💕 Apa yang kamu lakukan jika di berikan kesempatan kedua untuk hidup? 💕
Tasya dan Alexander di berikan kesempatan kedua untuk kembali ke masa dimana mereka harus memperbaiki masa muda mereka dan segala kesalahan yang mereka lakukan.
Dapatkan mereka memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan? Haruskan mereka mengorbankan seseorang yang mereka sayangi?
DISCLAIMER: Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Segala bentuk foto ilustrasi baik tokoh maupun property bukan milik pena dua jempol namun sudah mendapatkan izin untuk menggunakannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon choirunnisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8. Kebaikan Yang Tak Terlupakan
Tasya menuntun Princess masuk ke rumah mereka. Tak lama kemudian, Princess berlarian ke arah Tasya sambil menunjuk jendela mereka yang pecah.
Tasya segera mencari penyebabnya. Masalahnya membeli kaca jendela tidak ada di planning pengeluarannya bulan ini.
Mau tak mau, jendela yang pecah itu ia tutupi dengan lembaran kertas kalender yang sudah tidak terpakai.
"Mami! Ini ada keltas." Princess memberikan kertas yang berisi batu di bawah jendela.
Tasya yakin, yang melempar pasti orang yang tidak menyukai dirinya.
Terlihat dari isi pesan dalam kertas yang mengatakan jika Lukas melakukan perselingkuhan.
"Apartemen Maddison? Mana mungkin Luke tinggal di sana. Orang tuanya sudah collapse setahun yang lalu."
'Ehh ... Gak ada yang gak mungkin. Tapi ... Apa benar Luke bisa melakukan hal sekeji itu?'
"Mami ... Ayo masuk. Ices udah lapel!" ucap Princess yang belum lancar mengucapkan R.
"Ah ... Iya Sayang! Ices mau makan apa?"
"Telol mata capi, Mih!" jawab Princess, dengan senyum yang memperlihatkan gigi susunya.
Tasya tersenyum hangat di hadapan sang putri meskipun hatinya merasakan gelisah ingin membuktikan pesan kaleng itu.
'Tempatnya jauh dari sini? Apa aku titip Princess dan Prince ke Bik Parti dulu ya?'
Bimbang ... Tasya ingin melupakan pesan kaleng itu agar hidupnya kembali normal. Namun lagi-lagi rasa penasarannya lebih besar.
Tasya tidak ingin mengetahui apa yang Lukas lakukan di belakangnya jika pesan itu benar.
Ia yakin, setelah itu terbukti benar, Rumah tangganya tidak akan baik-baik saja.
Namun, jika Tasya mengabaikan dan tidak mencari tau kebenarannya. Rumah tangganya akan selalu terselimuti kebohongan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Bik, Tasya titip Princess dulu, boleh? Hari ini Tasya mau ke kota metropolitan dulu, ada perlu."
"Iya Nak. Kamu kesana sama siapa? Sama Prince?"
Tasya menggeleng.
"Sendiri, Bik. Prince sudah Tasya kasih tau kalau pulang sekolah nanti langsung ke rumah Bibik."
"Kamu nginep di sana?" tanya Nik Parti.
Wajahnya terlihat khawatir karena ia membaca ekspresi yang tidak biasa dari Tasya.
"Enggak Bik, paling nanti sore jam 6 Tasya sudah sampai di sini.
"Tasya memang jago urusan me-manage waktu dan memprediksi waktu.
Tasya sangat menghargai waktu yang ia gunakan. Ia tidak ingin membuang-buang waktunya untuk hal yang tidak penting apalagi tidak menghasilkan apapun.
"Yoo wis! Sing penting ati-ati, Nduk!"
"Iya Bik. Tasya berangkat dulu ya!"
Tasya memilih menggunakan transportasi KRL yang harganya lebih terjangkau selain itu lebih cepat tanpa macet.
Tanpa Tasya sadari, Alexander mengikuti setiap langkah Tasya.
Tasya tidak menyadari itu karena ia terlalu fokus memikirkan apa yang akan terjadi nanti di apartemen yang dulu pernah ia tempati bersama Lukas.
Apartemen Maddison adalah salah satu apartemen terbaik di kota metropolitan berseberangan dengan apartemen Summer Residence yang mewah.
Dulu orang tuanya memiliki beberapa unit bahkan berencana membeli salah satu tower apartemen Maddison yang masih dalam tahap pembangunan.
Namun, rencana itu harus terkubur jauh-jauh karena Sanjaya mengalami kebangkrutan yang sampai sekarang Tasya tidak tau penyebabnya apa. Masih simpang siur.
Ada yang mengatakan jika Antonius kalah tender, ada yang bilang ayahnya penghianat yang membuat salah satu organisasi internal memutus kerja sama dengan Sanjaya. Ada yang bilang karena korupsi yang di lakukan orang dalam.
Jika memang ada korupsi, bukankah seharusnya Lukas bertanggung jawab atas semua ini.
Mengapa Lukas seolah-olah tidak mengetahui jika perusahaan Sanjaya yang ia duduki mengalami kebangkrutan.
Tasya tiba di salah satu stasiun dan berniat melanjutkan perjalanannya kali ini dengan busway.
'Hahhh ... Sudah lama sekali rasanya aku tidak menginjakkan kaki di kota ini. Tidak banyak berubah. Polusi semakin memburuk dan macet belum juga teratasi.'
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Maddison apartemen ... Tower Ruby lantai 11 nomor 1. Bukankah ini apartemen aku dulu?"
Tasya tentu ingat apartemen pemberian ayahnya saat dirinya ulang tahun yang ke 17 tahun.
Bahkan kunci manualnya masih ia miliki. Ia jadikan gantungan kunci sebagai pengingat jika dirinya pernah memiliki properti semewah ini.
Tidak hanya kunci-kunci apartemennya tapi kunci rumah dan mobil pun ia simpan meskipun hanya sebuah kunci.
"Loh ... Nyonya Eleanor Sanjaya ya?"
Seorang laki-laki lebih tua darinya menyapa ramah.
Lelaki berpakaian seragam security itu menunduk ramah pada Tasya.
Tasya membaca nametag yang terpasang di baju lelaki itu 'Ridwan'. Tasya tersenyum kecil.
"Bagaimana bisa Bapak mengenali saya?"
"Bagaimana saya lupa dengan Nyonya. Kebaikan keluarga Nyonya membuat saya memiliki pekerjaan saat ini. Saya bisa menyekolahkan adik-adik saya berkat bantuan pak Sanjaya."
"Begitu rupanya. Saya senang masih ada yang mengingat bagaimana baiknya papi saya. Terima kasih Pak Ridwan!"
Ridwan mengangguk dan tersenyum. "Nyonya ke sini mau bertemu siapa?"
"Saya mau bertemu teman saya di lantai 11."
Ridwan sempat mengerutkan keningnya bingung. Pasalnya lantai 11 adalah milik seorang wanita cantik pewaris Ludra Corp.
Tapi mengingat background keluarga Tasya, Ridwan membuang rasa curiganya. Ia juga tidak tau jika Sanjaya Group sudah kolaps lama. Yang ia tau hanya berganti nama menjadi Imanuel dan sekarang menjadi Ludra.
"Saya bantu Tap ya, Nyonya!"
"Terima kasih Pak Ridwan!"
Berbeda dengan Alexander. Lelaki itu sudah lebih dulu sampai di lantai 11 dengan menyamar sebagai OB berkat bantuan dari kelompok organisasi Black Sphinx yang memang menguasai daerah disana.
Ia mengetuk pintu apartemen yang mantan istrinya dan sahabatnya tempati.
Bertepatan dengan Tasya yang sudah keluar dari lift menuju unit yang dulu pernah menjadi miliknya.
"Siapa Sayang?" tanya Lukas dari dalam kamar mereka.
"Nggak tau, Sayang! Kayaknya orang iseng."
"Kamu yakin? Ini lantai milik kamu, Sayang. Masa iya ada orang iseng di sini. Coba aku cek lagi!"
Lukas tanpa mengenakan pakaian atasnya hanya boxer dari brand ternama. Memilih berdiri dan memeriksa keadaan di luar apartemen kekasihnya setelah membuka pintu unitnya.
"Lukas!"
"Tasya!"
"Ngapain kamu di sini?"
"Ada juga aku yang bertanya. Apa yang kamu lakukan di sini dengan penampilan kamu yang seperti ini, Lukas?"
Pertanyaan Tasya terjawab saat seorang wanita yang sangat Tasya kenal berdiri di samping Lukas. Memeluk pinggang suaminya dengan sangat mesra.
Tubuh Tasya menegang saat melihat itu semua. Bagaimana bisa Lukas bersama Bianca.
Bianca adalah musuh Tasya sewaktu SMA dulu. Lukas pun tau itu. Tidak hanya Lukas tapi seluruh SMA Bina Bangsa tau akan hal itu.
"Lo gak mau masuk dulu, Tas? Gue bikinin lo sirup. Kasian perjalanan lo jauh untuk sampai ke sini! Seperti musafir!"
Bianca melipat kedua tangannya dengan senyum evil nya. Lukas masih menatap Tasya dengan ekspresi terkejut.
"Sejak kapan kalian seperti ini?"
"Sejak kapan ya, Luke? Sudah sangat lama, Tasya. Kita sampai lupa. Sepertinya sejak kita kelas 10. Benar kan, Sayang?"
Tasya mengepalkan kedua tangannya erat begitupun dengan Alexander yang memilih berjongkok di balik tembok.
Ia bersembunyi dari mereka dan mendengarkan setiap kalimat yang menyakitkan untuk dirinya.
"Bianca! Jangan keterlaluan!" tegur Lukas.
"Kenapa Luke? Aku nggak akan tanya kenapa dia sampai di depan apartemen kita. Karena ini adalah kado terindah aku yang aku anggap dari kamu sebelum hari pernikahan kita!"
Bianca mengatakannya sambil menatap Lukas dan merangkul lengan lelaki itu.
"Pe-pernikahan? Apa maksudnya?" tanya Tasya terbata-bata. Menatap Lukas dan Bianca bergantian.
Bianca mengerucutkan bibirnya. Pura-pura kesal pada Lukas.
"Kamu tidak memberi tau dia, Sayang? Kalau Minggu depan kita menikah?"
"Menikah? Bagaimana Lukas bisa menikah jika aku masih hidup. Kalaupun kalian memaksakan menikah. Kalian berzinah. Bukan menikah! Karena pernikahan hanya berlaku satu kali. Apakah kamu tidak pernah ke gereja, Bianca?"
"Itu bisa diatur, Tasya ... yang penting kita menikah, buka begitu Lukas?"
"Aca ... Kita udah sepakat kan kalau --"
BUUGGHHH
BUUGGHHH
...༎ຶ‿༎ຶ To be continued ༎ຶ‿༎ຶ...