Dikira Sopir Ternyata Presdir

Wajah Vina terlihat bersemu merah mendengar ejekan Jinan, "Jangan banyak omong kamu! Emangnya kamu bisa ngerjain?'' ejek Vina tak terima.

"Yee, ini kan tugas Tante, tapi kalau Tante mau Inan yang ngerjain, Inan bersedia, tapi dengan satu syarat, Tante harus undur diri atau Tante harus rela ganti posisi sama Inan. Gimana, Tan?" Jinan kembali melancarkan serangannya.

"Baik, aku setuju! Aku yakin kamu ini cuma orang udik, jadi gak mungkin bisa ngerjain tugas sekretaris." Vina terus mengejek, dia sampai lupa bahwa dia sudah mempertaruhkan posisi kesayangannya sebagai sekretaris.

Melihat suasana semakin memanas, Isa meminta Rafa agar membawa Jinan keluar. "Nan, sudah yu, kita keluar aja. Udah waktunya makan siang, bagaimana kalau kita ke kantin?" bujuk Rafa dengan menaikkan sebelah alisnya hingga membuat Jinan terkekeh, tapi dia mengikuti ajakan Rafa. Dia sendiri ingat bahwa dia akan ke kampus.

"Vin, kamu tetap di sini, Pak Isa mau bicara sama kamu."

''Uuh, kalau gak ingat Inan mau kuliah, udah Inan rujak tuh, si Tante bulu," gerutu Jinan sepanjang jalan. Rafa pun terkekeh mendengarnya.

"Serem amat julukannya, Tante bulu? Haha!"

ucapnya sembari melirik ke arah Jinan yang masih terlihat kesal. "Oh ya, tadi kamu bilang kamu mau kuliah? apa kamu sudah mengatakan ke pihak HRD bahwa kamu mau kerja part time?"

''Om Isa yang bilang ke pihak HRD. Ya udah, Inan mau siap-siap pergi ke kampus dulu, ya. Inan mau langsung pergi ke kampus dari sini."

****

Vina menelan ludahnya ketika Rafa dan Jinan sudah keluar dari ruangan Isa. Dia mencoba menetralkan debaran jantungnya yang terasa kian cepat. ''Tinggalkan ruangan sekretaris dan pergi ke bagian HRD, mereka akan memberi tahu kamu posisi kamu di perusahaan ini, kalau kamu tak terima, kamu bisa membuat surat pengunduran diri," ucap Isa dengan nada dingin setelah ia berbalik menghadap Vina.

"Tapi Pak, ini kan salah si OG itu, kenapa saya yang dihukum?" Vina masih tak terima dengan keputusan Isa.

"Kamu hampir membuat Perusahaan rugi, tapi kamu masih mau melempar kesalahan kamu pada orang lain? Kamu bukan baru di sini, kenapa kamu teledor?"

Vina tak bisa berkutik lagi, akhirnya meski dengan kesal, dia tetap keluar dari ruangan Isa dan menuju ke ruang HRD.

****

Sementara itu Jinan, kini telah bersiap menuju kampusnya. Isa menyuruh sopirnya untuk menjemput dari kantor dan mengantarkannya ke kampus. "Makasih Pak Deni, Inan pergi dulu, daah!" pamit Jinan sembari melangkah ke dalam kampus.

Baru saja dia sampai di gerbang, ada seseorang yang memanggilnya. "Jinan, hei, kamu Jinan kan?" Jinan menoleh ke arah sumber suara. Mata gadis tomboy itu langsung mendelik ketika melihat pemuda di depannya

"Kak, Andika? Wow, Kakak kuliah di sini juga?" pekik Jinan ketika menyadari yang menyapanya adalah Andika, sang Kakak kelas yang dulu selalu bermain basket, putsal bahkan Andika tak segan-segan pergi ke kampung Jinan untuk bermain bola dengannya.

"Yups, kamu udah lulus? Hampir saja aku gak ngenalin kamu, setelah kamu pakai hijab," tanya Andika. Jinan pun mencebik.

''Ya iya lah, masa Inan mau di SMA terus? Oh ya, gimana kabar Bibi sama Paman."

"Baik, nanti aku ajak kamu temui mereka. Mereka pasti senang deh. Oh ya, kamu tinggal sama siapa di sini?'' tanya Andika dengan antusias, tapi justru membuat Jinan menyengir kuda karena bingung harus menjawab apa.

"Inan tinggal di rumah sahabat Mamah, hhehw,'' jawab Inan masih dengan cengirannya yang membuat Andika makin gemas. Andika dari dulu sangat tertarik dengan Jinan, tapi dia tak berani mengajak pacaran karena Jinan memang dilarang pacaran. Jinan juga anaknya tomboy dan berteman dengan banyak anak laki-laki, tapi Jinan tak pernah ada perasaan spesial.

"Hmm, ya udah, ayo kita masuk, kamu kuliah di jurusan apa, biar kakak antar!"

Jinan dan Andika pun berjalan berdampingan menuju ruangan Jinan. Di sepanjang jalan, banyak sekali mahasiswi yang menatap dengan heran bercampur kesal. "Siapa mahasiswi baru itu, kok, dia bisa jalan bareng Dika sih, wah kita fotoin yu, nanti kita kirim ke Tia, biar gadis itu dihajar sama Tia.''

Setelah memfoto Jinan dan Andika, mahasiswi itu pun mencari temannya yang bernama Tia, salah satu gadis yang mengejar-ngejar Andika, tapi Andika sendiri tak pernah menggubrisnya. "Tia, lihat ni, ada mahasiswi baru tapi belagu, malah dia berani deketin Andika," ucap mahasiswi yang bernama Desi, menghasut Tia, hingga membuat Tia geram.

"Kurang ajar dia. ya udah, ayo kita samperin tuh anak!" sahut Tia sambil melangkah menuju ruangan di mana Jinan kuliah.

"Mana yang namanya Jinan?" tanya Tia dengan pandangan menguliti hingga membuat Jinan mengernyit heran.

"Saya Jinan, emang ada apa ya, Kak?'' jawab Jinan berusaha sopan, tapi rupanya kesopanan Jinan justru sangat memuakkan lawan bicaranya.

"Gue cuma mau ingetin sama elo, jangan coba-coba deketin cowok gue!'' ketus Tia sambil berkacak pinggang

Jinan pun mengernyit mendengar ucapan Tia. Dia terkekeh renyah di depan Tia sehingga membuat Tia semakin emosi. "Hihi, maaf ya Kak. Inan ini anak baru, baru masuk hari ini, Inan juga belum kenalan sama orang selain yang ada di ruangan ini!" jawab Jinan dengan tenang.

"Pembohong kamu, kamu kan tadi jalan bareng sama Andika, asal elo tahu Dika itu pacarnya Tia!" sahut Desi, temannya Tia.

Mendengar kata-kata Desi, Jinan malah makin tertawa kencang. 'Haha jadi maksud elo, Kak Dika. Eh, apa tadi, Elo bilang Kak Dika pacarnya dia? Ah, yang benar? setahu Gue, Kak Dika itu seleranya tinggi, gak mungkin dia bakal jatuh cinta sama cewek kayak elo!" sahut Jinan dengan mencibirkan bibirnya.

"Inan, udah, jangan diladeni!" bisik salah satu teman Jinan.

"Eh, apa kata Elo, Elo bilang gue cewek apa? Eh, asal elo tahu, gue ini sepupu artis terkenal dan gue sendir juga artis, gue ini foto model dan pemain film, Jadi elo jangan bandingin diri Elo, sama gue!" sahut Tia dengan berapi-api.

'Bahaha baru jadi artis, udah bangga. Emang apa bedanya kalau elo artis? Apa elo ini tercipta dari emas. Yang ada elo sama gue dan semua yang ada di sini sama aja . Sama-sama bau, kalau BAB, Haha" sahut Jinan sambil tertawa terpingkal-pingkal begitu juga temannya yang lain. Mereka ikut tertawa mendengar ucapan Jinan.

"Elo, kurang ajar!'' pekik Tia dan temannya.

"Lah, kok, elo marah? Kan emang benar, Emang elo kalau BAB baunya wangi?''😂