NovelToon NovelToon
Love Is You

Love Is You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Diam-Diam Cinta / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: neng_86

Arga Bimantara yang menyukai Aisya Yuna teman semasa putih abu-abu. Cinta yang terpaksa ia pendam hingga akhirnya mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu.

Arga kembali bertemu dengan Yuna setelah 10 tahun berlalu. Namun ia harus menelan patah hati karena ternyata Yuna sudah bertunangan dengan pria lain yang merupakan anak dari sahabat ayah Arga.

Tapi Arga tidak menyerah begitu saja. Sebelum janur kuning melengkung, ia masih bisa mendapatkan Yuna.

Berhasilkah Arga atau ia harus gigit jari dan hadir sebagai tamu undangan...???

Yuk simak kisah mereka....😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon neng_86, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu kamar lagi?

Yuna meletakkan semua barang belanjaannya di atas meja keramik kitchen set area pantry.

"Nanti saja susunnya. Mandilah dulu, kamu pasti lelah.. Aku akan memesan makan malam kita" ujar Arga yang mengekori Yuna sejak tadi.

"Nanti saja mandinya, aku mau susun ini. Jika nanti disusunnya, akan membuat sayurnya cepat layu..." sahut Yuna yang memang langsung membuka lemari es yang sangat bersih bahkan sangking bersihnya hanya ada sebotol air mineral saja disana.

"Kamu selama ini nggak pernah masak ya... ?" tanya Yuna melirik kebelakang.

Arga mengintip apa yang sedang Yuna lihat. Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Selalu beli dan kadang makan dirumah mas Dewa... " ujarnya sedikit meringis melihat tatapan tajam Yuna.

"Numpang makan? Padahal dia CEO perusahaan besar.. Masa numpang makan... Aneh..." ujar Yuna seperti mengguman seorang diri.

"Bukan cuma numpang makan, aku juga bayar kok dengan kasih belanja mama dan mbak Regina.... Aku sebenarnya tidak terlalu suka makanan diluar, makanya lebih sering makan dirumah mas Dewa karena mama dan mbak Regina selalu masak..." ujar Arga tak terima sehingga membuat Yuna terlonjak kaget.

"Aku pikir kamu udah kekamar mandi... Heeehh, ternyata masih disini..." sahut Yuna tertawa kecil untuk menutupi malunya.

Arga yang gemas langsung mengacak-acak rambut wanita itu sebelum beranjak dari sana.

"Aku udah pesan makanan ya, nanti tinggal ambil saja dan kalau kurirnya telpon, kamu jawab ya. Ponsel aku dimeja tamu" ujar Arga sebelum ia menghilang dari balik pintu kamar utama.

Yuna melirik meja yang dimaksud. Pria itu juga meletakkan dompetnya disana.

"Dia ceroboh sekali" Yuna berdecak kecil.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Yuna baru saja selesai melaksanakan aktifitasnya. Tubuhnya sudah kembali bugar tidak bau apek lagi.

"Ayo makan, ini sudah mau dingin" ujar Arga saat melihat Yuna keluar dari kamar.

Yuna meletakkan handuk di jemuran kecil dekat ruang laundry.

"Apa disini cuma ada satu kamar? Apa kita akan satu kamar lagi?" tanya Yuna setelah tadi sempat melihat keseluruhan ruangan apartemen.

"Hmmm...Disini memang cuma ada satu kamar utama. Sisanya adalah ruang kerja dan ruang gym. Aku hanya tinggal sendiri sebelumnya jadi tidak kepikiran untuk membuat kamar lagi. Apa ada yang salah...?" Arga balik bertanya.

"Apa... Kita akan kembali tidur satu ranjang? Hmm.... Maksud aku jika kamu keberatan, aku bisa tidur disofa itu. Sepertinya itu juga empuk..." jelas Yuna agar Arga tidak canggung. Eh, bukan Arga yang canggung, tapi Yuna sendiri, mengingat gaya tidur pria itu yang tanpa pakaian. Yunakan jadi membayangkan yang iya-iya jadinya...

Arga meletakkan sendoknya dan meneguk air minumnya sebelum menjawab pertanyaan Yuna.

"Kita memang harus dibiasakan tidur sekamar dan satu ranjang. Lupa ya jika kita suami istri sah. Jadi, mulai biasakan dirimu akan hal-hal baru bersamaku. Minggu depan kantor catatan sipil juga sudah selesai membuat akte nikah kita. Jadi kita akan sah dimata hukum dan agama... Lebih dari sekedar tidur juga kita bisa lakukan..." Arga memainkan kedua alisnya.

"Uhukk..." Yuna tersedak makanannya mendengar kalimat terkhir Arga.

"Hati-hati makannya... Jangan tergesa-gesa, aku tidak akan meminta makananmu..." Arga mengangsurkan segelas air kepada Yuna dan mengusap lembut punggungnya.

"Kamu sih... " kesal Yuna pada Arga.

"Aku apa...? Kan aku bicara fakta. Lebih dari sekedar tidur juga kita bisa. Misalnya pelukan saat tidur, atau bercerita sebelum tidur. Memangnya kamu mikir apa dengan otak mu yang kecil ini..." elak Arga yang sebenarnya paham arah kekesalan wanita itu.

Yuna melirik sinis pada Arga.

Pria ini lama-lama bisa buat Yuna harus pergi ke dokter spesialis jantung karena sudah tidak bisa dikendalikan lagi debarannya.

"Besok aku mau kekantor sekalian siangnya mau mampir kerumah papa untuk mengundangnya ke acara kita sabtu ini... Kamu mau tetap diapartemen atau mau ke toko...?" Arga menatap serius kearah Yuna yang sedang merapikan piring bekas malam mereka.

Yuna nampak berfikir.

"Aku mau ketoko aja deh... Sekalian mau lihat bunda. Kan aku belum ketemu beliau sejak kita dari rumah mas Dewa..." ujar Yuna.

Arga mengangguk.

"Aku antar ya...?"

"Nggak usah deh, aku naik taksi online aja sekalian mau jemput mobil juga..." sahut Yuna merasa tidak enakan. Arga terlalu baik padanya dan sangat sabar.

"Tidak ada penolakan.. Aku tetap mau antar kamu sekalian mau ketemu bunda..." sahut Arga tanpa ingin dibantah.

Pria itu langsung mengangkat piring bekas makan mereka ke wastafel cuci piring.

"Biar aku saja yang cuci, kamu tidur duluan saja..." ujar Arga yang melarang Yuna mengerjakan pekerjaan yang biasa ia lakukan sendiri.

Yuna menurut. Ia memang kekamar tapi bukan mau tidur. Ia mulai merapikan pakaian miliknya kedalam lemari yang sepertinya memang sengaja dikosongkan untuknya.

"Pakaian kamu dikit banget. Besok belilah beberapa pakaian lagi. Ini kartu buat kamu, pinnya tanggal pernikahan kita sama dengan pin apartemen ini" ujar Arga yang memberikan sebuah kartu ATM pada Yuna.

Yuna hanya menatap kartu tersebut.

"Ambil Yuna.. Ini nafkah aku sebagai suamimu..." ujar Arga meletakkan kartu tersebut ketangan Yuna.

Arga lalu beranjak naik kekasurnya tanpa melepaskan kaos singlet putih yang ia kenakan.

"Tumben kamu pakai baju. Katamu nggak bisa pakai baju kalau tidur..." tanya Yuna heran.

"Nanti kamu nggak nyaman lagi. Ya sudah, aku cuma mau menyesuaikan saja denganmu... Ayo sini tidur... Hari ini aku lelah sekali..." Arga menepuk sisi ranjang yang kosong disampingnya.

Yuna menurut dan naik ke ranjang.

"Tidak ada guling ya..?" tanya Yuna heran.

"Aku nggak suka guling... Ini ada banyak bantal jika kamu mau kasih batas. Tapi aku juga nggak akan macam-macam kok. Jika kamu nggak percaya, bisa cek cctv besok pagi..." ujar Arga yang membuat Yuna segera bangkit dari tidurnya . Ia melihat kesekeliling kamar.

"Dikamar ini ada cctv? Kamu serius Ga...?"

Raut wajahnya nampak pucat.

Arga rasanya ingin sekali tertawa. Yuna benar-benar polos selain ceroboh juga pastinya.

"Argaa.... Kamu ngerjain aku ya....?" kesal Yuna yang langsung memukul Arga dengan bantal.

Arga sudah tidak bisa menahan tawanya lagi. Pria itu tertawa keras hingga rasanya pipinya jadi kebas kebanyakan tertawa.

Bersama Yuna, ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus berpura-pura.

"Ga... Kamu bahagia dengan pernikahan ini?" tanya Yuna sambil melihat langit-langit kamar.

"Jika aku katakan aku bahagia apa kamu akan marah? Karena dengan bahagiaku juga bersamaan dengan kesakitan dihatimu sebab pernikahanmu yang batal dengan dokter itu" ujar Arga tanpa melirik Yuna.

Yuna melirik Arga dengan serius. Arga benar. Pria itu bahagia dengan sebuah kehancuran darinya.

"Sampai saat ini, aku masih tidak paham dan rasanya tidak percaya dengan tindakan Cakra yang mengham*li wanita yang sangat aku kenal. Bahkan mbak Kira dan aku sangat dekat dan bisa dikatakan sudah seperti saudara. Tapi kenapa mereka tega berbuat itu padaku. Satu hal yang aku sesalkan, kenapa harus menunggu tepat dihari pernikahan ku? Kenapa tidak sebelum pernikahan dia beritahu aku? Aku cuma kasihan sama bunda. beliau pasti kepikiran..." Yuna kembali bersedih jika mengingat ibunya.

Arga meraih kepala Yuna dan memeluknya.

Diantara mereka sebenarnya tidak sedang baik-baik saja sebenarnya. Arga sedang kepikiran bagaimana besok ia akan memberitahu papanya jika ia sudah menikah dengan wanita pilihannya bukan wanita pilihan sang papa.

Ia hanya tidak ingin jika nanti bertemu Yuna, papanya akan melontarkan kata-kata pedas seperti apa yang ia lakukan pada istri mas Dewa, mbak Regina.

"Una...? Bagaimana jika aku panggil itu saja...? Una? Kamu tidur?" Arga mencoba melonggarkan pelukannya. Matanya disuguhkan oleh pemandangan yang menyejukkan mata. Istrinya tertidur setelah menangis.

Arga kembali mempererat pelukannya dan ia ikut terpejam bersama Yuna menggapai mimpi mereka.

bersambung....

1
Rian Moontero
lanjooot🤩
Lies azzah
hadiiiiiir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!