NovelToon NovelToon
Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka

Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan / Angst
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: ATPM_Writer

Agnes menjalani kehidupan yang amat menyiksa batinnya sejak kelas tiga SD. Hal itu terus berlanjut. Lingkungannya selalu membuat Agnes babak belur baik secara Fisik maupun Psikis. Namun dia tetap kuat. Dia punya Tuhan di sisinya. Tapi seolah belum cukup, hidupnya terus ditimpa badai.

"Bagaimana bisa..? Kenapa Kau masih dapat tersenyum setelah semua hal yang mengacaukan Fisik dan Psikis Mu ?" Michael Leclair

"Apa yang telah Dia kehendaki, akan terjadi. Ku telan pahit-pahit fakta ini saat Dia mengambil seseorang yang menjadi kekuatanku. Juga, Aku tetap percaya bahwa Tuhan punya rencana yang lebih baik untukku, Michael." Agnes Roosevelt

Rencana Tuhan seperti apa yang malah membuat Nya terbaring di rumah sakit ? Agnes Roosevelt, ending seperti apa yang ditetapkan Tuhan untuk Mu ?

Penasaran ? Silakan langsung di baca~ Only di Noveltoon dengan judul "Rencana Tuhan Untuk Si Pemilik Luka"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ATPM_Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Beberapa saat kemudian...

Efek bius telah hilang sepenuhnya. Agnes langsung membuka mata dan mendapati kedua tangan telah di ikat. Dia sungguh kesulitan untuk bangun karena tangannya di ikat ke belakang.

Kini Dia berada di atas sebuah sofa di ruang tengah yang sangat luas.

“Penthouse milik siapa ?” Batin Agnes dan menyisiri sekitar dengan Hazel eyes nya.

Asing. Semua yang terlihat sangat asing. Dia belum pernah ke tempat ini. Dapat di pastikan bahwa Dia di culik.

“Siapa ?” Agnes berpikir dengan keras sampai menggigit bibir. “Aku tidak pernah membuat musuh. Laras ? Tidak. Dia tidak memiliki kekayaan untuk penthouse seperti ini. Lalu siapa—“

Klek.

Tidak perlu berpikir keras. Sang pelaku kini membuka pintu dan memaparkan wajah Nya.

“Charles ?!” Teriak Agnes membola kan mata nya.

“Kau sudah bangun, Sayang ?” Tutur Charles dan mulai berjalan mendekati Agnes.

Dia memakai kemeja namun tidak ada satu kancing pun yang ditautkan. Dia biarkan dada berotot yang di tumbuhi bulu-bulu halus itu terlihat jelas.

Agnes tidak tertarik sedikitpun dengan pemandangan yang Charles sajikan. Agnes berdiri, mulai berjalan mundur saat Charles terus memangkas jarak di antara Mereka.

“Pfffttt..” Charles terkekeh pelan dan berucap “Kau mau kemana, Sayang ? Mau langsung ke tempat tidur ? Padahal Aku ingin Kita pemanasan dulu di sini, setelah beberapa ronde baru lanjut ke kamar. Apa Kau tidak suka ide ini ?”

“Kau Gila ? Aku sama sekali tidak ingin bersetubuh dengan diri Mu! Lebih baik mati!” Ucap Agnes tegas. Mata nya sungguh menajam dan menatap Charles penuh kebencian.

Charles mengambil pil di atas secarik kertas di atas meja kemudian terlihat berpikir. “Aku tidak masalah melakukan hal ini saat Kau bernafas atau tidak, Agnes. Kau paham maksud Ku kan ?”

Tubuh Agnes langsung gemetar saat mendengar perkataan Charles barusan. Netra nya semakin bergetar saat Charles mulai merangsek dengan langkah lebar dan berhasil mengunci Dia di sudut ruangan.

Takh.

Agnes sudah mentok di tembok. Di sebelah nya Vas bunga besar, dan di hadapan Nya berdiri dengan jelas sosok Charles dengan mata yang dipenuhi lautan naf*su.

“Tenang saja Agnes, Aku tidak akan melakukan apapun. Karena kau sendirilah yang akan memohon.” Katanya sambil meremas pipi Agnes dan memasukan pil lewat mulut yang di paksa terbuka.

Charles angkat wajah Agnes dan pil tadi berhasil tertelan.

Perasaan takut mulai menjalar ke seluruh sendi-sendi. Situasi ini tidak asing. Situasi terburuk dan ter menjijikan sudah pernah terjadi dan tersimpan dengan baik dalam benaknya. Agnes tak kuasa menahan tangis.

“Astaga Sayang, berhentilah menangis... Kau hanya membuat Ku semakin bersemangat.”

“!” Agnes terbelalak. Tidak pernah menyangka akan bertemu mahkluk tidak waras seperti ini di situasi yang sangat tidak menguntungkan.

“Keluarga Ku sedang di luar kota. Aku tidak bisa meminta tolong—“ Agnes terhenti. Pikiran Nya tersadarkan sesuatu. “Tidak.. Syukurlah Mereka tidak ada di sini. Jika tidak, Mereka akan mendukung tindakan kurang ajar Charles.” Tuntasnya di dalam batin.

Tubuh Agnes terkulai lemas di atas lantai.

Agnes berkedip beberapa kali dan mendapati Charles tengah duduk sambil menunjukkan pesona nya. Agnes abai, Dia lihat jam dinding. Sudah lewat 30 menit dari jam yang seharusnya untuk mengajari Brigida.

“Tuhan, Aku takut.. Apa Brigida akan menyadari hal ini ? Atau Mereka menganggap Aku tengah melakukan hal lain ? Aku—“ Agnes membelalakkan mata.

Tubuh nya mulai memberikan reaksi yang tidak Dia inginkan. Agnes familiar sekali dengan reaksi ini. Dia semakin di landa rasa takut.

“Ahhkkk.. Haahh... Haahhh..” Nafas Agnes mulai tidak teratur. Tubuhnya terasa memanas. Muncul sebuah hasrat baru. Hasrat untuk di tung*gangi.

Agnes merinding. Dia menggeleng kencang, berusaha menghilangkan pikiran menjijikan yang terlintas berkali-kali.

“Hahaha, Kau tidak bisa melawan hasrat itu Agnes! Kau lihat ? Baru 2 menit, dan obat itu sudah bereaksi. Tidak sia-sia Aku membelinya dengan harga mahal.” Tutur Charles menelan seteguk Tequila.

Tangis wanita pemilik Hazel eyes itu semakin deras. Dia sungguh tidak berdaya. Tangan terikat ke belakang, dan tubuhnya kini menginginkan hal yang sangat tidak ingin Agnes turuti.

Dalam benak yang berseliweran berbagai macam hal yang ingin Dia lupakan, terlintas wajah Michael. Agnes terbelalak dalam linangan air mata.

“Michael.. Ku mohon, tolong Aku... Aku berjanji akan menyingkirkan batasan yang ku bangun untuk Diri Mu. Ku mohon, selain diri Mu, Aku tidak menemukan orang lain untuk menolongku.. Michael...” Batin Agnes putus asa.

...*** ...

Di sisi lain, saat jarum jam baru bertengger di angka tiga.

Kediaman Lecllair mulai bertanya-tanya kenapa Agnes tak kunjung datang. Awalnya berpikir mungkin Agnes sedikit terlambat karena beberapa hal, jadi Mereka biarkan 20 menit berlalu begitu saja.

Brigida sudah seperti cacing kepanasan. Dia pun melapor pada Feliks dan Theresia.

“Kak Agnes tidak pernah menorehkan jam karet dalam kamus nya. Tidak mungkin Dia sengaja. Pasti terjadi sesuatu.”

“Tenanglah, Nak.” Feliks memegang bahu Brigida yang sudah naik turun karena nafas yang tidak stabil.

“Akan ku telfon Michael—“

“Brigida ? Kenapa belum ke perpustakaan ?” Tutur Michael yang baru memasuki rumah setelah menghadiri meeting. Miki berdiri di belakangnya sambil memegang beberapa dokumen penting.

Dia amati situasi, kemudian menengok jam yang bertengger di lengan.

“Agnes belum datang ?” Tanya Michael to do point

“Emmm..” Brigida mengangguk menahan tangis.

“Sudah Kau hubungi ?”

“Sudah. Nomor nya tidak aktif.”

“F*uck!” Umpat Michael dan langsung bergegas ke ruang kerja.

Disana Dia berkutat di hadapan laptop. Jemarinya terus menari di atas keyboard. dua menit berlalu dan satu jawaban sudah muncul di layar.

‘Penthouse Hijau’

Michael langsung menyambar kunci motor dan turun kembali ke bawah. Feliks menahan Michael yang pasti sudah mengantongi jawaban. Michael tidak ingin membuang banyak waktu. Dia katakan yang inti-inti saja.

“Ayah, tolong susul dengan bantuan medis. Penthouse hijau. Charles Eklet.”

Brakh!

Daun pintu Michael tutup tanpa mengontrol kekuatan. Membayangkan wajah Charles dan juga Penthouse hijau sungguh membuat nya geram. Kepalanya ingin tetap dingin, namun kekhawatiran akan kondisi Agnes menghalangi nya. Dengan laju motor yang tidak manusiawi, Michael membela jalanan yang masih dipenuhi keramaian.

...***...

Lagi, 15 menit sudah berlalu. Sungguh hebat Agnes masih belum menunjukkan reaksi yang agresif pada Charles. Sekujur tubuhnya seperti terbakar. Kini atensi nya dan Charles bertemu.

“Kau kepanasan Sayang ?”

Charles pun mendekat dan membuka semua kancing baju Agnes. Terpampang bra berwarna putih yang menutup kedua gunung kembarnya dengan sopan. Tubuh Agnes semakin sensitif dengan sentuhan Charles.

“Rasa panas Mu sedikit berkurang ? Berterimakasih lah pada Ku yang sudah berinisiatif untuk membuka pakaian Mu.” Tutur Charles dan mulai mengamati tubuh bagian atas Agnes.

Sangat sek*si, sangat terawat, sangat menggoda, dan fakta bahwa Agnes tidak pernah bersetubuh dengan siapapun semakin membuat Charles kesulitan menahan hasrat. Jakun nya bergerak naik turun. Berusaha keras agar Agnes yang memohon duluan, namun mata nya kembali menangkap hal lain.

Bibir Agnes sudah berdarah karena Dia menggigit dengan keras. Berusaha agar tetap sadar dan tidak menerjang Charles sesuai insting tubuh. Penampilan Agnes sungguh berantakan. Nafas yang tidak stabil, air liur yang menghiasi sudut bibir, dan posisi terduduk tidak berdaya itu berhasil menghancurkan tekat Charles.

Dengan tangan kekarnya, Charles melingkarkan satu tangan di pinggang Agnes, dan tangan lainnya di tengkuk. Tubuh Agnes tersentak dengan sentuhan yang Charles berikan.

Dia kecup pelan leher Agnes, dan meninggalkan beberapa jejak kemerahan di sana. Kini mulutnya turun dan mengecup bagian atas gunung kembar yang sangat kenyal itu, lagi meninggalkan satu jejak kemerahan di sana.

“...Tidak.. Aku tidak mau..” Tutur Agnes dengan derai air mata. Suara nya melemah.

Dia kembali bernafas dengan tidak stabil dan mengeluarkan des*ahan yang semakin membuat Charles bersemangat.

“...Ughh, Michael...” Lontar nya hampir seperti berbisik.

Charles mengerutkan kening dan menatap Agnes dengan penuh amarah.

“Siapa Michael ? Apa Dia pria yang Kau sukai ?”

Agnes mengangguk satu kali. Parsetan dengan kondisinya, lebih baik mengulur waktu sebisa mungkin agar tubuhnya tidak ternodai oleh Charles. Saat ini saja Agnes sudah sangat jijik pada bagian-bagian yang di sentuh nya.

“Apa Kalian sudah saling mencicipi ?”

Lagi, Agnes mengangguk lemah. Sedikit merasa tertampar realita bahwa bukan dengan Michael Dia melakukan hal yang Charles maksud.

“F*ck! Jadi Aku bukan yang pertama ? Ohh, jadi Kau lebih memilih untuk menyerahkan milik Mu pada nya, dari pada Aku Tunangan Mu ? Terjawab sudah kenapa Kau selalu menolak Ku padahal hanya sebatas ciuman!”

“..Agnes, Kau pikir Aku akan melepaskan Mu hanya karena pria bernama Michael itu ? Hahaha!”

Charles mendekati tubuh Agnes. Hanya terpisah jarak setipis tisu di antara kedua nya.

“Sudah ku pasang Kamera di setiap sudut ruangan. Adegan Kita berdua yang akan bercumbu itu akan ku kirimkan pada Pria bernama Michael. Mari lihat, apa Dia masih menginginkan Mu.”

Charles langsung meletakkan kedua tangan di dada Agnes yang masih tertutup Bra, meremasnya dengan penuh naf*su.

Wanita yang berada di situasi tidak berdaya itu menangis. Bukan karena ancaman barusan, melainkan fakta bahwa tubuhnya menikmati sentuhan Charles. Dia sadar betul, sedikit lagi logikanya akan dilahap oleh hawa naf*su.

BRAK!!

Atensi Charles tertuju ke arah pintu, diikuti atensi Agnes yang bergerak lambat.

...*** ...

Jangan lupa like dan Komen, ya. Thank you so much Darling~♡

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!