Gisella Arumi tidak pernah menyangka akan menjadi istri kedua Leonard Alfaro kakak iparnya sendiri setelah ia menyebabkan Maya saudaranya koma karena kecelakaan mobil. Gisella yang mengendarai mobil di hari naas itu terlibat kecelakaan beruntun di jalan tol.
"Kau harus bertanggung jawab atas kelalaian mu, Ella. Kamu menyebabkan kakak mu koma seperti sekarang. Kau harus menikah dengan Leonard. Mama tidak mau Leo sampai menikahi perempuan lain untuk merawat Noah", tegas Meyda mamanya berapi-api sambil menunjuk wajah Gisella.
Bak tersambar petir di siang bolong, Gisella menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mau. Aku akan bertanggung jawab mengurus keponakan ku tanpa harus menikah dengan Leonard. Bahkan aku tidak mengenalnya–"
Plakk!
Tamparan keras Rudi sang ayah mbuat Ella terkejut. Gadis itu mengusap wajahnya yang terasa perih. Matanya pun memerah.
"Kenapa papa menampar ku?"
"Karena kau anak tidak tahu di untung. Kau pembangkang tidak seperti Maya. Kau sudah menyebabkan kakak mu koma!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA TEMPAT BERBEDA
Jakarta, Indonesia..
Leonard berdiri di depan lobby rumah sakit sambil berkacak pinggang dan memijat keningnya.
Ia dan Agra sedang mencari keberadaan Ella yang tiba-tiba hilang seperti di telan bumi. Sejak tadi Leonard mencari Ella di seputaran rumah sakit. Ia tahu Ella sering duduk di taman seperti saat mereka bertemu waktu pertama dan Leo melarang gadis itu berada di dekat Maya.
Namun Leo tidak menemukan Ella di setiap tempat yang ia sisir. "Kamu di mana Ella? Kenapa kamu sulit di temukan".
"Bagaimana Agra? Apa kau melihat Ella?"
"Tidak tuan Leo", jawab Agra dengan nafas ngos-ngosan karena berlari kesana-kemari. "Aku akan mencek CCTV jalan tuan–"
"Apa yang kamu tunggu, segera lakukan!", perintah Leo.
"Ya Tuhan, kemana kamu Gisella?", ujar Leo seraya mengusap kasar wajahnya yang tampak kacau.
Tadinya Leonard menyangka Ella akan duduk di taman seperti biasanya. Namun ternyata Ella tidak ada di sana. Bahkan ia dan Agra sudah mencari di sekitaran rumah sakit dan seputar jalan raya depan rumah sakit, tetap saja Ella tidak ada yang melihatnya.
"Shitt...
Kini Leonard mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh.
Beberapa kali laki-laki itu menghubungi handphone Gisella tetapi handphone Ella tidak aktif sama sekali. Leonard juga menelepon kantornya menanyakan Ella, namun jawaban yang sama yang ia dapat. Ella tidak ada, belum ke kantor.
Begitu pun ketika Leo menghubungi mansion, ia berharap Ella kembali ke mansion mereka. Nyatanya lagi-lagi Ella tidak ada di tempat-tempat yang Leo kira ada Ella.
"Kemana kamu Gisella.."
"Ahhh...
Leonard memukul-mukul setir mobilnya dengan keras tanpa mengurangi kecepatan. Bahkan beberapa mobil di belakang membunyikan klakson keras-keras untuk menyadarkan Leonard yang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi.
Beberapa saat kemudian, Leo menghentikan mobilnya secara sembarangan di depan mansion miliknya. Sekarang sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Artinya sudah beberapa jam berlalu saat terakhir melihat Ella bersama nya.
Leonard tidak menggubris sapaan Nur yang melihat ia kembali.
Leo langsung masuk ke kamarnya. Sama persis seperti pagi tadi ketika ia dan Ella turun untuk sarapan.
Leo membuka lemari Ella, pakaian Gisella masih tersusun rapi. Begitu juga barang-barang lainnya tidak ada yang hilang dari lemari.
Leonard sedikit bernafas lega. Ia yakin Ella akan segera kembali. Mungkin kini hanya sekedar menenangkan dirinya.
Leonard merebahkan tubuhnya di atas bantal milik Ella. Ketika tangannya mengambil sesuatu di bawah bantal itu.
Sebuah lingerie berwarna hitam yang semalam Ella kenakan dan Leonard lepaskan saat keduanya mereguk kenikmatan hingga menjelang fajar tadi.
Leonard meremas lingerie tipis itu, menciumnya. Harum tubuh Gisella menguasai dirinya kini.
"Ella.. kembalilah", ucapnya pelan sambil memejamkan matanya. Kepala Leonard terasa semakin berdenyut-denyut.
Drt..
Drr..
Leonard mengambil handphone di saku blazer yang ia kenakan.
Tertera nama Agra di layar. Leo langsung menerima panggilan itu.
"Apa kau sudah menemukan istri ku?".
"Saya tidak bertemu istri anda tuan. Namun melihat CCTV yang ada di seputaran rumah sakit, nona Ella naik sebuah taksi bandara. Saat ini saya ada di bandara mengecek semua penerbangan beberapa jam yang lalu. Dan menemukan nama nona Gisella Arumi terdata di penerbangan yang menuju New York. Pesawat itu sudah take-off beberapa jam yang lalu".
Mendengar informasi itu sontak saja Leonard langsung berdiri. "Apa? Maksud mu Ella sekarang di pesawat, menuju New York?". Leonard mengulang ucapan Agra untuk meyakinkan dirinya.
"Iya tuan. Sekarang apa yang harus saya lakukan?"
"Segera siapkan pesawat. Aku akan menyusul istri ku Agra. Selama aku pergi kamu yang akan mengurus perusahaan", perintah Leonard sambil memijat keningnya.
"Baik tuan Leonard", jawab Agra di ujung telpon.
*
Leonard terlihat tergesa-gesa melangkahkan kakinya menuju kamar Maya.
Ia langsung membuka pintu. Maya yang tengah menangis di tenangkan Meyda dan Catherine maminya.
"Aku akan menceraikan kamu saat ini juga Maya!"
"Kau akan segera mendapatkan gugatan cerai resmi dari pengacara ku. Dan jangan harap kau berniat memisahkan aku dengan anak ku!", ketus Leonard yang tiba-tiba masuk kamar itu dengan kata-kata ketus.
Meyda dan Catherine berdiam.
Sementara Maya mengusap airmata nya dengan kasar memakai punggung tangannya.
"Hahaha...tentu saja aku bisa melakukannya, karena Noah bukan darah daging mu Leonard Alfaro. Kau sama sekali tidak berhak atas anakku!", balas Maya dengan suara menggelegar dan membahana di seluruh kamar.
Leonard menyipitkan matanya menatap Maya di atas tempat tidur dengan posisi duduk.
"Kalian lihat dan dengar sendiri, manusia macam apa wanita ini. Ia sangat berbeda sekali dengan Ella, wanita yang aku cintai sepenuh hati ku".
"Sejak awal dia sudah membohongi aku dengan keperawanan nya. Dia sengaja menjebak ku agar menikahinya".
Leonard menancapkan tatapan tajam pada Maya. Seperti mata pisau yang sangat runcing.
"Silahkan kau bawa anak mu dari rumah ku Maya jika itu yang kau inginkan", ketus Leo berlalu dari hadapan semuanya.
Leonard tidak perduli, terdengar teriakan histeris Maya.
Leonard menggelengkan kepalanya.
"Bahkan dalam keadaan sakit pun ia seperti itu. Sungguh aku tidak tahu wanita macam apa yang aku nikahi. Dia sangat berbeda dengan adiknya. Seperti bukan saudara kandung. Bahkan sekarang ia membuka rahasia nya mengatakan Noah bukan anakku", ucap Leonard membanting pintu mobilnya dengan kesal.
Sesaat menyadarkan kepalanya pada kursi. Memejamkan kedua matanya sambil mencengkram kuat-kuat setir mobilnya.
"Aku belum bisa menyusul Gisella sekarang. Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Maya terlebih dahulu", ujar Leonard pada dirinya sendiri.
"Kita akan segera bertemu, sayang. Aku akan mencari mu ke ujung dunia sekalipun jika kau menghindari ku Ella. Aku tidak mau berpisah dari mu. Tidak akan melepaskan mu sampai kapanpun Gisella Arumi".
*
New York, Amerika
Pesawat yang di tumpangi Ella telah mendarat dengan sempurna di bandara internasional John F. Kennedy, New York.
Sesaat Ella memejamkan matanya sebelum turun.
Kemudian melangkahkan kakinya menuju area kedatangan. Ella menghembuskan nafasnya sambil memanggil taksi yang akan membawanya ke apartemen tempat tinggalnya.
Tiga puluh menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat tinggalnya.
Kini Gisella sudah berdiri tepat di depan pintu unit apartemennya. Gadis itu segera memasukkan password di pintu. Seketika pintu di depannya terbuka. Hampir tiga bulan lamanya ia meninggalkan apartemennya.
"Aku kembali. Sudah takdir ku kembali menempati tempat ini", gumam Ella sambil mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan berukuran mungil.
Wajah Ella nampak lelah setelah berada di dalam pesawat selama hampir tiga puluh jam. Kedua matanya pun nampak bengkak dan memerah.
Ella merebahkan tubuhnya di atas sofa sambil memeluk bantal kursi.
"Maaf kan aku pa, aku tidak bisa menuruti permintaan mu untuk tidak kembali ke Amerika. Sekarang kakak sudah sadar, ia akan baik-baik saja".
"Seperti saat pertama memutuskan menikahkan aku dengan Leonard...saat kakak sadar kami akan berpisah, aku lakukan. Demi kebahagiaan kakak dan keluarga nya. Aku yakin Leonard akan memaafkan kak Maya demi anak mereka", ucap Ella lirih terdengar begitu getir.
Tiba-tiba kedua matanya mengeluarkan butiran-butiran bening dengan sendirinya. Ella terisak.
"Aku tidak apa-apa...jangan kuatirkan aku. Aku kuat. Seperti biasa aku akan mengatasi hidupku sendirian", ucap Ella.
Namun nyatanya tangisan semakin menjadi. Airmata nya pun membasahi bantal.
Ella memukul-mukul dadanya yang semakin lama terasa begitu sesak kini.
"Aku kuat...aku tidak apa-apa. Aku bisa mengatasi perasaan ini.."
...***...
To be continue
Tinggalkan komentar kalian ya untuk bab ini 🙏🏻