Kesetiaan

"Luapkan emosi kamu pada ombak. Sedikit banyak bisa melegakan hati. Itu yang aku lakukan saat hatiku gundah," saran Jonathan.

"Orang seperti dokter Jonathan bisa galau juga," ada sedikit senyum di bibir Vira.

Jonathan terkekeh.

Vira berteriak di pinggiran pantai sepuasnya. Deburan ombak ikut menjadi saksi hati yang gundah gulana.

"Lega?" sambut Jonathan saat Vira kembali mendekat padanya.

Vira mengangguk.

"Lumayan sih," tutur Vira.

"Lumayan serak nih pita suara," kata Vira mengurai senyum.

Jonathan menyodorkan sebotol air mineral, "Minumlah!" suruh Jonathan.

"Thanks," balas Vira.

Vira duduk di samping Jonathan.

Hari yang mulai menapak senja. Matahari mulai sembunyi di balik cakrawala.

"Wowwww.....indah banget," kagum Vira melihat kuasa Tuhan.

Jonathan mengulum senyum.

"Kak Jo, maaf ya. Aku menyita waktu kamu," ucap Vira lirih.

"Heeiii... Aku yang mau. Jadi santai aja Vir. Gue nggak napa-napa kali," ulas Jonathan.

"Gue siap setiap saat kamu butuh," sambung Jonathan serius.

"Sudah jangan sedih. Hidup harus tetep jalan. Ingat ada dua anak menanti kamu," saran Jonathan.

"Oh ya ya. Kalau gitu ayo pulang. Aku tadi cuman pamit beli susu sama diapers ke mama," ucap Vira.

Jonathan beranjak sambil menghela nafas.

.

"Terus nanti pulang kak Jo gimana?" tanya Vira saat mobil mulai mengarah ke alamat mertuanya.

"Santai aja kali. Selama taksi online beroperasi, gue aman," balas Jonathan seraya tertawa menunjukkan barisan gigi yang rapi.

"Kak," ucap Vira ragu.

Jonathan menoleh ke arah Vira.

"Kenapa?"

"Aku pulang ke mertua," kata Vira lirih.

"Iya gue ngerti. Gue turun depan resto padang depan," timpal Jonathan.

"He...he... Maaf ya kak," kata Vira merasa tak enak hati karena menyusahkan Jonathan.

"Asal janji, sampai rumah istirahat. Tak usah terlalu dipikirkan," nasehat Jonathan.

Vira mengangguk.

Mana bisa tak memikirkan. Kebohongan Teddy tak semudah itu dimaafkan.

.

"Darimana saja Vira? Mama cemas menunggu kamu. Kamu nggak papa kan?" sambut mama dengan mimik cemas.

"Maaf Mah lupa nggak ngabarin. Tadi ada urusan mendadak," kata Vira beralasan.

"Ya sudah. Istirahat sana. Celly dan Cello sudah tidur sama Opa," terang mama.

"Iya Mah," rencana untuk mengunjungi orang tua kandung tak terlaksana hari ini.

Vira merebahkan badan di ranjang.

Mata Vira menatap langit-langit kamar. Pikirannya kembali teringat akan ulah Teddy tadi siang.

"Mas, apa ini sudah lama? Lantas apa tujuan kamu menikah denganku? Apa hanya untuk menutupi penyimpangan? Atau hanya demi sebuah status?" gumam Vira.

Vira menghela nafas panjang.

.

Lima hari sudah Teddy pergi.

Selama itu pula Vira tak membalas chat dari suaminya.

Hati Vira masih belum bisa menerima ulah Teddy.

Teddy datang, tepat saat Vira pulang jaga pagi.

"Sayang, misss you," Teddy memeluk pinggang Vira dari belakang.

Vira berasa jijik dipegang oleh sang suami.

"Lepas!" kata Vira ketus.

Teddy menatap Vira dengan mimik aneh.

"Hei, apa kamu tak merindukan suami tampanmu ini?" celetuk Teddy.

Vira meninggalkan Teddy yang berdiri mematung di depan pintu kamar.

"Sayang, ada apa?" Teddy mengetuk pintu kamar yang terkunci dari dalam.

Di dalam kamar, Vira mengatur nafasnya yang memburu. Berusaha mengatur luapan emosi.

"Sayang.... Sayang.... Aku capek nih. Mau istirahat. Buka dong.... Plisss," Teddy masih berada di sana.

Vira meneteskan air mata.

"Apa aku istri yang durhaka Tuhan?" kata Vira lirih.

Setengah jam Teddy berdiri di sana. Tak ada respon dari Vira.

Teddy beralih melangkah ke kamar sebelah.

Sampai sore menjelang, Vira tak keluar kamar sama sekali.

Sengaja menghindari Teddy.

Vira masih menyiapkan hati untuk menuntut penjelasan Teddy.

Terdengar ketukan pintu.

"Sayang... Ada apa denganmu?" kembali Teddy mengetuk pintu kamar.

'Masalah ini tak boleh dibiarkan berlarut-larut,' Vira memutuskan untuk mendengar apapun yang dijelaskan oleh Teddy nantinya.

Pintu kamar terbuka tepat saat tangan Teddy hendak mengetuk pintu.

Vira duduk di ruang makan.

Teddy mengikuti langkah sang istri.

"Mas darimana?" tanya Vira penuh selidik.

"Mas sudah bilang kalau mas ada tugas luar kota," jelas Teddy.

"Tapi, saat aku nanya ke teman kantor. Mereka bilang kalau mas cuti. Yang benar yang mana?" tanya Vira menahan sabar.

"Kamu mulai tak percaya padaku?" tanggap Teddy mulai naik nada bicaranya.

"Keadaan yang membuat ku tak percaya," tukas Vira.

"Sayang, aku kerja buat keluarga kita. Demi masa depan anak-anak," imbuh Teddy.

"Lima hari ini mas kemana?" tanya Vira mulai tak sabar.

"Apa aku harus mengulangnya lagi?"

"Mas," Vira menginginkan jawaban jujur sang suami.

"Aku keluar kota sayang. KERJA," kata Teddy penuh penekanan.

"Oh ya?" kata Vira tak percaya.

"Terserah deh, susah menjelaskan kalau kamu sudah tak percaya lagi padaku," ujar Teddy. Ada nada kecewa di balik kata-katanya.

Vira menyerahkan ponselnya.

"Apa ini?"

"Bukalah!" suruh Vira.

Vira membuka video yang melihatkan Teddy dan Daniel di sana.

"Siapa yang memfitnahku kali ini?" kata Teddy geram.

"Sudahlah mas. Nggak usah ngeles. Aku berada di sana saat kamu sama Daniel," terang Vira.

Ucapan Vira membuat Teddy terhenyak.

"Tapi aku tak melakukan apapun. Wajar dong dua orang pria duduk bersama di sebuah coffe shop. Ngopi bareng," Teddy tak mengakuinya.

Vira membuka foto yang dikirimkan seorang tak dikenal beberapa hari lalu.

"Kalau ini?"

"Siapa yang kirim ini?" telisik Teddy.

Bahu Vira terangkat tanda tak tahu.

"Dan kamu percaya?" Teddy berharap mendapat jawaban jujur sang istri.

"Awalnya aku tidak percaya. Tapi saat melihat adegan kamu dengan Daniel di ruang tamu saat itu, aku mulai ragu mas," kata Vira jujur.

"Berapa kali aku harus bilang sayang? Aku ini pria normal," kata Teddy meyakinkan Vira.

Teddy menggenggam tangan sang istri.

"Aku sayang sama kamu. Tak mungkin aku menghancurkan keluarga kita dengan hal-hal receh beginian," tutur Teddy terus meyakinkan sang istri.

Vira mulai luluh.

"Aku akan masak, lama kali aku tak buat makanan buat kamu sayang," Teddy beranjak dan mulai memainkan bermacam bahan makanan.

Diakui Vira kalau Teddy lihai memainkan alat masak.

Tak menunggu lama.

"Tarrrraaaaaa....sudah siap tuan putri," Teddy menyodorkan capjay kuah panas dengan asap mengepul di depan sang istri.

Maka, gencatan senjata siap diproklamirkan.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Ini karya terbaru aku guyyssss.

Kalau suka, jangan lupa kasih bintang lima.

Like, komen n' subcsribe juga yaaaa