Sinta Ardila,gadis ini tidak perna menyangka jika ia akan di jual oleh sahabatnya sendiri yang bernama Anita,kepada seorang pria yang bernama Bara yang ternyata seorang bos narkoba.Anita lebih memili uang lima puluh ribu dolar di bandingkan sahabatnya yang sejak kecil sudah tumbuk besar bersama.bagai mana nasib Sinta.apakah gadis sembilan belas tahun ini akan menjadi budak Bara?apakah akan muncul benih cinta antara Bara dan Sinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alesya Aqilla putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
"pukul aku sepuas hatimu,"ucap Bara.
Bagi Bara pukulan yang di layangkan Sinta tidak seberapa sakit mengingat tubuh gadis ini sangat kurus.untuk beberapa saat Bara membiarkan Sinta menangis sambil memeluk dirinya sampai pada akhirnya ia diam dengan sendirinya.
"padahal niatku hanya ingin pergi mengajakmu jalan-jalan,tapi kau sudah salah paham,"ucap Bara menjelaskan.
"kau bajingan!"
"ya,aku memang bajingan,"jawab Bara.
"ku mohon lepaskan aku,"ucap Sinta dalam isaknya.
Bara tidak menjawab, sikapnya berubah menjadi baik setelah ia mendapatkan laporan tentang latar belakang Sinta yang sesungguhnya.sebagai seorang yang memiliki hati, Bara merasa ibah setelah ia mengetahui jika Sinta hanya seorang anak yang di buang di panti asuhan sejak ia masih bayi padahal selama ini Sinta selalu mengatakan jika kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Puas menumpahkan Isak tangisanya, akhirnya Sinta merasa lelah bahkan sampai saat ini ia tertidur dalam pelukan Bara, Bara tidak lepaskanya ia justru semakin memeluk Sinta,entah kenapa rasanya nyaman dan tenang, Bara belum perna merasakan ketenangan saat memeluk seorang gadis .
"Aku seperti memangku seorang bayi,"ucap Bara yang merasa lucu.
Bara tertawa cekikikan,ia kembali mengusap air mata Sinta yang masih tersisa di pipinya. Tubuh gadis ini sangat ringan,jelas saja membuat Bara kepikiran.
"Sinta,bangun bara mencubit hidung Sinta.
Sinta yang merasa kaget langsung bangun,ia merasa syok ketika sadar ia berada di dalam pelukan Bara.
"turunkan aku!"pinta Sinta yang hendak melompat turun dari pangkuan Bara tapi di tahan oleh Bara.
"Mau kemana?"tanya Bara.
"lepaskan aku,kenapa kau selalu seperti ini?"kesal Sinta.
Bara membuang napas kasar lalu menurunkan Sinta,di tatapnya wajah gadis ini tapi dengan sorot mata hangat tidak setajam biasanya.
Kau bilang kedua orang tuamu sudah meninggal.iya,kan?"tanya Bara membuat Sinta mengerutkan keningnya.
Apa maksudmu?"tanya Sinta yang merasa heran.
Aku tahu tentang latar belakang mu,"ucap Bara.
"jika kau tahu,apa untungnya untukmu?dan apa pedulimu,bukan urusanmu.
Aku bisa saja mencari keberadaan kedua orang tua kandungmu,"ucap Bara menawarkan.
"untuk apa mencari orang yang sudah tega membuangku?mereka sudah ku anggap mati, jangan ikut campur,"bentak Sinta.
Bara menggelengkan kepalanya,lalu menarik tangan Sinta tapi seperti biasa selalu di tepisnya.
Pergilah mandi setelah itu makan,"ucap Bara," apa kau tidak lapar sejak semalam belum makan?"
"ya lapar,kau pikir aku orang mati tidak merasakan lapar?
Bara tertawa,segera ia meminta Sinta pergi mandi.
Setidaknya kalau tidak ingin melepaskan aku,janganlah menyiksaku,jika kau ingin menyiksaku ,bunuh saja aku sekalian,"ucap Sinta membuat Bara terdiam.
Sinta tidak peduli,gadis ini segera masuk ke dalam kamar mandi.sebernya ia merasa sangat pusing dan tubuhnya merasa sangat lemas sekali.
Tidak sampai lima belas menit,Sinta sudah selesai mandi dan berganti pakaian, Bara masih ada di dalam kamar,entah apa yang di tunggu pria ini.
"kenapa kau masih ada di sini?"protes Sinta.
Kamar milikku?!"kenapa memangnya.
"Oh,lupa!"
Sikapnya seolah tidak terjadi apa-apa sebelumnya, Bara mendadak bingun menghadapi sikap Sinta yang suka berubah-ubah.seperti ini
"apa kau masih ingin kabur dariku?"tanya Bara.
"kalau ada kesempatan,kenapa tidak?"ujar Sinta membuat Bara hanya bisa menggelengkan kepalanya.
Keduanya pergi ke ruang makan, sama-sama makan dengan lahapnya karena sejak kemarin sore Bara dan Sinta tidak perna makan. Sesekali Bara tersenyum saat ia melihat Sinta yang makan dengan sangat lahap,terlihat rakus tapi sebenarnya Sinta sedang kelaparan.
"Selama kau bersikap baik dan menjadi istri yang penurut,aku akan bersikap baik dan menuruti apa pun yang kau minta."ucap Bara seketika membuat Sinta menatap wajah Bara.
Umurku masih sembilan belas tahun, bisa-bisanya aku memiliki suami yang tua seperti mu?"protes Sinta.
"umurku baru dua puluh sembilan tahun,apa yang tua?"kesal Bara yang tidak terima di katain tua
Burung mu yang tua,"seru Sinta kemudian tertawa terbahak-bahak.
Bara membuang napas kasar,ia mengepalkan kedua tangannya menahan sabar . Tidak heran tinggal Sinta seperti anak kecil mengingat usianya masih sembilan belas tahun.
"kecil,lebar pula!"ejek Bara seketika membuat tawa Sinta berhenti.
Sinta lupa jika Bara sudah perna melihat harta Karun miliknya. gadis ini merasa malu,ia kembali melanjutkan makannya dengan diam tak mengeluarkan suara.
"Coba lihat jariku,"pintah Bara
Dengan polosnya Sinta lansung melihat jari-jari yang sedang di mainkan Bara.
"kenapa memangnya?"tanya Sinta.
"Apa masuk ke dalam lubangmu yang tak seberapa besar itu?"
Panas hati Sinta mendengarnya,ia beranjak dari duduknya lalu menjambak rambut Bara, keduanya kembali bertengkar dan beradu mulut ,bedanya kali ini Bara tidak melawan.
"Bara,,,,!"jetir Sinta yang tidak terima ketika Bara tanpa sengaja meremas sala satu buah dadanya.
"Aku tidak sengaja,"seru Bara.
Sinta tidak peduli,gadis ini kembali menjambak rambut Bara.untung saja Bara tidak melawan,kali ini ia benar-benar harus menunjukkan kesabaranya. Tanpa sadar,tingkah keduanya terlihat oleh Brian dan Chris yang baru saja datang.
"Bara seperti memelihara bayi,"ucap Brian.
"tumben sekali Bara tidak mara apalagi membalas,"ucap Chris yang merasa heran.
Brian dan Chris memilih pergi ke ruang tamu untuk menunggu Bara yang menyelesaikan masalahnya dengan Sinta,tapi,kedua pria ini di kejutkan dengan suara teriakan Sofia yang memaksa untukasuk.
"Cepat beri tahu Bara,titah Brian pada Chris.
Chris segera pergi ke ruang makan,di sana bara dan Sinta masih ribut juga.
"Bara,"panggil Chris dengan nada tinggi.
Seketika Sinta menghentikan jambakanya.
"sejak kapan kau ada di rumahku?"tanya Bara.
"sejak tadi,"ujar chris.di luar ada Sofia yang memaksa untuk masuk," ucapnya memberi tahu.
Bara segera beranjak dari duduknya kemudian keluar tanpa menghiraukan Sinta.
"siapa Sofia?"tanya Sinta pada Chris. Chris tidak menjawab.
"Bara, mereka tidak mengizinkan aku untuk masuk lagi,apa maksudnya dari semua ini?"tanya Sofia dengan nada tinggi.
Bara memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana lalu menatap Sofia dengan wajah datar tak seperti biasanya.
Ada apa?"tanya Bara dengan raut wajah datar.
Sofia membuang pandanganya lalu tertawa sarkas, ekspresi wajah Bara yang seperti ini baru saja ia lihat setelah sekian lama.
"aku hanya ingin melihat gadis yang kau simpan,"ucap Sofia yang memaksa.
"Aku tidak menyimpan gadis mana pun,sahut Bara berbohong.
Aku tidak percaya,seru Sofia
Belum sempat Bara menjawab,Sofia kembali melihat sosok perempuan yang mengintip di jendela seperti kemarin.wanita ini ingin menerobos masuk tetap saja di halangi Tomo dan kedua temannya.