NovelToon NovelToon
Wijaya Kusuma

Wijaya Kusuma

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Konflik etika / Epik Petualangan / Paksaan Terbalik / Penyelamat
Popularitas:18.4k
Nilai: 5
Nama Author: Minchio

Wijaya Kusuma adalah putra kepala desa dari sebuah desa terpencil di pegunungan, dia harus menggantikan posisi ayahnya yang meninggal dunia sebelum masa jabatannya selesai. Sesuai dengan peraturan adat, anak lelaki harus meneruskan jabatan orang tuanya yang belum selesai hingga akhir masa jabatan.

Masih muda dan belum berpengalaman, Wijaya Kusuma dihadapkan pada tantangan besar untuk menegakkan banyak peraturan desa dan menjaga kehidupan penduduk agar tetap setia pada adat istiadat para leluhur. Apakah Wijaya Kusuma mampu menjalankan amanah ini dan memimpin desanya dengan bijaksana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minchio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saung di ladang jagung

Malam ini semua warga berkumpul di balai desa, meskipun acara pesta panen kali ini tanpa hiburan seperti pertunjukan gamelan dan tari tradisional, mereka sangat menikmati kebersamaan di balai desa malam itu. Menikmati makanan yang dimasak oleh para wanita disajikan di atas daun pisang utuh menambah kenikmatan pertemuan mereka.

Dan setelah acara itu berakhir, Wijaya Kusuma mendekati Ki Dayat, salah satu orang yang dituakan di desa ini atau mereka menyebutnya 'Sesepuh' desa.

Ki Dayat, menjadi mantan Kepala Desa yang paling lama menjabat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menolak tawaran warga melanjutkan kepemimpinannya, dia memilih memberikan kesempatan pada orang lain.

"Aki, mau langsung pulang kan?" tanya Wijaya.

"Iya, mau kemana lagi aki-aki tua keluyuran malam hari," Ki dayat berjalan pelan diikuti Wijaya.

Ki Dayat sudah bisa menebak. Pasti Wijaya Kusuma ingin mengobrol, jadi dia berjalan ke arah lain. Wijaya mengikuti langkah Ki Dayat dengan rasa heran, karena ini bukan ke arah perkampungan melainkan ke sebuah perkebunan jagung.

"Ki, Aki mau kemana? Katanya tadi mau langsung pulang?" tanya Wijaya sambil mengarahkan obornya ke depan, karena jalanan menuju kebun jagung sangat gelap.

Di depan, mereka melihat sebuah saung sederhana yang terlihat nyaman, dengan dinding anyaman bambu yang menutupi sekeliling dan atap rumbia untuk melindungi dari terik matahari.

Meskipun pertanyaannya tidak dijawab, Wijaya tetap mengikutinya dengan penuh hormat. Keduanya tiba di saung, Ki Dayat duduk lebih dulu disusul Wijaya.

"Jaya, ada sesuatu yang mau kamu sampaikan ke Aki, kan?" desak Ki Dayat.

"Iya, Ki," ucap Wijaya, menghela nafas panjang sebelum mulai berbicara lagi, "Saya ingin bertanya tentang detik-detik kematian bapak saya," ungkap Wijaya dengan pelan.

Ki Wijaya mengangguk, "Aki sudah tahu. Pasti kamu akan menanyakan hal itu, makanya Aki mengajak kamu kemari. Karena disini lebih tenang, jauh dari keramaian orang."

"Tolong jelaskan kejadian yang sebenarnya, Ki."

Ki Dayat mengangguk pelan lalu menatap Wijaya dengan sorot mata tajam.

"Semua berawal saat desa tetangga kita mulai menerima segala macam budaya dari luar, mereka mulai meninggalkan cara-cara tradisional dan beralih menggunakan alat-alat modern. Bapakmu diundang oleh Kepala Desa Karajaan Sagara, entah apa yang mereka obrolkan tapi yang pasti mereka ingin mengajak desa ini untuk meninggalkan segala bentuk tradisi dan cara lama seperti meninggalkan sistem barter dan lainnya. Mungkin bapakmu tidak setuju, sampai tiba-tiba sore harinya saat kamu pergi ke pantai, dia memakan makanan hadiah dari warga sana."

"Jadi, bapak meninggal di hari yang sama ketika dia sudah bertamu ke Desa Karajaan Sagara ya Ki?"

Ki Dayat lalu mengangguk, "Ibumu juga sempat curiga, karena meninggalnya seperti diracun," ungkap Ki Dayat.

"Lalu kenapa saya tidak diberitahu, Ki? Selama ini saya pikir, Bapak memang punya sakit lambung!"

"Karena kamu bakal jadi Kepala Desa yang baru, kalau kamu tahu cerita bapakmu yang meninggal setelah memakan makanan itu, kamu tidak akan fokus menjadi Kepala Desa."

"Kenapa tidak melaporkan kematian Bapak ke polisi!" sungut Wijaya.

"Jaman bapakmu menjabat, dia tidak pernah mau menyuruh warga desa untuk meminta bantuan ke desa lain. Apalagi bapakmu tidak menyukai warga desa tetangga yang sudah ingkar pada peraturan leluhur."

Wijaya lalu berdiri dan berkata "Ki, ayo kembali ke desa."

"Sabar," ucap Ki Dayat.

"Aku tidak bisa menahan kesabaranku, ini pasti ulahnya Pak Toha!" tegas Wijaya menuduh Kepala Desa Karajaan Sagara.

"Wijaya, ingat. kamu bukan pemuda desa biasa lagi, kamu sekarang adalah Kepala Desa adat. Sebaiknya tahan emosimu dan kamu harus belajar menyelesaikan masalah dengan cara lain."

"Cara lain seperti apa lagi, Ki? Pantas saja dia tidak mau membantu memanggil Polisi malah menyuruhku menguburkan pemuda tanpa identitas itu!" emosi Wijaya semakin meledak, saat dia hendak berjalan pergi menjauhi saung, tiba-tiba Ki Dayat memegang lengannya.

"Wijaya, mumpung kita masih disini, kamu juga harus tahu rahasia lain yang ada di desa kita, ini rahasia turun menurun yang selalu kita simpan rapat-rapat."

Wijaya menoleh menatap Ki Dayat lalu bertanya, "Rahasia apa?"

1
Raidy Damaring
terlalu naif.... kalo udah bertindak jahat hukumnya lebih berat kalo ikut aturan adat...
Minchio: Ajat harus di adili dengan hukum negara, hehe.
total 1 replies
Was pray
sebenarnya wijaya itu polos apa bodoh sih? apa jangan-jangan malah polos dan bodoh
Minchio: Keduanya, wkwk.
total 1 replies
Was pray
emosimu membuat pikiranmu bodoh dan tolol wijaya
Minchio: Wkwkwk...
total 1 replies
Pino Kio
semangat Minchio.
Minchio: Makasi ya.
Minchio: terima kasih. ☺
total 2 replies
CenUniverse
lanjutkan min☕🗿
Minchio
hehe terima kasih kak udah ninggalin jejak 🙏
pendekar angin barat
keren thor
Minchio: Cerita ini bisa keren karena kehadiran kalian. Terima kasih ya udah ngikutin kisah ini hehe.
total 1 replies
Ejan Din
ingat itu semua adalah cobaan
Ejan Din
arini kmu bilang apa... nuntut bahawa ajat membunuh... bagaimana pula jika ajat yang dibunuh bapak mu... apa kamu akan diam saja Dan dibuang ke kolam ikan Lele... sedangkan kekasih juga bapa mu yang bunuh..
Minchio: Arini memang licik, kak. 🤧
total 1 replies
pendekar angin barat
pendek bgt Thor...
Minchio: besok sehari 2 bab ok. hehe
total 1 replies
anggita
Terus berkarya tulis, semoga lancar novelnya 👏Wijaya Kusuma👍.
Minchio: terima kasih udah ninggalin jejak, saya sangat senang membaca komentarnya, terima kasih atas dukungannya.
total 1 replies
anggita
lumayan oke👌👍
Minchio: terima kasih
total 1 replies
anggita
visual gambar dan tokohnya oke👌lah.
Minchio: Halo, makasi udah ninggalin jejak hehehe.
total 1 replies
Was pray
walau tidak menang dengan mudah paling tidak wijaya kusuma memberikan perlawanan terhadap lawan-lawannya dengan apik
Minchio
wkwkwk
Was pray
kirain wijaya ko'it dilumat sama mawangi si siluman cacing, untung ditolong sama siluman kucing garong. 😀😀😀
Minchio
kegoda gadis itu kayanya 🤧🤭
Was pray
tetap semangat menuntut ilmu kanuragan dan kebatinan wijaya kusuma, karena di pundakmu ada beban tanggung jawab besar sebagi pemimpin desa adat
Was pray
hahaha ..kepala desa adat kok cemen.... seharusnya anak kepala desa adat sudah dari kecil dilatih ilmu kanuragan dan ilmu kebathinan, karena di masa depan tanggung jawab berat yg harus dipikulnya sebagai penerus jabatan kepala desa adat. lanjut thor.
Minchio
sepertinya wijaya punya tapi dia belum menyadarinya 😄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!