NovelToon NovelToon
Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Takhta Terakhir Endalast Ganfera

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Balas Dendam / Mengubah Takdir
Popularitas:11.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nabilla Apriditha

— END 30 BAB —

Endalast Ganfera duduk di depan cermin besar di kamarnya, memandangi bayangannya sendiri. Usianya baru menginjak 15 tahun, tetapi di balik mata dan rambut merahnya, ada kedewasaan yang tumbuh terlalu cepat. Malam ini adalah ulang tahunnya, dan istana penuh dengan sorak-sorai perayaan.

Endalast tersenyum, tetapi matanya masih mengamati kerumunan. Di sudut ruangan, dia melihat pamannya, Lurian. Ada sesuatu dalam sikap dan tatapan Lurian yang membuat Endalast tidak nyaman. Lurian selalu tampak ambisius, dan ada desas-desus tentang ketidakpuasannya terhadap kepemimpinan Thalion.

Lurian berpaling dan berbicara dengan bangsawan lain, meninggalkan Endalast dengan perasaan tidak enak. Dia mencoba menikmati perayaan, tetapi kecemasan terus mengganggunya. Tiba-tiba terdengar suara dentuman keras dari luar, oh tidak apa yang akan terjadi??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nabilla Apriditha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7: Persiapan Perang

.......

.......

.......

...——————————...

Matahari mulai merangkak naik ketika kabar baik datang ke markas Endalast. Pasukan dari Kerajaan Ethoria dan Kerajaan Rirval telah tiba untuk memperkuat mereka.

Bendera-bendera berwarna cerah dari kedua kerajaan berkibar di antara pepohonan, membawa harapan baru bagi prajurit Ganfera.

Endalast berdiri di tengah-tengah kerumunan, matanya berbinar saat melihat para prajurit tambahan yang berbaris rapi.

Mereka membawa perlengkapan lengkap dan siap berjuang di bawah panji Endalast. Di sampingnya, Sir Alven dan Sir Cedric berdiri tegap, menatap pemandangan ini dengan penuh keyakinan.

Seorang perwira dari Ethoria, Sir Galen, maju dan memberi hormat kepada Endalast. "Pangeran Endalast, kami diutus oleh Raja Ethoria untuk mendukung perjuanganmu. Kami siap menerima perintah."

Endalast mengangguk dengan penuh penghargaan. "Terima kasih, Sir Galen. Kehadiran kalian sangat berarti bagi kami. Bersama, kita akan memenangkan perang ini."

Dari barisan pasukan Rirval, seorang kapten bernama Lady Selene juga melangkah maju. "Rirval siap bergabung dengan pasukan Ganfera. Kami telah mendengar tentang keberanianmu, Pangeran, dan kami bertekad untuk membantu."

Endalast tersenyum. "Selamat datang, Lady Selene. Kalian adalah sekutu yang berharga. Bersama-sama, kita akan menghadapi musuh dengan keberanian dan strategi yang matang."

Setelah menyambut para sekutu, Endalast segera mengumpulkan para komandan untuk membahas strategi terakhir sebelum mereka berangkat. Di dalam tenda pertemuan, peta besar wilayah Nereval terbentang di atas meja.

"Kita memiliki keuntungan jumlah dengan kehadiran pasukan Ethoria dan Rirval," kata Endalast membuka pertemuan. "Namun, kita harus memastikan bahwa kita menggunakan kekuatan kita secara efektif."

Sir Cedric menyela, "Kita harus menyebar pasukan yang telah terlatih menggunakan jarum beracun di antara pasukan baru. Mereka akan menjadi garda depan kita, melumpuhkan musuh sebelum pasukan utama menyerang."

Eron, yang duduk di sebelah Endalast, mengangguk. "Ide itu sangat bagus. Dengan jarum beracun, kita bisa mengurangi kekuatan musuh secara signifikan sebelum mereka sempat memberikan perlawanan yang berarti."

Arlon menambahkan, "Setelah garis depan melumpuhkan musuh, pasukan utama kita bisa maju dan menyerang dengan kekuatan penuh. Ini akan memaksimalkan efektivitas kita dan meminimalkan kerugian."

Endalast setuju dengan rencana ini. "Baiklah, kita akan melaksanakan strategi ini. Pasukan yang telah terlatih menggunakan jarum beracun akan disebar di antara pasukan Ethoria dan Rirval. Mereka akan menjadi garda depan kita. Setelah itu, pasukan utama akan maju dan menghancurkan musuh."

Setelah rencana disetujui, para komandan kembali ke pasukan mereka untuk mengatur formasi. Endalast berjalan di antara para prajurit, memberikan semangat dan memastikan bahwa semua orang siap untuk pertempuran besar ini.

Di satu sudut, Eron sibuk mempersiapkan jarum-jarum beracun bersama beberapa prajurit. Endalast menghampirinya. "Eron, bagaimana persiapan kita?"

Eron menoleh dan tersenyum. "Kami sudah hampir siap, Pangeran. Jarum-jarum ini sudah dibubuhi racun dan siap digunakan."

Endalast mengangguk. "Bagus. Ingat, keselamatan prajurit kita adalah yang utama. Pastikan semua orang tahu cara menggunakan jarum-jarum ini dengan efektif."

Setelah memastikan semua persiapan, Endalast mengumpulkan seluruh pasukan untuk memberikan pidato terakhir sebelum mereka berangkat. Dia berdiri di atas sebuah bukit kecil, menatap ribuan wajah yang menunggu dengan penuh harap.

"Prajurit Ganfera, Ethoria, dan Rirval," serunya dengan suara yang menggema di seluruh medan, "kita telah bersiap untuk pertempuran besar ini. Kita memiliki tujuan yang mulia: merebut kembali keadilan dan kehormatan yang telah dirampas dari kita. Kita memiliki kekuatan dan strategi yang kuat. Bersama, kita akan menghadapi musuh dengan keberanian dan tekad yang tak tergoyahkan."

Para prajurit bersorak, semangat mereka membara. Endalast melanjutkan, "Ingatlah, kita tidak hanya berjuang untuk diri kita sendiri, tetapi untuk keluarga, teman, dan semua orang yang bergantung pada kita. Kita akan berjuang dengan segala yang kita miliki, dan kita akan menang."

Dengan semangat yang tinggi, pasukan Ganfera, Ethoria, dan Rirval berangkat menuju medan pertempuran. Mereka bergerak dengan kecepatan dan ketelitian, mengikuti rencana yang telah disusun dengan matang.

Di tengah perjalanan, Endalast mengatur pasukan dalam formasi yang telah disepakati. Prajurit yang terlatih menggunakan jarum beracun ditempatkan di garis depan, sementara pasukan utama bersiap di belakang mereka.

Saat mereka mendekati perbatasan Nereval, Endalast memberikan perintah terakhir. "Siap-siap! Kita akan segera memasuki wilayah musuh. Jaga formasi dan tetap fokus. Ini adalah saatnya."

Garis depan bergerak maju dengan hati-hati, menyebar dan memasang jebakan-jebakan tersembunyi di sepanjang jalan. Mereka memastikan bahwa setiap langkah musuh akan menghadapi perlawanan yang mematikan.

Ketika pasukan utama Nereval akhirnya muncul di hadapan mereka, garis depan Ganfera dan sekutunya segera beraksi. Dengan kecepatan dan ketepatan, mereka meluncurkan jarum-jarum beracun ke arah musuh, melumpuhkan banyak prajurit sebelum mereka sempat memberikan perlawanan.

Pasukan utama Nereval terkejut dan kebingungan melihat serangan tak terduga ini. Endalast, melihat momen ini, memberi perintah kepada pasukan utama. "Majuuu!"

Dengan teriakan perang, pasukan utama Ganfera, Ethoria, dan Rirval maju dengan kekuatan penuh. Mereka menyerang musuh yang sudah melemah dengan keberanian dan keganasan.

Pertempuran sengit berlangsung, tetapi dengan strategi yang matang dan semangat yang tak tergoyahkan, pasukan Endalast berhasil memukul mundur musuh.

Di tengah kekacauan pertempuran, Endalast berhadapan dengan seorang perwira Nereval. Mereka bertarung dengan sengit, pedang beradu dengan kekuatan dan ketangkasan. Dengan satu tebasan yang tepat, Endalast berhasil menjatuhkan lawannya.

Saat pertempuran berlanjut, Endalast memperhatikan bahwa pasukan musuh mulai mundur. Dia memanfaatkan momen ini untuk memberikan perintah akhir. "Kejar mereka! Jangan biarkan mereka lolos!"

Pasukan Ganfera, Ethoria, dan Rirval mengejar musuh yang mundur, memastikan bahwa mereka tidak akan kembali untuk memberikan perlawanan.

Ketika akhirnya pertempuran berakhir, mereka berdiri di tengah medan perang, napas terengah-engah tetapi dengan rasa kemenangan yang membara di hati mereka.

Endalast berjalan di antara prajuritnya, memberikan semangat dan memastikan bahwa semua orang baik-baik saja. Dia menemukan Eron yang sedang membantu seorang prajurit yang terluka.

"Eron," panggil Endalast, "kau telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Terima kasih atas keberanian dan dedikasimu."

Eron tersenyum lelah tetapi puas. "Terima kasih, Pangeran. Kita semua berjuang bersama, dan kita menang bersama."

Endalast menatap pasukannya dengan bangga. "Kita telah menunjukkan kepada dunia bahwa dengan keberanian, persiapan, dan persatuan, kita bisa mengatasi segala rintangan. Ini adalah kemenangan kita, dan kita akan terus berjuang hingga keadilan dan kehormatan kita kembali."

Dengan semangat kemenangan dan harapan yang baru, pasukan Ganfera, Ethoria, dan Rirval bersiap untuk langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka.

Mereka tahu bahwa jalan masih panjang, tetapi dengan tekad yang kuat dan semangat yang tak tergoyahkan, mereka yakin bisa mencapai tujuan akhir mereka.

...——————————...

Pertempuran pertama mereka di Nereval telah usai, namun suasana markas Endalast dipenuhi oleh rasa kewaspadaan. Mereka tahu bahwa kemenangan ini hanyalah awal dari perang panjang yang akan mereka hadapi.

Di tengah hiruk-pikuk pasukan yang merayakan kemenangan sementara, Endalast tetap fokus pada tugasnya. Endalast berjongkok di sebelah seorang prajurit yang terluka, mengambil alih pengobatan yang baru saja dimulai oleh Eron.

Dengan cekatan, dia membersihkan luka di kaki prajurit itu, memastikan tidak ada kotoran yang tersisa sebelum menutupnya dengan perban. Tangan Endalast bergerak cepat namun lembut, menunjukkan keterampilan yang jarang dimiliki oleh pemimpin muda seusianya.

Eron berdiri di dekatnya, memperhatikan setiap gerakan Endalast dengan penuh kagum. Dia berbicara sesekali, memberikan saran kecil atau menawarkan bantuan, tetapi sebagian besar waktu dia hanya diam dan menyimak.

"Kau melakukan pekerjaan yang bagus, Eron," kata Endalast tanpa menoleh. "Luka ini tidak terlalu dalam, tetapi bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan benar."

Eron mengangguk. "Terima kasih, Pangeran. Saya masih belajar, tapi saya akan berusaha sebaik mungkin."

Endalast menatap Eron sejenak dan tersenyum. "Kita semua terus belajar, Eron. Yang penting adalah kita selalu berusaha untuk menjadi lebih baik."

Setelah selesai mengobati prajurit itu, Endalast bangkit dan menepuk bahu Eron. "Sekarang, mari kita pastikan yang lain juga mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan."

Eron mengikuti Endalast saat mereka berjalan melalui barisan prajurit yang terluka. Masing-masing prajurit menyambut mereka dengan rasa hormat dan terima kasih.

Wajah penuh wibawa Endalast dan cara dia menangani situasi dengan tenang memberikan rasa aman kepada mereka semua.

Saat malam semakin larut, Endalast dan Eron duduk di dekat api unggun, berbicara tentang pertempuran yang baru saja mereka menangkan. "Pertempuran ini hanyalah awal," kata Endalast. "Kita harus bersiap untuk serangan balasan dari Nereval. Mereka tidak akan tinggal diam setelah kekalahan ini."

Eron mengangguk, merenung sejenak sebelum berbicara. "Aku masih tidak percaya bahwa seorang pemimpin sepertimu, yang baru berusia hampir 16 tahun, bisa memiliki keterampilan dan kebijaksanaan seperti ini. Kau benar-benar putra dari raja dan ratu yang hebat."

Endalast tersenyum tipis. "Terima kasih, Eron. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk semua orang. Ayah dan ibu selalu mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus melayani rakyatnya dengan sepenuh hati."

Malam itu, mereka berbicara panjang lebar tentang masa depan dan strategi mereka. Endalast merasakan kepercayaan yang semakin kuat dari para prajuritnya, termasuk Eron, yang kini mulai melihatnya bukan hanya sebagai seorang pemimpin, tetapi juga sebagai seorang teman.

Pagi harinya, Endalast mengumpulkan semua komandan dan prajurit di pusat perkemahan. Dia berdiri di atas sebuah batu besar, memandang wajah-wajah yang penuh harapan dan semangat.

"Prajurit Ganfera, Ethoria, dan Rirval," serunya, "kita telah memenangkan pertempuran pertama kita di Nereval, tetapi ini baru permulaan. Musuh kita tidak akan tinggal diam. Mereka akan datang dengan kekuatan yang lebih besar. Kita harus siap."

Sir Alven maju dan berdiri di samping Endalast. "Kita telah menunjukkan kekuatan dan keberanian kita. Dengan persiapan yang matang, kita akan menghadapi musuh dengan keyakinan dan strategi yang tepat."

Eron, yang kini berdiri di antara prajurit, merasa hatinya membara dengan semangat. Dia melihat Endalast sebagai sosok pemimpin sejati yang mampu membawa mereka menuju kemenangan.

Eron tahu bahwa dia telah menemukan tempatnya di sini, di tengah-tengah pasukan yang dipimpin oleh seorang pangeran muda yang luar biasa.

Endalast melanjutkan pidatonya. "Kita tidak boleh lengah. Mulai hari ini, kita akan melanjutkan pelatihan dan mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya. Kita akan memperkuat pertahanan kita dan memastikan bahwa setiap prajurit siap untuk bertempur."

Para prajurit bersorak, semangat mereka membara. Endalast tersenyum, merasa bangga dengan keberanian dan dedikasi pasukannya. Dia tahu bahwa jalan mereka masih panjang, tetapi dengan persatuan dan tekad yang kuat, mereka akan mengatasi setiap rintangan.

Sehari setelah pertempuran, Endalast dan para komandan berkumpul untuk membahas langkah selanjutnya. Mereka duduk di sekitar meja besar yang dipenuhi peta dan dokumen, merencanakan strategi mereka dengan cermat.

"Kita harus memperkuat pertahanan di perbatasan," kata Sir Cedric. "Nereval kemungkinan besar akan mencoba menyerang balik dengan pasukan yang lebih besar. Kita perlu memasang jebakan dan penghalang di sepanjang jalur yang mungkin mereka gunakan."

Eron, yang telah menjadi bagian penting dari tim strategi, menyarankan, "Kita juga bisa menggunakan jarum beracun lagi. Tapi kali ini, kita harus lebih pintar dalam penempatan. Mereka mungkin sudah mempelajari cara menghindarinya."

Arlon, yang biasanya diam, mengangguk setuju. "Kita bisa memasang jebakan yang lebih canggih. Menggabungkan jebakan fisik dan racun untuk memaksimalkan dampaknya."

Endalast menyimak dengan seksama. "Ide bagus. Kita akan memasang jebakan di sepanjang perbatasan dan memastikan bahwa setiap prajurit tahu posisi dan cara mengaktifkannya. Kita juga akan melanjutkan pelatihan intensif untuk memastikan semua orang siap."

Setelah pertemuan selesai, Endalast berjalan ke perkemahan, memeriksa persiapan dan berbicara dengan prajuritnya. Dia memastikan bahwa setiap orang merasa didengar dan dihargai.

Ini adalah salah satu alasan mengapa dia dihormati sebagai pemimpin. Dia tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga mendengarkan dan memotivasi pasukannya.

Di malam hari, ketika api unggun berkobar terang, Endalast duduk bersama Eron. Mereka berbicara tentang masa depan dan harapan mereka.

Eron merasa semakin terinspirasi oleh Endalast. Dia melihat bahwa di balik ketegasan dan wibawa, ada seorang pemuda yang penuh dengan rasa kemanusiaan dan kasih sayang.

"Pangeran, apakah kau pernah merasa takut?" tanya Eron, matanya menatap api yang berkobar.

Endalast mengangguk pelan. "Tentu saja, Eron. Rasa takut adalah hal yang alami. Tapi kita tidak boleh membiarkan rasa takut menguasai kita. Kita harus menggunakannya untuk menjadi lebih kuat dan lebih waspada."

Eron tersenyum, merasa mendapatkan pelajaran berharga. "Kau benar. Aku akan berusaha menjadi lebih kuat dan lebih berani."

Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan persiapan intensif. Pasukan Ganfera, Ethoria, dan Rirval bekerja sama untuk memasang jebakan, memperkuat pertahanan, dan melanjutkan pelatihan. Endalast memimpin dengan teladan, selalu berada di tengah-tengah prajuritnya, memberikan semangat dan arahan.

Pada suatu sore, ketika matahari mulai tenggelam di balik bukit, Endalast memanggil para komandan untuk pertemuan terakhir sebelum mereka melancarkan serangan besar berikutnya.

"Besok adalah hari yang penting," katanya dengan suara tegas. "Kita akan menyerang dengan seluruh kekuatan kita. Kita harus memastikan bahwa setiap langkah kita diperhitungkan dengan baik."

Sir Alven, yang telah menjadi penasihat setia, mengangguk. "Kita telah mempersiapkan diri dengan baik, Pangeran. Pasukan kita siap dan penuh semangat. Kita akan memberikan perlawanan yang tidak akan dilupakan oleh Nereval."

Eron, yang kini telah menjadi salah satu pemimpin strategis, menambahkan, "Dengan jebakan dan strategi yang kita siapkan, kita memiliki peluang besar untuk menang. Tapi kita harus tetap waspada dan tidak meremehkan musuh."

Endalast menatap mereka satu per satu. "Kita berjuang bukan hanya untuk kemenangan, tetapi untuk masa depan yang lebih baik bagi kita semua. Ingatlah, kita tidak sendirian. Kita memiliki kekuatan persatuan dan tekad yang tidak tergoyahkan."

Ketika malam tiba, Endalast berkeliling perkemahan, berbicara dengan prajuritnya, memberikan semangat dan memastikan bahwa semua orang siap untuk pertempuran besar yang akan datang.

Dia tahu bahwa ini adalah momen yang sangat penting, dan dia ingin memastikan bahwa setiap orang merasa didukung dan termotivasi.

Di bawah langit yang bertabur bintang, Endalast berdiri di tengah-tengah prajuritnya, memberikan pidato terakhir sebelum mereka beristirahat. "Besok adalah hari yang penting bagi kita semua. Kita akan menunjukkan kepada dunia bahwa kita adalah pasukan yang kuat dan bersatu. Kita akan berjuang dengan keberanian dan keyakinan. Dan kita akan menang."

1
Carletta
keren
RenJana
lagi lagi
Lyon
next episode
Candramawa
up
NymEnjurA
lagi lagi
Ewanasa
up up
Alde.naro
next update
Sta v ros
keren bener
! Nykemoe
cakep up up
Kaelanero
bagus banget
AnGeorge
cakep
Nykelius
bagus top
Milesandre``
lagi thor
Thea Swesia
up kakak
Zho Wenxio
kece up
Shane Argantara
bagus
☕️ . . Maureen
bagus banget ceritanya
Kiara Serena
bagus pol
Veverly
cakep
Nezzy Meisya
waw keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!