Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29
Seisi ruangan terperangah.
Ye Qinghe terkesiap.
Yu Fengmu memalingkan wajahnya sembari mengepalkan tangan di mulutnya, menyembunyikan senyuman geli.
“Aiya!” Wang Lu membekap mulutnya dengan jemari tangannya, pura-pura terkejut. “Marga Jang! Apa otak kalian rusak karena terlalu banyak latihan? Apa tingkat pengajaran internal begitu buruk?”
Mata Ye Qinghe spontan terpicing, merasa sedikit jengkel. Kemudian melontarkan tatapan tajam ke arah Wang Lu melewati bahunya.
“Ck, ck, ck…!” Wang Lu berdecak dan menggeleng-geleng. “Belajar sepuluh tahun hanya bisa menciptakan benda level rendah seperti ini?”
“Ni—” Jang Yiran menggeram tertahan, menudingkan telunjuk ke arah Wang Lu sambil melotot.
“Kau, kau, kau! Apanya yang kau?!” cerocos Wang Lu. “Jelas-jelas pedangnya yang rapuh! Yang namanya pedang itu tentu harus tahan banting. Apa aku yang mematahkannya? Memangnya murid palsu sepertiku bisa melakukan apa? Siapa di sini yang tidak tahu kalau pondasi internalku sudah rusak?”
“Rrrrrrrgh!” Jang Yiran mengepalkan tangannya, semakin meradang.
Jang Junda masih membeku, terperangah menatap pedang patah di tangan Wang Lu dengan raut wajah terguncang.
“Kalian berdua… ” Wang Lu menggumam dan menggeleng-geleng lagi, memasang wajah miris menirukan gaya Jang Yiran. “Kualitasnya ternyata hanya begini saja?“
Jang Yiran mencebik dan berbalik cepat-cepat, kemudian menyeret saudara kembarnya menyingkir dari situ. Saking malu, sampai lupa menjaga citra yang selama ini diagungkannya begitu rupa.
Kerumunan memudar dengan masing-masing kelompok meninggalkan bunyi menggumam seperti lebah sedang gelisah.
Yu Fengmu mendesah dan bertukar seringai dengan Wang Lu.
Ye Qinghe mengawasi Wang Lu dari depan meja pendaftaran misi kelas dua dengan alis bertautan. Masih merasa sedikit jengkel.
Yu Fengmu menghampiri meja pendaftaran misi umum sementara Wang Lu menunggu.
“Kau…” Jian Yuan menatap Yu Fengmu dengan dahi berkerut-kerut, mencoba mengingat-ingat.
“Yu Fengmu memberi salam pada Kakak-kakak Senior!” sapa Yu Fengmu sambil membungkuk pada kedua murid senior di balik meja pendaftaran itu, memberikan salam soja.
“Oh, iya! Yu Fengmu!” Jian Yuan menanggapi dengan ramah. “Bukankah kau baru saja lolos misi kelas satu dengan gemilang? Kenapa masih tertarik mengikuti misi umum?”
“Senior terlalu memandang tinggi saya!” tukas Yu Fengmu dengan sopan. “Sebenarnya saya hanya berperan sebagai pendukung, tokoh utama di balik suksesnya misi kelas satu ini adalah…” Ia menggantung kalimatnya dan mengulum senyumnya, kemudian menunjuk ke arah Wang Lu dengan ibu jarinya. “Dia!” katanya. Senyumnya melebar.
Jian Yuan dan Han Zuo mengerling bersamaan ke arah Wang Lu.
Bocah tengik itu tak menyadarinya. Matanya yang tajam bak mata rubah sedang berjalan-jalan meneliti sekitar sembari bersedekap. Hanya sekadar mencuci mata.
“Siapa dia?” tanya Ye Qinghe pada Mu Ronghao.
“Shéi-ya?"~Siapa? Mu Ronghao balas bertanya tanpa mengalihkan perhatiannya dari tumpukan surat misi yang sedang dipilahnya.
“Murid baru itu!” Ye Qinghe menunjuk Wang Lu dengan lirikan matanya.
Mu Ronghao akhirnya mengangkat wajah, kemudian mengikuti lirikan matanya. “Oh! Dia…” Ia menggantung kalimatnya dan kembali tertunduk. “Wang Lu!” jawabnya acuh tak acuh, kembali sibuk melanjutkan pekerjaannya.
Setelah menyelesaikan urusannya dengan Mu Ronghao, Ye Qinghe menghampiri Wang Lu dan mengajak pemuda itu pergi.
Yu Fengmu tak melihatnya.
Beberapa saat kemudian, Wang Lu sudah berlutut di pelataran Serambi Ketua sebagai terpidana, dan Yu Fengmu kalang kabut mencari keberadaannya.
“Kau tahu apa kesalahanmu?” tanya Ye Qinghe sambil tertunduk memelototinya.
Pria itu berdiri di depan Wang Lu dengan kedua tangan tertaut di belakang tubuhnya. Raut wajahnya terlihat dingin dan angkuh.
Dalam waktu yang lama, Wang Lu tak tahu apa yang harus dikatakan. Hanya tertunduk dengan mulut terkatup. Sebenarnya sedikit bingung. Apa ini soal pedang Jang Junda? Ia bertanya-tanya dalam hatinya.
“Tetaplah berlutut sampai kau tahu apa kesalahanmu!” tandas Ye Qinghe sambil berbalik dan meninggalkannya.
Sinar matahari sedang terik-teriknya, ketika Wang Lu dipaksa berlutut sambil mengintrospeksi diri.
Murid-murid internal meliriknya dengan reaksi berlainan. Sebagian miris, sebagian sinis, sebagian lagi berkasak-kusuk.
“Apa yang terjadi?” Yu Fengmu terkejut menemukan Wang Lu di situ. “Siapa yang menghukummu?”
“Si Tampan Ye,” jawab Wang Lu dengan raut wajah malas.
“Aiya!” Yu Fengmu menepuk dahinya. “Kenapa kau juga menyinggungnya?”
Sebagai murid internal, Yu Fengmu tahu persis perangai beberapa tutor.
“Bagaimana?” ejek Jang Yiran saat ia melintas di tempat itu bersama si sepupu. “Seperti apa rasanya pengajaran internal?”
Wang Lu akhirnya tahu kenapa Ye Qinghe menghukumnya.
“Gurumu sudah menghabiskan seluruh hartanya untuk perawatan kulitmu!” Wang Yu menimpali. “Kenapa kau malah main panas-panasan?” cemoohnya.
Gerombolan itu tergelak bersamaan. Kemudian berlalu menjauh sambil masih tertawa-tawa.
Yu Fengmu memandangi punggung mereka dengan tatapan tajam.
Gerombolan perusuh yang satu belum pergi jauh, gerombolan perusuh lainnya menyusul.
“Yo!” Si Cacing Narsis muncul bersama kawanannya sesama cacing. “Kukira siapa?”
Wang Lu dan Yu Fengmu mendelik bersamaan.
Gerombolan itu mulai cengar-cengir, bersiap membuat kekacauan.
Tapi kemunculan seorang tutor kemudian menyelamatkan Wang Lu dari situasi.
Tutor itu menghambur ke arah pintu aula sembari berteriak. “Utusan Dewan Kota dataaaaang!”
Para penatua dalam ruangan serentak menghambur keluar dan berbaris di selasar, tampak mempersiapkan diri untuk menyambut para utusan itu.
Tutor tadi kemudian menarik Wang Lu menyisi dan menginstruksikan pada semua murid untuk berbaris rapi.
Penatua Agung mengangguk pada petugas penjaga bersenjata, memberikan isyarat bahwa mereka sudah cukup siap untuk menyambut para utusan itu.
Kemudian derap kaki kuat dengan irama teratur dari tumit sepatu militer yang beradu dengan lantai kuno terdengar dari luar pintu, memberikan kesan pertama pada seluruh penghuni Paviliun Longtian bahwa para utusan ini bukan jenis perwira muda pesolek yang biasa dikirim untuk upacara bendera.
Dan setengah dari murid-murid itu merasa seperti… mendapat peringatan.
Tatapan mereka sekarang terpaku pada sosok ksatria yang gagah dengan seragam lengkap perwira pasukan khusus, yang dikirim Pemimpin Kota untuk berurusan dengan mereka. Dan mereka semua mengetahui ksatria yang terlihat liar dan arogan ini tidak akan pergi sebelum yakin akan mendapatkan apa yang menjadi tujuan kedatangannya.
Ksatria itu sekarang berjalan masuk ke dalam ruangan, dan ketika ia melewati barisan para murid, mereka semua dipaksa untuk mengetahui tinggi badannya yang mengesankan.
Sikapnya tenang dan tatapan dinginnya mengirimkan peringatan… atau bisa dibilang sorotan muak. Pria itu bahkan mengabaikan bungkukan hormat dari para murid yang memberikan salam.
Setelah mencapai kaki tangga yang berhadap-hadapan dengan Penatua Agung, perwira itu berhenti, kemudian memutar kepalanya dengan gerakan yang tepat, dan tidak memberi hormat. Tetap berdiri tegap dengan sikap waspada, menatap barisan murid dengan sorot mencari-cari yang tajam, memberikan tatapan yang lama, pelan dan menyeluruh kepada semua orang yang hadir di sana.
“Di antara kalian semua, siapa yang bernama Wang Lu?”
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...