NovelToon NovelToon
Istri Simpanan Tajir

Istri Simpanan Tajir

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Konflik etika / Nikah Kontrak / Kehidupan di Kantor / Keluarga / Pihak Ketiga
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

Kembali lagi mommy berkarya, Semoga kalian suka ya.

Mahreen Shafana Almahyra adalah seorang ibu dari 3 anak. Setiap hari, Mahreeen harus bekerja membanting tulang, karena suaminya sangat pemalas.

Suatu hari, musibah datang ketika anak bungsu Mahreen mengalami kecelakaan hingga mengharuskannya menjalani operasi.

"Berapa biayanya, Dok?" tanya Mahreen, sebelum dia menandatangani surat persetujuan operasi.

"500 juta, Bu. Dan itu harus dibayar dengan uang muka terlebih dahulu, baru kami bisa tindak lanjuti," terang Dokter.

Mahreen kebingungan, darimana dia bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat?

Hingga akhirnya, pertolongan datang tepat waktu, di mana CEO tempat Mahreen bekerja tiba-tiba menawarkan sesuatu yang tak pernah Mahreen duga sebelumnya.

"Bercerailah dengan suamimu, lalu menikahlah denganku. Aku akan membantumu melunasi biaya operasi, Hanin," ucap Manaf, sang CEO.

Haruskah Mahreen menerima tawaran itu demi Hanin?
Atau, merelakan Hanin meninggal?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Luka yang Belum Terlupakan

"Malam ini datang ke hotel, bisakah Mahreeen?" pesan Manaf.

"Aku akan usahakan," jawab Mahreeen.

"Papa dan Mama akan kesana menggantikanmu, aku sudah bilang pada mereka," balas Manaf.

"Baiklah, tidak ada lagi buat alasan aku menolakmu," balas Mahreeen dengan di tambahkan emoticon senyuman.

"Kamu menggemaskan, Mahreeen," ucap Manaf.

Pagi ini, Manaf sudah hilang bintik bintik di tubuhnya. Semuanya berkat otaknya yang kembali mengingat Mahreeen.

Benar benar obat buatku, Mahreeen. Hanya memikirkanmu saja sudah hilang. Apa jadinya jika aku sudah sah menjadi suamimu nanti. Rasanya aku tidak sabat menunggu hal itu. Batin Manaf.

Tet!

Suara bel pintu hotelnya.

Di lorong hotel tempat orang tuanya menginap, Manaf membuka pintu kamarnya dan terkejut melihat Queen berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan. Sebuah senyuman kaku menghiasi wajahnya, dan ia mencoba mendekati Manaf, seakan ingin memperbaiki apa yang pernah hancur.

"Manaf... bolehkah aku masuk? Ada banyak hal yang ingin kujelaskan dan aku ingin meminta maaf." pinta Queen berbisik lembut.

Manaf hanya berdiri kaku, mengingat dengan jelas peristiwa bertahun-tahun lalu yang menghancurkan hidupnya. Tanpa bisa ia cegah, bayangan masa lalu itu kembali terngiang, dan kepedihan itu seperti baru saja terjadi.

"Queen, permintaan maafmu tidak akan pernah bisa menghapus apa yang kulihat sendiri. Aku menyaksikanmu dengan mata kepalaku, di saat aku datang untuk memberikan kejutan, hanya untuk melihatmu bersama orang lain. Dan jika saja dia adalah selingkuhanmu pasti aku ikhlaskan tapi dia adalah sahabatmu sendiri, dan kalian. Ah, tidak bisa aku mengingatnya lagi. Mual perutku. Kau bahkan tidak menyadari keberadaanku saat itu." ucap Manaf nada suaranya penuh luka.

Queen tampak terkejut, tak bisa menyembunyikan rasa bersalah yang telah lama ia pendam. Matanya menunduk, menyadari bahwa luka yang ia torehkan pada Manaf tak semudah itu bisa dilupakan.

Jadi Manaf saat itu melihat aku dengan Sena! Di hotel!! Mampus! Pantas saja dia pergi, aku pikir dia hilang karena aku berselingkuh dengan Roberto. Batin Queen.

"Aku... aku tak bisa membela diriku sendiri, Manaf. Aku mengakui kesalahanku, dan aku sungguh menyesal. Aku tahu ini mungkin sudah terlambat, tapi setidaknya izinkan aku untuk menjelaskan—" ucap Queen dengan nada bergetar.

"Penjelasan apa lagi yang ingin kau berikan, Queen? Tak ada kata-kata yang bisa mengubah kenyataan bahwa aku melihat segalanya dengan mata kepalaku sendiri. Aku berada di sana, menyaksikan kau... menghancurkan segalanya." ucap Manaf memotong dengan tegas.

Queen terdiam, matanya mulai berkaca-kaca. Queen: "Aku tak pernah bermaksud menyakitimu, Manaf. Aku khilaf, aku tersesat pada saat itu. Kumohon, beri aku kesempatan untuk memperbaikinya, meski hanya dengan menjelaskan."

Manaf menatapnya tajam, hatinya berkecamuk antara kemarahan dan keputusasaan. Namun, luka itu terlalu dalam untuk disembuhkan hanya dengan kata-kata.

"Kau datang sekarang, setelah bertahun-tahun, untuk meminta maaf seakan itu akan menyembuhkan semuanya? Saat aku terpuruk, saat aku mencoba mengumpulkan serpihan hatiku sendiri, di mana kau, Queen?" tanya Manaf dengan nada getir.

"Aku benar-benar menyesal, Manaf. Aku tak bisa memperbaiki apa yang terjadi, tapi aku mohon, izinkan aku untuk mencoba menebus kesalahanku." ucap Queen sambil menangis.

"Permintaan maafmu takkan bisa menghapus masa lalu. Rasa sakit itu sudah menjadi bagian dari diriku. Aku sudah berusaha melupakan, dan sekarang, aku hanya ingin kau pergi." ucap Manaf menggelengkan kepala.

Queen berusaha menahan tangis, tampak terguncang dengan kata-kata Manaf yang begitu dingin dan penuh kebencian. Namun, Manaf tak memberinya waktu lebih lama. Ia berbalik meninggalkan Queen tanpa sepatah kata lagi, menutup pintu dengan kuat.

Setelah meninggalkan Queen, Manaf berjalan ke arah balkon hotel, mencoba menghirup udara segar untuk menenangkan pikirannya. Perasaannya berkecamuk, hingga ia merasa tubuhnya mulai muncul bintik-bintik merah, tanda dari stres yang selama ini ia tahan.

Ia segera menghubungi Viktor, sahabat sekaligus dokter pribadinya, untuk berbicara tentang kondisi yang sedang dialaminya.

"Viktor, aku merasa tubuhku mulai bereaksi lagi. Ada bintik-bintik yang muncul, dan aku bahkan tidak menyentuh Queen. Aku merasa stres yang tak tertahankan." ucap Manaf dengan suara lelah di telepon

"Manaf, mungkin ini adalah reaksi tubuhmu terhadap trauma emosional. Kadang, tidak perlu kontak fisik langsung untuk memicu alergi jika sumbernya adalah tekanan batin." ucap Viktor nada cemas.

"Mungkin kau benar. Pertemuan tadi membangkitkan banyak kenangan buruk. Aku merasa tubuhku dan pikiranku sudah terlalu lelah untuk terus menanggung ini." ucap Manaf menghela napas panjang.

"Kau butuh istirahat, Manaf. Cobalah untuk mengalihkan pikiranmu, dan ingatlah bahwa kau tidak sendiri. Jika kau membutuhkan seseorang untuk berbicara, aku selalu ada." ucap Victor.

Melegakan Manaf, namun perasaan marah dan kecewa masih menguasai hatinya. Meski sudah berusaha melupakan masa lalu, kehadiran Queen mengingatkan kembali betapa dalam luka yang ia rasakan dulu.

Malam hari.

Mahreeen sudah berada di hotel bersama Manaf.

"Kenapa bintik bintik seperti ini Manaf?" tanya Mahreeen.

"Hem, alergi." jawab Manaf canggung.

"Alergi dengan apa?" tanya Mahreeen penasaran.

Terdiam Manaf, bingung juga mau jawab jujur atau tidak. Mau di jawab asal nanti pasti akan ketahuan.

Tapi kembali Manaf menghela hafasnya kali ini, agar siap mengatakan dengan jujur.

"Aku-" terputus Manaf.

"Jika itu sesuatu yang membuatmu sulit mengatakannya. Jangan katakan sekarang. Aku mengerti, Manaf," potong Mahreeen cepat.

Mahreeen tahu dari wajah dan mimik Manaf yang tegang dan bingung. Maka dari itu dia tidak mau memaksakan jika belum siap. Cepat atau lambat pasti akan mengetahuinya.

Keesokan harinya, Queen kembali mencoba bertemu Manaf di hotel. Namun, Manaf tetap tegas menolak pertemuan itu. Queen berdiri di depan pintu, berusaha menahan pintu yang akan ditutup Manaf.

"Manaf, tolong beri aku kesempatan sekali lagi. Aku hanya ingin menebus kesalahanku." Pinta Queeen.

"Kau sudah cukup menyakitiku, Queen. Tak ada lagi yang bisa kau perbaiki. Kumohon, pergilah. Aku tidak ingin mengulangi luka yang sama." pinta Manaf memandangnya dengan tajam.

Queen menatapnya dengan air mata yang mengalir, namun ia tahu Manaf takkan mengubah pendiriannya. Ia akhirnya pergi dengan berat hati, sementara Manaf merasa sedikit lega telah menolak Queen.

Sampai kapanpun, aku tetap selalu mengingat luka itu. Luka yang membuatku sakit sampai saat ini. Walau aku sudah bisa bersentuhan dengan wanita lagi, tapi hanya Mahreeen.

Pernah kamu sadari tidak, Queeen. Jika kamu sudah membuatku seperti monster. Tidak bisa menyentuh wanita manapun dan selalu saja seperti ini.

Queen, nama itu aku akan di ingat sebagai nama buruk untukku!!

Aku berharap Mahreeen adalah wanita yang tepat dan terakhir yang aku miliki. Batin Manaf

...****************...

Hi semuanya, like dan komentarnya ya.

1
ziear
siao kak
Dwi Agustina
ayo semangat up LG💪👍🙏
Dwi Agustina
aneh,knp mesti dikasih kesempatan LG🙄
ziear: belum selesai kak, masih ada kejutan lainnya di depan nanti.
total 1 replies
Enny Nuraeni
ok bgt
ziear: terima kasih kak
total 1 replies
dapurAFIK
lanjut Thor makin penasaran aza...
ziear: siap kak
total 1 replies
dapurAFIK
bertemu calon madu🤭
ziear: 😅 bener bgt kak
total 1 replies
dapurAFIK
peros manusia ga waras
ziear: cung yang setuju Peros ga. waras☝
total 1 replies
ziear
siap kak
bentar lagi up ya di tunggu
dapurAFIK
semangat mahreeen..... semoga ada jln terbaik...
ziear
Karya Mommy selanjutnya.
Yang suka boleh lanjut dan kasih bintang ⭐⭐⭐⭐⭐
Dan yang ga suka boleh skip aja ya.
Terima kasih para raiders ku.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!