gue lagi minta satu permintaan."
"Lo minta apa?"
"Kepo lo itu rahasia gue, cuma gue dan tuhan yang tau."
"Hoooo pelit lo." Bara buang muka.
"Biarin." Gea pergi berjalan meninggalkan Bara.
"Mau kemana lo?"
"Gue mau jajan, dari tadi ngobrol mulu di beliin jajan kagak."
"Lo mau jajan, kok gak bilang dari tadi?"
"Dasar cowok gak peka."
"Emang nya gue pesulap yang bisa nebak isi hati dan pikiran lo."
"Udah ah." Bara mengikuti Gea yang sedang jalan kaki menuju jual telur gulung.
"Itu apaan?"
"Yah telur gulung saja gak tau?"
"Telur gulung, itu enak gak?"
"Enak, bang dua porsi yah."
"Bentar yah mas." Tidak berapa lama kemudian telur gulung pesanan mereka selesai setelah membayar nya Bara memberikan telur gulung yang di tangan nya ke Gea.
"Nah lo cobain."
"Makasih." Gea mulai memakan nya.
"Enak juga yah, kok gue baru tau ada jajanan gini."
"Makanya lo sekali sekali harus makan jajanan seperti ini, masih banyak lagi tau."
"Oh yah, kapan kapan ajak gue dong."
"Ok ntar gue ajak lo."
Sementara di jalan pak Darmawan sedang melewati jalan kota untuk pulang kerumah nya.
"Maaf pak bos itu seperti nya non Gea." Supir pribadi pak Darmawan melihat ke arah Gea dan Bara.
"Mana pak."
"Itu pak bos."
"Iyah, cepat kesana pak, ngapain lagi Gea malam malam gini ada di sini keluyuran."
Mereka berhenti tepat di depan Gea dan Bara, gea yang melihat mobil papa nya ada di depan nya panik dan segera berdiri.
"Papa." Ucap Gea yang panik.
supir pribadi pak Darwan pun turun dan membukakan pintu belakang mobil, pak Darwawan pun keluar dengan wajah yang sedikit marah.