seorang anak yang bermimpi untuk menjadi penulis,namun anak itu terus berperang dengan pikirannya hingga dimana bencana waktu membuatnya hidup di tubuh seseorang namun dia hidup di cerita yang dia buat saat menjadi penulis dengan alur penuh kejutan dari takdir yang kosong.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~7 Merebut buku cerita dari takdir
“Aku adalah Kyio, terlahir kembali di buku cerita yang ku buat.” Dengan tekad yang membara, Kyio melangkah maju, bertekad untuk menciptakan hidup yang lebih baik.
Waktu demi waktu, Kyio mulai tumbuh bersama sang adik. Ia perlahan memperbaiki kehidupan barunya dan membuang masa lalunya. Namun, saat segalanya tampak mulai membaik, suatu kejadian tragis terjadi.
Kyio dan adiknya berusaha menyelamatkan seseorang dalam bahaya, tetapi sialnya, aksi heroik mereka gagal. “Sial! Saat ini pun aku tak bisa menolong siapa pun!” ungkap Kyio dengan nada kekesalan yang mendalam, merasa frustrasi dan putus asa.
Sementara itu, suara lembut kak Sofia terdengar di telinganya, seolah berusaha menenangkannya. “Jagalah dan gapai lah adikmu di dunia yang kejam yang akan kalian hadapi. Terima kasih telah memperdulikan ku,” bisiknya, memberi Kyio harapan meskipun hatinya hancur.
Saat Kyio ingin menggapai tangan adiknya, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Mereka berdua tercebur ke dalam sungai.
Dalam kepanikan, Kyio berusaha meraih tangan si adik, tetapi entah kenapa, dimensi ruang waktu tiba-tiba berhenti dan memisahkan mereka. “Tidak! Jangan pergi!” teriak Kyio, tetapi suaranya tenggelam dalam riuhnya air.
Saat Kyio membuka matanya, ia masih tenggelam di dasar sungai, berjuang untuk naik ke permukaan. Betapa kagetnya Kyio ketika melihat tempat di sekelilingnya berubah.
Ia berdiri di sebuah danau di padang pasir yang sangat luas. “Dunia ini benar-benar memisahkan aku dari adikku, dan membuat kami terlempar oleh waktu saat tenggelam,” ungkapnya dengan penuh kekesalan, matanya membara dengan semangat yang tak ingin padam.
Kyio berjalan tanpa arah, pikirannya penuh dengan keputusasaan. Yang terlihat hanyalah pasir… pasir… dan pasir yang terhampar luas. Perlahan, ia merasa kehilangan kesadaran dan terkapar tak berdaya di hadapan teriknya padang gurun.
“Kenapa... takdir terus memberikan kekecewaan?” ungkapan ini terucap sebelum ia tak sadarkan diri, harapannya hampir sirna.
_________________________________________________
...Di dalam alam bawah sadar...
Kyio melihat sebuah cover buku kosong dengan namanya tertera di atasnya. Saat dibuka, isinya hanya sebuah kisah tanpa cerita.
“Jika takdir tidak ingin membuat cerita untukku, maka di situlah aku yang akan membuat cerita hidupku,” ujarnya, tekad baru muncul dalam dirinya. Ia langsung mengambil buku itu dan meninggalkan alam bawah sadar dengan ekspresi yang dingin, hatinya kini penuh dengan semangat untuk berjuang.
_________________________________________________
Kyio terbangun dari pingsannya dan melihat seorang gadis merawat lukanya. “Kamu gpp, syukurlah kamu sudah sadar…” ucap gadis itu dengan wajah penuh harapan, senyum lembut menghiasi bibirnya.
Kyio bertanya-tanya di mana ia sekarang. “Di mana ini? Apa yang terjadi?” tanyanya, kebingungan.
Gadis itu menjelaskan bahwa Kyio sedang berada di pemukiman besar, tetapi kelaparan dan kematian hampir menjadi makanan sehari-hari. “Kami hanya bisa bergantung pada tujuh wilayah yang membantu kami,” katanya dengan nada serius, matanya memancarkan rasa putus asa.
“Karena kami menolak untuk bergabung dengan tujuh wilayah itu, mereka memasang pajak kepada kami, dan penukaran bantuan itu sangat berat,” lanjutnya, menjelaskan kondisi sulit yang mereka hadapi.
“Kami terpaksa mengorbankan lima gadis muda berparas cantik untuk menggantikan pajak tahunan itu,” tambahnya dengan suara bergetar, menahan air mata.
Tiba-tiba, suara kericuhan bergemuruh, wilayah terkuat sedang menagih pajak dengan membawa gadis yang sangat cantik.
Gadis di samping Kyio tampak marah dan tidak bisa menahan emosinya. “Aku tidak akan membiarkan ini terjadi!” serunya, maju ingin menyerang para kesatria kotor itu.
Namun, tanpa peringatan, bola sihir meluncur ke arah gadis itu, membuat perutnya berlubang. Kyio melihat dengan histeris, langsung mendekati gadis yang terjatuh. “Maaf… maaf… aku tak bisa melindunginya!” teriak Kyio, hatinya hancur melihat apa yang terjadi.
Gadis itu menghela nafas panjang untuk terakhir kalinya, penyesalan tertulis di wajahnya. “Kyio… jangan biarkan kegelapan ini mengalahkan mu,” ujarnya pelan sebelum menghembuskan napas terakhir.
Kyio, meski terpaksa, harus merelakan gadis itu pergi ke dunia yang sangat jauh. “Aku akan berjanji untuk mengubah semuanya menjadi lebih baik… sampai semuanya berubah, aku yakin adikku bisa bertahan hidup. Adikku tak selemah itu,” ucapnya dengan tekad yang semakin kuat.
Dengan kehilangan emosi yang mendalam, Kyio tetap dingin dan tegar, bertekad untuk terus menghadapi cerita yang tak tahu alurnya. “Aku akan menciptakan alur cerita yang diinginkan pembaca, tidak peduli seberapa sulitnya,” pikirnya, bertekad untuk membuat perubahan.
