Bianca Davis hanya mencintai Liam dalam hidupnya. Apa pun yang dia inginkan pasti akan Bianca dapatkan. Termasuk Liam yang sebenarnya tidak mencintai dirinya. Namun, bagaimana bila Liam memperlakukan Bianca dengan buruk selama pernikahan mereka? Haruskah Bianca tetap bertahan atau memilih menyerah?
Ikuti kelanjutan kisah Bianca dan Liam dalam novel ini! ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
"Li, apa kamu mulai mencintaiku?" tanya Bianca lagi dengan suara lemahnya.
Liam melengos, dia tidak ingin memberikan Bianca harapan. Hatinya belum sepenuhnya tertuju pada Bianca. Pria itu tidak bisa meloloskan begitu saja ucapan Bianca.
"Kita bicarakan ini, nanti. Kamu tidak ingin tinggal bersama Mama Sonia? Aku tidak keberatan bila kita tinggal di sana. Untuk sementara, aku tidak akan memperbolehkanmu bekerja. Jadi, aku takut kamu bosan bila sendiri di apartemen." Bianca bersumpah itu adalah ucapan Liam paling panjang yang pernah didengarnya.
"Tidak! Aku baik-baik saja di apartemen. Kondisiku dan baby akan membaik. Jadi, tidak mungkin aku bosan di apartemen," balas Bianca.
"Kau dengar sendiri, kan? Bianca tetap ingin kami tinggal di apartemen. Aku akan mempekerjakan asisten rumah tangga untuk Bianca agar dia tidak kelelahan. Aku minta kau tidak perlu khawatir, dia akan baik-baik saja bersamaku," ucap Liam pada kakak iparnya.
"Baiklah, aku akan memegang ucapanmu, Liam! Bila sampai terjadi sesuatu pada Bianca atau keponakanku. Kau tahu apa yang akan terjadi padamu atau pun perusahaanmu," ancam James.
"Kak! Jangan berkata seperti itu!" Bianca ingat bila Liam tidak suka bila diancam.
Tidak ingin membuat pria yang dicintainya itu tertekan. Bianca memilih untuk menegur sang kakak. Perempuan itu ingin Liam merasa nyaman karena menikahinya. Sejujurnya, Bianca khawatir dengan perjanjian yang diajukan oleh Liam.
Dengan jelas, dia tahu bahwa Liam belum mencintainya sama sekali. Posisinya sebagai istri Liam bisa dibilang belum aman karena pria itu masih menginginkan perpisahan. Demi apa pun, Bianca tidak akan membiarkan perceraian terjadi di antara mereka.
Pintu ruang rawat di ketuk, ketika pintu terbuka terlihat keluarga Smith datang menjenguk Bianca. Paula mendatangi sang menantu, terlihat wajahnya sembab ketika mengetahui Bianca di rawat di rumah sakit.
"Apa yang terjadi hingga kamu di rawat seperti ini, Sayang? Apa Liam melakukan sesuatu yang membuatmu terluka?" tanya Paula.
"Tidak, Ma. Ini bukan kesalahan Li...."
"Tentu saja ini bukan kesalahan kakakku. Pasti kamu, kan yang terlebih dahulu melakukan sesuatu hingga menyebabkan dirimu sendiri sakit. Jangan menyalahkan kakakku. Kamu ini benar-benar beban, Bianca. Juga, anak dalam kandunganmu itu! Seharusnya, dia tidak perlu ada di dunia ini karena itu membuat Kak Liam harus menikah dengan wanita seperti..."
"Hentikan, Laura! Tutup mulutmu! Mulai sekarang kamu tidak boleh mengatakan sesuatu yang buruk tentang Bianca. Dia adalah istriku! Kakak Iparmu! Jadi, kamu harus menghormatinya seperti kamu menghormatiku!" tukas Liam tidak menyangka Laura bisa berkata demikian tajam.
"Tapi, Kak..."
"Minta maaf pada, Bianca!" ujar Liam pada sang adik.
Laura mendelik pada kakaknya, tidak pernah Liam begitu tegas menegur Laura. Dia selalu menjadi adik kesayangan Liam. Namun, hanya karena wanita j*Lang itu sudah menikah dengan kakaknya, Bianca mendapat pembelaan dari Liam.
"Sudah, tidak apa-apa, Liam!" ucap Bianca tidak ingin mendengar pertengkaran antara Laura dan Liam.
Bianca tidak ingin adik iparnya itu semakin membencinya. Sudah cukup berbagai ucapan kebencian dia terima selama ini. Bianca yakin bila Laura akan dapat melihat siapa yang sebenarnya layak untuk mendampingi Liam.
Wanita itu yakin bila Ivanka telah mencekokinya dengan berbagai berita buruk. Sampai saat ini, Laura masih terlihat tidak ikhlas mengetahui bila Bianca yang menjadi kakak iparnya.
"Pergilah, Laura! Sebaiknya kamu menunggu di luar saja!" perintah William pada anak gadisnya itu.
"Baiklah!" Tanpa kata Laura meninggalkan ruangan, James memandang tajam Laura.
Sedari tadi, James menahan diri untuk menegur gadis itu. Untungnya, Liam sudah terlebih dahulu melakukannya. Jika tidak, pria itu akan membuat Laura menyesal karena telah menyalahkan sang adik.
Laura berjalan di lorong rumah sakit, dia kesal dengan semua anggota keluarganya yang terlihat sangat menyayangi Bianca. Teringat pada ucapan Ivanka yang menyesakkan dadanya saat Paula tidak menyukai pertemanannya dengan wanita yang cantik itu.
"Begitulah, Laura! Semua orang akan menyukai Bianca. Sedangkan aku yang berasa dari keluarga biasa saja dianggap tidak dapat sebanding dengan Bianca. Padahal, aku tidak bisa memilih asal keluargaku. Aku juga ingin seperti Bianca yang terlahir dari keluarga kaya dan terpandang," ucap Ivanka pada sebuah pesta yang diadakan oleh teman satu kampus mereka.
"Sudahlah, Kak. Aku yakin kamu dapat disukai oleh orang lain bukan karena kekayaan yang dimiliki. Kamu itu sangat pintar dan baik. Pasti mereka juga menyukaimu," balas Bianca.
"Bukan hanya karena kekayaan, Lau. Bianca juga sering menjajakan dirinya pada beberapa teman di kampus ini. Oleh karena itu, dia sangat populer di angkatanku. Bukan hanya diangkatanku. Dia memang populer di kampus ini. Jadi, aku harap kamu menjauhkan Liam dari Bianca. Dia tidak pantas berada di dekat Liam," ungkap Ivanka dengan wajah meyakinkan.
Saat itu, Laura mengangguk, dia melihat sendiri bila Bianca dekat dengan beberapa orang pria. Menganggap kedekatan Bianca dengan beberapa pria itu adalah satu kesalahan. Hingga, sampai saat ini Laura sangat membenci keberadaan Bianca.
***
Beberapa hari berlalu, saat ini kondisi Bianca telah membaik. Bianca ingin pulang ke apartemen Liam saja. Namun, Liam harus pergi dinas ke luar kota. Hingga membuatnya harus menanyakan keinginan Bianca terlebih dahulu. Tidak mungkin dia meninggalkan Bianca yang masih dalam proses pemulihan sendirian di apartemen mereka.
"Sebaiknya, kamu menginap saja di rumah Mama Sonia. Aku hanya akan pergi selama tiga hari. Sayangnya, Papa dan mamaku juga harus menghadiri beberapa pertemuan penting di luar kota, Bi. Aku tidak ingin kamu sendiri di apartemen," ujar Liam pada sang istri.
Menemani Bianca selama empat hari di rumah sakit, membuat perasaan Liam semakin melembut. Dia sedikit melupakan rencananya untuk menyakiti wanita yang telah menjadi istrinya itu. Saat ini, dia selalu mengkhawatirkan keadaan Bianca.
"Tidak apa-apa, Liam. Aku baik-baik saja. Semua sudah kembali seperti biasa dan kondisiku sudah pulih. Pergilah, tiga hari adalah waktu yang sebentar. Aku tidak ingin pekerjaanmu tertunda karena diriku," balas Bianca.
Liam memutar otaknya, dia memang sudah mempekerjakan seorang asisten rumah tangga. Akan tetapi, hatinya tetap tidak tenang meninggalkan Bianca. Dokter mengatakan kandungan Bianca masih sangat rentan.
Pria itu tidak ingin menanggung risiko yang lebih besar. Harus ada pihak keluarga yang menemaninya. Pun meminta Sonia, dia tidak enak hati karena hal itu dapat membuat steriotip bahwa Liam tidak dapat menjaga Bianca.
"Bagaimana bila Laura tinggal bersama denganmu selama tiga hari itu? Aku akan memintanya untuk menemanimu. Paling tidak, kamu memiliki teman mengobrol," usul Liam pada Bianca.
Tanpa berpikir panjang, Bianca menganggukkan kepalanya. "Ya, itu adalah ide yang bagus. Aku akan lebih mudah dekat dengan Laura, Li. Terima kasih," ucap Bianca membuat Liam tanpa sadar mengusap kepalanya.
Liam tersenyum mendapati Bianca sangat penurut ketika menjadi istrinya.
Mungkin aku akan mudah mencintaimu, Bi. Tunggu saja, entah obsesi atau cintamu itu pasti akan aku balas, batin Liam dalam hati.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.❣️