NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abi

Jodoh Pilihan Abi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Pelakor jahat
Popularitas:78.6k
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nur Halimah

Sebagai anak bungsu dan perempuan satu-satunya, malam itu adalah pertama kalinya Abi membentak Zahra supaya putrinya itu menikah dengan anak Kyai Amir, Gus Afkar. Padahal Gus Afkar adalah suami incaran sahabatnya, dan dia sebenarnya berencana untuk lanjut S-2 dulu.
Setelah pengorbanannya, ia harus menghadapi sikap sang suami yang tiba-tiba berubah dingin karena setelah akad nikah, dia mendengar rencana Zahra yang ingin menceraikannya. Belum lagi, reputasi pondok yang harus ia jaga.
Mampukah Zahra bertahan diantara orang-orang yang punya keinginan tersendiri padanya? Dan akankah ia dapat mempertahankan rumah tangganya?
Zahra sang anak kesayangan keluarga, benar-benar ditempa dalam lingkungan baru yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nur Halimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kok Bisa, Gus

"Jadi Ummi mau aku mengantar surat ini ke Nayla," tanya Zahra pada Ummi Aminah, Ibu mertuanya yang kini tengah duduk di sampingnya tersebut.

"Iya tolong ya, Nduk. Ini Ummi tadi sebenarnya mau minta tolong kepada adik iparmu, tapi ternyata dia ada acara kawinan di rumah temannya. Mau minta tolong santri yang lain takut nanti malah kesasar, tidak tahu rumahnya." jawab Ummi Aminah dengan sabar.

Zahra mengangguk sambil berkata, "ya Ummi, nanti Zahra antarkan."

"Kalau bisa hari ini ya, supaya nanti undangannya tidak mendadak, dan Nayla bisa mengosongkan waktu untuk datang."

"Baik Ummi," jawab Zahra menyanggupinya.

"Anak itu selalu datang dan membantu walaupun sudah tidak mondok di sini lagi. dia sudah Umi anggap sebagai anak Umi sendiri. Apalagi rumahnya sangat jauh di luar pulau, kalau bukan kita yang memperhatikannya siapa lagi."

Zahra menatap mertuanya itu dalam-dalam.

'Ternyata selain aku, ada yang sangat menyayangimu di sini Nayla' pikir Zahra.

"Kamu gimana Kok terlihat kurus. apa Gus tidak merawatmu dengan baik. Kalau iya, bilang saja sama Ummi, nanti biar Umi Yang nasehati anak bandel itu."

Zahra tersenyum sambil menggelengkan kepala mendengar ucapan Umi Aminah yang sangat memperhatikannya tersebut.

"Tidak Ummi, Gus Afkar sangat baik sekali pada saya. Saya yang sepertinya kurang bisa merawat suami saya dengan baik."

Zahra sengaja berbohong supaya tidak menjadi beban pikiran mertuanya yang sudah lanjut usia tersebut.

"Alhamdulillah kalau begitu, tapi kalau sampai terjadi masalah, kamu bisa cerita sama Ummi. Yang namanya rumah tangga itu tidak selalu baik-baik saja, kamu bisa andalkan Ummi kalau kamu lagi ada masalah, ya Nduk," ucap Ummi Aminah mendinginkan pikirannya.

Wanita itu dari dulu sampai sekarang, ucapannya selalu terdengar lembut dan bijaksana, bahkan saat marah pada orang lain.

"Oh iya, Gus Afkar kira-kira pulang jam berapa? Apa dia sudah mengabarimu?" tanya beliau membuat Zahra bingung harus menjawab apa.

Ia terdiam sejenak.

"Sepertinya Gus sangat sibuk, Ummi. Nanti juga Insya Allah ngabari Zahra," jawab Zahra lembut sambil tersenyum.

"Masya Allah beruntungnya Gus Afkar mendapatkan istri sepertimu. nanti kalau sampai malam anak itu belum ngabari kamu juga, kamu bisa matur ke Ummi, biar Ummi nanti yang marahin dia," ujar Ummi sambil menepuk punggung tangan Zahra.

"Iya, terima kasih Ummi."

Istri kyai Amir tersebut kemudian pamit pulang ke kediamannya yang tak jauh dari rumah Gus Afkar sambil berjalan.

Zahra mengantarnya sampai keluar sembari menatap punggung wanita itu yang terlihat semakin jauh dan menghilang ke belokan.

Zahra memandang surat undangan haul pengasuh pondok yang tak lain adalah kakek dari suaminya, yang masih dipegangnya tersebut.

'Sekarang bagaimana aku harus izin kepada suamiku. Aku tak mungkin keluar tanpa izinnya, tapi aku juga tak mungkin untuk meminta izin padanya, aku kan lagi marahan sama dia' pikir Zahra yang masih merasa gengsi.

'Kalau bisa hari ini ya'

Zahra menghela nafas panjang, permintaan Umi Aminah itu mulai menggema dalam pikirannya.

******

'Kenapa kamu belum pulang juga, Gus. Kalau begini, bagaimana aku harus minta izin sama kamu?' pikir Zahra sambil menilik keluar dari balik kaca jendela rumahnya.

Hari sudah gelap, karena memang sudah hampir Isya'.

"Sepertinya mau tidak mau, aku harus chat kamu, Gus. kalau tidak, pasti aku akan kemalaman."

Zahra mulai mengeluarkan ponselnya, Ia masih berharap lelaki itu menelponnya atau sekedar mengirim pesan untuk memberi kabar. Namun nyatanya tidak ada satupun notif dari suaminya itu.

Zahra menarik nafas panjang. Ia kemudian mulai mengetik pesan bertuliskan "Assalamualaikum Gus, ini Zahra mau minta izin untuk mengirim undangan ke teman Zahra atas permintaan Ummi, apa boleh Gus?"

Tak sampai selang sedetik, suaminya itu membalasnya dengan mempersilahkannya pergi bersama seorang santriwati sambil memberi emoticon cinta.

Tanpa sadar Zahra tersenyum malu.

Ia kemudian keluar dari rumah itu, sambil mengeluarkan sepeda motor dan mengajak seorang santriwati untuk ikut bersamanya.

Zahra membonceng santriwati tersebut sembari mengajaknya bicara sepanjang jalan supaya tidak ngantuk, karena rumah kontrakan Nayla terbilang cukup jauh.

Tiba-tiba terdengar suara petir menyambar-nyambar. Sepertinya akan hujan sebentar lagi.

"Cuaca akhir-akhir ini memang sering berubah ya Ning Zahra," tanya santriwati yang sedang diboncengnya itu dengan sedikit keras.

"Iya harusnya tadi kita bawa jas hujan. Biar aku percepat, ya. Kamu pegangan yang erat," jawab Zahra sambil mengemudikan motornya dengan sedikit ngebut.

Ia mulai menyesal kenapa tadi ia tidak meminjam mobil saja pada Ummi, apalagi sekarang Ia lupa membawa jas hujan.

'Astagfirullah.... Allahumma shoyyiban Nafi'ah' gumannya berdoa di dalam hati.

Tak Ayal di tengah jalan hujan turun begitu deras, untungnya hanya tinggal beberapa meter saja dari rumah.

Meski begitu tetap saja badan keduanya setengah basah.

Zahra segera memasukkan sepedanya ke dalam teras rumah Nayla. Ia baru saja sampai di sana.

"Alhamdulillah akhirnya sampai ya, Ning Zahra." ucap santriwati tersebut.

"Iya Alhamdulillah, tapi maaf ya kamu jadi basah kuyup karena Ning lupa bawa jas hujan," jawab Zahra yang melihat santriwatinya itu mendekap kedua tangannya di depan dadanya.

Santriwati itu hanya tersenyum dan berkata, "tidak apa-apa, Ning. sudah lama saya tidak jalan-jalan keluar."

Zahra jadi ingat saat dia mondok dulu, bisa jalan-jalan keluar saja, itu sudah sangat membahagiakannya.

Zahra kemudian membalikkan badannya he ndak mengetuk pintu Nayla. Tapi anehnya rumah itu kelihatan sangat gelap.

"Sepertinya Kak Nayla tidak ada di rumah ya, Ning," ucap santriwati itu.

"Sepertinya," jawab Zahra setuju dengan ucapan santriwatinya tersebut, tapi dia tetap mengetuk pintu itu.

"Tidak ada salahnya mencoba, ya kan," jawab Zahra bijak.

Namun tidak ada sahutan sedikitpun dari dalam rumah tersebut, benarlah pikiran keduanya bahwa Nayla sedang tidak ada di rumah.

"Kita tunggu di sini sebentar, toh sedang hujan," ajak Zahra pada santriwati itu sembari duduk di atas kursi panjang yang ada di pojokan serambi rumah tersebut.

Zahra mulai menggosok-gosok tangannya dan menempelkannya pada pipi dan dagunya.

Hawa udara di sekitar rumah itu memang dingin karena hujan. Apalagi hari juga sudah malam.

"Kamu kalau kedinginan gosok tanganmu seperti ini, lalu tem..."

Belum selesai Zahra memberi saran pada santriwatinya itu, Seberkas cahaya dari lampu mobil yang barusan masuk ke halaman rumah itu membiaskan pandangan dari keduanya.

"Sepertinya Kak Nayla sudah pulang, Alhamdulillah," ucap santriwatinya tersebut.

Namun Zahra terkesiap kaget mendapati mobil yang sepertinya milik suaminya tersebut terparkir di depannya.

Ia sontak bangkit dan begitu was-was menanti pemilik mobil tersebut keluar.

'Gus Afkar'

'Nayla'

1
Siti Yatimatin
mana julukan istri shjolihahmu zàhra yg kau ajarkan pada muridmu emang takut dosa suami minta hak ìstri menolak dilaknat alloh
Siti Yatimatin
Dasar bodoh kamu AZZAHRA KHOIDUNNISA
Lilik Juhariah
disini yg bikin pembaca jengkel , lebih takut janji ke sahabat drpd janji pada Sang Pencipta
Lilik Juhariah
bener bener Gus afkar menahan nafsunya , tapi istrinya yg keterlaluan
Lilik Juhariah
karaktermu aneh Zahra , sama suami berani udah tau hukumnya , kl sama sahabat takutnya minta ampun
Lilik Juhariah
hiks iks ks
Lilik Juhariah
punya suami sprt Gus afkar , jadi istrinya tersanjung banget
Lilik Juhariah
nurut suami zahra
Lilik Juhariah
ceritanya bagus pemilihan katanya bagus
Lilik Juhariah
ya ahirnya, biang keroknya kabur semua, andai suami sprt Gus afkar damai tuh para istri, sabar pengertian
Lilik Juhariah
la opo kok nuduh orang gk jelas
Lilik Juhariah
karakter Zahra sampe disini gk suka banget, mentingin temennya , gk jujur, dan lebih jengkelin lagi sukanya bicara dalam hati
Lilik Juhariah
ini Zahra udah tau bertemu selain mahram apalagi udah punya suami dosa, dilakukan trs , ntar jadi fitnah
Lilik Juhariah
ini kelakuannya nayla
Lilik Juhariah
Zahra lebih banyak bicara dgn hatinya, wkkwk
Lilik Juhariah
Nayla terlalu Ter obsesi
Lilik Juhariah
kesenengnya ngomong gitu, ntar kl nikah beneran sakit hati, untung Islam melarangnya , Zahra Zahra
Lilik Juhariah
haaah janinnya siapa , tapi masih ngejar Gus afkar
Lilik Juhariah
walau pun amnesia juga gk begitu , tetap harus jujur ,
Lilik Juhariah
lah Nayla ini lucu , wong Gus afkar cintanya sama Zahra , emang kl Zahra cerai trs bisa kamu gantikan jadi istri Gus afkar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!