My Ex-Husband Is A Spy "Love & Conspiration"

Thomas menatap nanar. "Aku merencanakannya, aku memberi Rachel obat tidur dan mencekokinya pil kontrasepsi. Lalu aku melumpuhkan Martin dan mencekokinya dengan obat kuat. Saat dia bangun, aku yang menyuruhnya meniduri Rachel. Besok pagi aku akan kembali ke sana sebelum Rachel bangun."

"Idemu gila Thomas! Kenapa kau melakukan itu?" Bentak Valery.

Thomas hanya menunduk dan berusaha menjawab dengan suara yang bergetar. "A-aku..."

"Teganya kau menumbalkan Martin untuk ide gilamu. Aku tidak habis pikir denganmu Thomas." Ucap Roni kesal.

"Aku tidak sanggup menyentuh wanita lain kecuali Sarah. Walaupun aku tadi baru menceraikannya. Aku sangat mencintainya dan tidak akan ada lagi yang bisa aku cintai seperti Sarah. Cintaku sudah habis di Sarah. Sekarang aku hanya tinggal melanjutkan hidup. Entah bagaimana aku bisa menjalani 3 bulan bersama wanita yang tidak aku inginkan. Meskipun ini hanya akting, aku merasa tubuhku hina saat disentuh Rachel. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Demi bisa bertemu Sarah selama misi ini. Aku harus menahan semua yang aku rasakan." Thomas menangis sambil memukul dadanya dengan keras.

Melihat Thomas menyakiti dirinya sendiri, Charlie mendekat dan memeluk Thomas dengan erat. "Akulah yang paling bersalah disini Thomas. Harusnya aku tidak ikut campur dan memisahkanmu dengan Sarah.

Aku egois, karena aku lebih takut kehilanganmu dibanding dengan Sarah. Aku yakin kau akan ikut menyusul Sarah jika dia tiada di dunia ini. Aku pernah mengalami kehilangan seperti dirimu, tapi mungkin cintaku tidak sekuat cintamu.

Aku masih bisa bertahan memendam sakit karena ditinggal istriku. Aku pikir aku sudah mencintai istriku dengan hebat. Ternyata aku salah. Saat aku melihatmu mencintai Sarah dan kau bahkan tidak sanggup hidup saat dia tiada nanti, itulah yang pantas dikatakan sebagai cinta yang hebat.

Awalnya aku tidak ingin memisahkanmu dan Sarah, karena aku pikir kau akan sekuat aku jika kehilangan Sarah. Aku hanya tidak ingin kau terluka sepertiku saat Sarah nanti tiada. Tapi aku salah, bahkan saat Sarah masih hidup pun kau tetap hancur saat tidak bersamanya. Maafkan aku Thomas. Aku menyesali semua perbuatanku. Aku juga tidak tau harus berbuat bagaimana kedepannya terhadapmu."

Thomas mulai merasa tenang setelah menangis cukup lama dalam pelukan Charlie.

"Tidak Charlie. Sudah tidak ada yang bisa ku lakukan agar bisa kembali pada Sarah. Aku juga tidak yakin Sarah bisa menerimaku saat dia tau kondisi pekerjaanku yang sebenarnya. Aku hanya akan mencoba merayu Tuhan agar Sarah tidak lagi membenciku dan aku bisa melihatnya setiap hari, walaupun dia bukan lagi milikku."

"Terima kasih Charlie, kau bukan hanya pimpinan yang baik, tapi bagiku kau juga sebagai ayah dan kakak laki-laki yang terbaik." Tambah Thomas lagi.

Setelah meluapkan emosinya masing-masing. Mereka akhirnya melupakan semua kesedihan yang baru saja terjadi. Kini berganti dengan canda tawa dan berbagi cerita tentang misi yang sudah mereka lalui sambil menikmati wine bersama.

***

Keesokan paginya.

Thomas sudah terbangun karena suara alarm yang di setel di ponselnya. Ia dengan hati-hati pergi meninggalkan kamar dimana Valery, Charlie, dan Roni masih terlelap.

Ia bergegas menuju kamarnya.

Setibanya di kamar, dengan hati-hati Ia membuka pintu dan melihat Martin dan Rachel masih berpelukan di bawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka.

Ia lalu menghampiri Martin dan membangunkannya.

"Hey... Bangunlah Martin. Ini sudah jam 8 lewat."

Martin yang merasa tubuhnya di guncangkan pun terbangun.

"Hmmm... Kau sudah kembali Thomas?" Tanya Martin dengan suara serak.

Thomas mengangguk sambil berbisik pada Martin. "Bagaimana tadi malam? Apakah dia masih bersegel?"

Martin hanya tersenyum kecut.

"Mana mungkin ada wanita yang masih bersegel. Itu hanya mitos. Apa kau bercanda Thomas?"

"Ada...Sarah istriku. Beruntung sekali aku tidak bergairah menyentuhnya. Hahaha."Thomas tertawa puas.

"Huh... Bahkan Valery lebih menyenangkan dari istrimu ini, walapun sudah ratusan pria menjamahnya. Tapi Valery masih lebih ahli dalam merawat diri." Puji Martin tanpa sadar.

Thomas memasang tampang curiga. "Apa kau sering melakukannya bersama Valery?"

"Hmm...Saat aku awal di rekrut olehnya. Terakhir mungkin 2 tahun lalu. Sial. Sekarang aku menginginkan Valery." Umpat Thomas.

"Aku bisa mengaturnya. Tapi aku baru saja menyediakan 6 pria dari club paradise untuknya. Apa kau mau menyamar jadi salah satunya?" Tawar Thomas.

Martin diam sejenak.

"Nanti aku pikirkan lagi Thomas. Aku akan kembali ke kamar Charlie." Jawab Martin sambil memakai pakaiannya dan meninggalkan kamar itu.

**

Thomas hanya memandang Rachel dengan tatapan dingin.

"Sarah...Aku merindukanmu. Harusnya kau yang ada di ranjang yang sama denganku. Harusnya kau menjadi yang pertama aku lihat saat aku membuka mata di pagi hari."

Thomas lalu bangkit dari ranjang menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelahnya Ia kembali duduk di sofa sambil menunggu Rachel terbangun.

Tepat seperti perhitungan Thomas, Jam 9 lewat Rachel mulai terbangun. Ia mencoba menyadarkan dirinya.

"Selamat Pagi Sayang." Sapa Thomas yang duduk santai di sofa.

Rachel mencoba bangun dari tidurnya. Ia menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Ia tersenyum saat melihat tubuhnya polos. Sementara Thomas hanya mengenakan bathrobe.

"Semalam kau luar biasa sayang." Puji Rachel.

Thomas tersenyum tipis.

"Benarkah? aku senang jika kau puas."

Rachel tersenyum. "Maaf tadi malam aku sangat mengantuk dan membiarkanmu melakukannya sendiri."

"Tidak apa-apa sayang. Aku tidak merasa terganggu dengan hal itu." Tandas Thomas.

"Nanti aku akan menebusnya, tapi tidak bisa malam ini." Ucap Rachel dengan tatapan menggoda.

Thomas mengerutkan keningnya. "Memangnya kenapa?"

"Aku sudah berencana berlibur dengan temanku ke Maldives selama seminggu. Apa kau tidak keberatan?" Jawab Rachel sambil menghampiri Thomas dengan tubuh polosnya.

Bukannya bergairah, Thomas malah menjadi jijik. Namun Ia berusaha menahan semua perasaannya.

"Baiklah. Aku akan menunggumu sampai pulang dengan sabar. Kapan kau akan berangkat? Aku akan mengantarmu ke bandara."

"Pagi ini jam 10. Oh astaga ini sudah jam 9 lewat. Aku harus segera bersiap." Ucap Rachel panik sambil berlari ke kamar mandi.

Thomas tersenyum puas. Akhirnya selama seminggu dia bisa terbebas dari Rachel.

Setelah Rachel siap, Thomas mengantarkan Rachel ke bandara. Sebelum pergi Rachel berulang kali mengecup bibir dan pipi Thomas. Mau tidak mau Thomas menerimanya.

"Aku pergi ya sayang. Jangan lupa hari ini kau harus ke hotel dan mulai menjalankan jabatan barumu sebagai General Manager."

Thomas yang mendengar hal itu menjadi sangat bersemangat. Ia sangat menantikan bertemu Sarah di hotel.

"Iya sayang. Aku tidak lupa." Jawab Thomas.

Rachel lalu berbisik ke telinga Thomas. "Jangan coba-coba mendekati Janda itu. Atau kau akan tau akibatnya." Ancam Rachel sambil mencubit perut Thomas.

Thomas pun meneguk salivanya karena Rachel seakan bisa menebak isi pikirannya.

...----------------...

Bersambung ke Bab Selanjutnya.

Dear Readers,

Bantu Ulasan, Komen, Like, Subscribe dan Gift nya ya.

Terima kasih 🙋🏻‍♀️🙏