Dewi Eka Arshila, seorang gadis cantik yang sangat berperangai buruk.
Perangainya yang seperti ini terjadi karena ulah sang kekasih yang sudah mengkhianatinya. Ditambah pula ia yang baru kehilangan sosok ayah yang tega meninggalkan sang ibu dan juga dirinya. Suatu hari, Arshilla bertemu dengan Bima, pria tampan yang selalu memperhatikan dirinya. Berkat usaha gigih Bima dalam meraih cinta gadis pujaannya, Arshilla menerima lamaran Bima dengan setulus hati. Namun sesuatu terjadi yang membuat hati Arshilla terguncang. Kejadian apa yang membuat hati Arshilla seperti ini? Lalu bagaimana kelanjutan kehidupan Arshilla selanjutnya?
Terus ikuti The End Of Our Love.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanna Agustiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 7
Mobil Bima masuki pekarangan villa yang sudah disewa. Di sana sudah banyak teman-teman sekelasnya bahkan Kirana juga ikut. Dari jauh Kirana menghampiri Arshilla.
"Hai!" sapa Kirana
"Lo ikut juga ternyata," Kirana tersenyum lalu mengangguk
Bima keluar membawa dua tas "Lo ikut sama siapa?" tanya Bima pada Kirana
"Aku ikut sama Adi," jawab Kirana.
Arshilla berjalan masuk meninggalkan Bima, Kirana hendak mengambil tas Arshilla namun ditolak oleh Bima
"Biar gue aja yang bawa." ucap Bima.
Keduanya menyusul Arshilla yang sudah duduk jauh dari teman-temannya. Bima duduk di samping Adi setelah menyerahkan tas Arshilla.
"Gue kira lo nggak bakal datang!" seru Adi
"Pasti datang dong, gue tadi jemput dia dulu di rumah,"
"Lo ke rumah Arshi?" tanya Riyan
Bima mengangguk "Gue juga udah izin sama nyokap nya,"
"Wahh kayaknya bentar lagi bakal jadian nih," ucap Riyan.
Bima menggaruk tengkuknya karena tiba-tiba ia merasa malu. Fitri teman sekelasnya menghampiri tempat duduk tiga pria itu
"Bim, gue boleh minta nomor ponsel lo ngga?" tanya Fitri
Bima mengerutkan keningnya "Buat?"
"Yaa buat chatingan aja," ucap Fitri.
"Lagipula lo nggak akan bisa dapetin Ice!" sambungnya.
Fitri gadis yang sangat menyukai Bima sejak dulu, namun Bima tak pernah meliriknya sekalipun. Bima hanya fokus pada Arshilla.
"Kalau cuma buat chatingan, gue ngga bisa. Sorry!" tolaknya. Adi mengedarkan pandangannya dan melihat Arshilla yang nampak cemburu.
Fitri pergi dengan rasa kecewa. Memang dia mengakui kecantikan Arshilla di atas rata-rata. Banyak pria yang memuja Arshilla, namun wanita itu tak melirik satu pria pun dan hanya Bima yang berhasil mendekati Arshilla.
"Bim, Ice cemburu tuh!" ucap Adi sambil menggerakkan dagunya
Bima mengalihkan pandangannya dan melihat wajah Arshilla yang nampak kesal.
"Gue aneh deh sama dia. Dia kalau cemburu kenapa masih dingin aja sih," ucap Adi
"Udah deh nggak usah kepo. Kita ngga tau apa yang terjadi padanya di masalalu," ucap Riyan.
"Dah! Samperin sono!" ucap Riyan pada Bima
Bima pun pergi menghampiri Arshilla yang masih duduk sendirian di lantai sambil membaca buku. Bima datang dan mengusap kepala Arshilla dengan lembut.
"Kenapa?" tanya Bima
"Nggak!" jawabnya ketus. Bima menghela nafasnya, ia pun berbaring menggunakan paha Arshilla sebagai bantalnya.
"Jangan ngambek terus, sayang," Bima meraih tangan Arshilla lalu meletakkannya pada kepala Bima.
Arshilla mengusap lembut rambut Bima sambil tangan satunya memegang buku yang ia baca.
Tindakan itu menyita perhatian dari semua yang ada di sana.
"Wtf? Bagaimana bisa?" gumam Adi
David pun melongo melihat itu "Kayaknya mereka udah jadian deh!" serunya
Riyan tersenyum lega. Akhirnya ia bisa melihat sahabatnya kembali merasakan cinta.
"Gue bahagia liatnya," ucap Riyan dalam hati.
"Fix sih mereka udah jadian!" seru Melati
"Bener banget. Nggak mungkin juga kan kalau mereka nggak jadian nggak bakal se mesra itu!" sambung Nayla.
Fitri yang melihat kejadian itu terlihat kecewa, harapannya semakin hilang untuk mendekati Bima.
Sementara itu mereka yang sedang jadi perbincangan hangat masih asik berbincang tanpa saling menatap.
"Lo mau makan?" tanya Bima
"Nggak! Lo aja sana makan dulu!" jawabnya
"Gue masih kenyang." jawab Bima
Usapan lembut di kepala Bima membuatnya mengantuk, perlahan-lahan Bima memejamkan matanya dan terlelap
"Bim, kaki gue sakit!" ucap Arshilla
Arshilla mengerutkan keningnya karena tak ada jawaban dari Bima. Ia menurunkan bukunya dan melihat Bima yang sudah terlelap. Arshilla melihat sekelilingnya dan ia mendapati tatapan aneh, Arshilla pun sadar dirinya sedang menjadi pusat perhatian karena kejadian itu.
"Mampus gue!" gumamnya
**********
Di pagi hari semua sudah berkumpul di teras belakang villa, mereka sedang bersama membuat sarapan. Arshilla yang tak bisa memasak hanya memperhatikan saja, karena mereka pun tak ada yang berani menegur Arshilla. Namun ada satu hal yang aneh, Bima nampak membuat dua sandwich coklat dan dua kopi. Mereka melihat arah perginya Bima dan semakin terkejut kala melihat Bima duduk bersama Arshilla.
"Nih gue buatin sandwich sama kopi," ucap Bima.
"Makasih," Arshilla masih memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa wajah cantiknya.
"Dimakan dulu sayang, nanti keburu nggak enak!"
Arshilla mendengus ia masih belum terbiasa dengan panggilan itu. Ia mengambil sandwich itu dan memakannya.
"Gue nggak enak deh nggak bantuin mereka masak. Gue ngga bisa masak soalnya," ucap Arshilla
"Udah lo tenang aja. Mereka tau kok dan ngga mempermasalahkan hal itu," ucap Bima
"Kok mereka so sweet banget ya," ucap Adi
"Yaa namanya juga baru jadian pasti so sweet lah," ucap Riyan.
Adi melihat Kirana yang duduk sendirian
"Gue kesana dulu ya!" pamit Adi dan pergi begitu saja
"Lo kok sendirian?" tanya Adi
Kirana mendongak "Iya. Aku mau nyamperin Arshilla tapi nggak enak. Mereka lagi mesra-mesranya," jawab Kirana.
"Gue temenin boleh?" tanya Adi
Kirana tersenyum "Tentu aja boleh."
Mendapatkan izin dari Kirana, Adi duduk di sampingnya. Keduanya bercerita tentang apapun yamg terlintas di pikiran mereka.
"Ayo kita sarapan!" teriak Melati.
Mereka semua berkumpul untuk sarapan kecuali Arshilla, padahal Bima sudah mengajaknya namun wanita itu masih enggan bergabung untuk sarapan. Melati pun mendekati Arshilla
"Hai Ice!" sapa Melati
Arshilla menolehkan kepalanya menatap Melati
"Yuk ikut sarapan!" ajaknya
"Ngga deh, gue belum laper," tolaknya lalu kembali menatap hamparan luas kebun teh
Melati duduk di samping Arshilla meskipun ia merasa takut
"Gue tau lo ragu karena lo ngga bantuin kita masak. Tapi kita ngga masalah kok, banyak juga yang nggak bisa masak dan kita tetap makan bersama," ucap Melati
Arshilla melirik ke samping, Melati yang dilirik sempat takut namun ia harus bisa membujuk Ice
"Ayok, nanti keburu dingin!" serunya lagi
"Lo takut sama gue?" tanya Arshilla
Melati menampakkan cengirannya lalu mengangguk pelan
"Alasannya apa?" tanyanya lagi
"Nggak ada alasan si, cuma kita liat Lo kayak liat singa!" ucap Melati lalu menutupi mulutnya
Arshilla tersenyum tipis "Gue kayak singa?" ucapnya
Melati pun mengangguk sambil terpesona melihat Ice tersenyum karena ini baru pertama kalinya.
"Ya udah ayo kita makan. Mereka udah nungguin loh," ucapnya.
Arshilla pun mengangguk, keduanya mendatangi meja makan yang luas. Bima menarik kursi untuk Arshilla duduki.
"Makan yang banyak!" seru Bima dan tentunya mereka mendapatkan sorakan dari teman-teman sekelasnya karena berhasil mengajak Arshilla.
Mereka pun sarapan dengan bahagia dan dipenuhi candaan, namun Arshilla masih kaku menanggapi semua itu, Arshilla hanya akan bicara jika ia ditanya.
"Habis ini kita kemana?" tanya Eva
"Gimana kalau ke kebun teh aja. Kan seru tuh!" jawab David
Mereka pun serempak pergi ke kebun teh menikmati suasana puncak yang begitu sejuk.