NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Mas, yakin? Aku boleh duduk di atas ranjang?"

"Iya, emangnya kenapa?"

"Ha? Oh, gak. Aku numpang duduk sebentar ya, Mas," ujarnya terdengar cukup lucu di indra dengar Zain.

Alya duduk secara perlahan, sekali-kali tampak bibirnya bergumam kecil. Zain memperhatikan sang istri dalam diam, Alya memijit kecil kakinya.

"Apakah masih terasa?"

"Ha?"

"Kesemutan?"

"Oh, iya. Masih, Mas," balas Alya seadanya.

Sebelum keduanya mulai sibuk dengan pemikiran masing-masing, Zain tidak tahu kalau sang istri merawat dirinya. Bahkan ibunya, tidak akan seperti ini. Soraya hanya akan memanggil dokter pribadi ke rumah, lalu meminta pada pembantu untuk mengawasi Zain yang sakit. Memberikan Zain obat, sebelum Soraya sibuk dengan teman-teman sosialitanya. Begitu, lah pria ini hidup, Zain merupakan anak sulung dari dua bersaudara. Ia dituntut untuk menjadi sosok anak lelaki yang mandiri sedari kecil, tidak boleh manja dan pekerja keras.

Walaupun semua hal bisa diraihnya dengan mudah, mengingat siapa sang kakek. Sang kakek pun begitu memanjakan Zain, dengan kemewahan yang ia berikan. Meskipun demikian, setiap Zain duduk bersama sang kakek. Maka akan dibentang beberapa cerita para nabi dengan semangat empat lima, sang kakek akan terus berbicara dengan ceria. Di akhiri dengan nasihat, untuk tidak pernah meninggalkan salat lima waktu.

"Terima kasih, sudah merawatku," ujar Zain setelah mereka diam cukup lama.

Alya menoleh ke arah Zain, mengulum senyum.

"Ini adalah kewajibanku, Mas, sebagai istri. Walaupun di mata Mas Zain, aku hanyalah istri di atas kertas kontrak."

Alya melirik Zain dengan sorot mata dalam, Zain bungkam. Alya membuang muka, ini adalah takdir Alya. Menikahi lelaki yang tidak pernah menaruh hati padanya, tak apa. Alya akan terus berjuang, sampai titik darah penghabisan. Bukanlah hasil tidak pernah mengkhianati usaha? Dan ia percaya pada Allah Maha membolak-balikkan hati manusia. Melembutkan kerasnya hati manusia, Alya menghela napas kasar.

"Aku pamit dulu, Mas. Nanti aku ke sini lagi," sambung Alya.

Gadis itu bangkit dari posisi duduknya, melangkah menuju pintu keluar kamar hotel Zain. Pemuda itu hanya mendesah kecil, melihat kepergian Alya. Menghilang di balik pintu yang tertutup, ada apa dengan dirinya? Kenapa ia mulai goyah? Zain mulai galau.

***

Suara bising dari dentuman musik memekakkan telinga, ada banyak orang yang sibuk bergoyang di lantai dansa. Menghilangkan stress, dan rasa kecewa pada dunia. Kaki jenjangnya terus melangkah menuju ruangan VIP, yang sudah di siapkan untuk dirinya dan beberapa temannya. Pandangan mata nakal lelaki disepanjang lorong, dan pandangan mata memuja wanita cantik itu abaikan. Pintu ruangan VIP dibuka, Mira masuk ke dalam ruangan.

"Oi! Mira!" seruan keras dari Ismi pada Mira kala wanita cantik itu masuk.

"Ada apa dengan wajah lesumu, itu? Dah kayak gak makan satu bulan aja, deh!" timpal Hana dengan kekehan.

Mira tak ambil hati, ia merebahkan tubuhnya di sofa empuk itu. Ada begitu banyak minuman beralkohol, dengan es batu yang disediakan. Beberapa gelas kosong diletakkan, tidak ada suara musik yang memekakkan telinga. Ia menuangkan minuman alkohol miliknya ke dalam gelas, tanpa memasukkan es batu. Menegak sampai tandas, membuat Ismi dan Hana membesarkan pupil mata mereka.

Keduanya bangkit dari posisi duduknya, mengapit Mira. Di samping kanan Ismi duduk, dan di samping kiri Hana yang duduk. Tangan Hana menahan pergerakan tangan Mira yang ingin kembali memasukan cairan alkohol itu kembali ke dalam gelas, Mira menatap tajam ke arah Hana.

"Apaan, sih, Han! Lepasin! Aku mau minum sampai mabuk malam ini," ujar Mira dengan nada serak.

"Kau kenapa? Kenapa kayak gini? Ada apa sebenarnya?" tanya Ismi tampak khawatir.

Mira mendesah letih, ia tersenyum sinis. Menatap Ismi dan Hana berganti-ganti, dua wanita yang tak kalah cantiknya dari Mira. Bedanya, hanya dari keluarga saja. Mira berasal dari kalangan keluarga kaya, berbeda dengan kedua sahabatnya.

"Hah! Apakah aku tidak menarik, lagi?" tanya Mira pada kedua sahabatnya.

"Kau? Tentu saja kau itu cantik dan menarik, Mira. Kau itu aneh banget deh, emangnya kenapa sih?" Hana merasa gemas dengan sang sahabat.

"Tahu, ih. Apakah ini ada hubungannya dengan Zain? Emangnya ada apa dengan Zain? Si bucin itu," celetuk Ismi tak paham.

Mira mengigit bibir bawahnya, merasa denyutan nyeri pada hatinya.

"Dia... sudah menikah, bukanlah ini tidak adil?"

Ismi dan Hana sontak saja saling adu lirikan mata, Zain sudah menikah? Kapan, dan dengan siapa? Mereka yang selalu berada di Jakarta saja bahkan mendengar kabar itu. Rumor aneh mana yang didengar oleh sang sahabat, Zain sangat mencintai Mira.

Agak-agaknya tidak mungkin Zain meninggalkan Mira, wanita yang paling dicintai oleh Zain.

***

Keduanya menyusuri bibir pantai, sesekali mata Zain melirik ke arah kedua kaki Alya yang terbalut oleh kaus kaki hitam. Tampak basah kala riak ombak menyapa bibir pantai, Alya tersenyum lebar. Menikmati mentari sore yang begitu tampak indah, dengan cahaya hangatnya. Menyentuh relung hati terdalam Alya. Melepaskan kerinduan Alya pada kampung tempat ia menetap, tidak ada banyak pengunjung di sana.

Zain memilih pantai yang sedikit pengunjungnya, sekedar menikmati keindahan yang pantai suguhkan. Mereka berhenti tak jauh batu karang, Zain ikut duduk di bibir batu.

"Aku merindukan kampungku," gumam Alya lirih.

Zain melirik sang istri dengan ekspresi wajah tak terbaca, Alya yang merasa ditatap. Gadis itu mendongak, tersenyum tipis. Ayu, satu kata yang bisa menggambarkan Alya. Sederhana dengan kepribadiannya, dan membawanya yang tenang.

"Aku tidak sedang meminta pulang, Mas. Hanya ... merindu saja," ujar Alya pelan.

Zain mengangguk paham.

"Bukankah menakutkan berada di tempat yang asing, bersama orang-orang yang juga asing."

Alya mengangguk dan mengeleng dalam waktu bersamaan, membuat dahi Zain berkerut kecil melihatnya.

"Aku merasa sedikit takut, akan tetapi. Karena disambut dengan hangat oleh Papa Usman, aku sedikit merasa aman. Kemanapun aku pergi, selalu ada Allah bersamaku. Keyakinanku, yang membuat rasa takutku memudar begitu saja. Sekeras apapun kehidupanku, seperti apapun badai menerjang. Selama aku selalu meletakkan Allah di sini, aku merasa tidak ada hal apapun yang bisa membuatku menjadi takut."

Alya menunjuk hatinya.

Zain mengulum bibirnya yang sedikit kering, membawa kedua manik matanya ke arah lautan lepas. Tampak sangat luas, untuk hatinya yang terasa begitu sempit.

"Aku bukanlah sosok lelaki yang bisa memberikan kebahagiaan untukmu, Alya. Yang bisa aku janjikan sebagai seorang manusia adalah kemewahan, bukan kebahagiaan."

Alya mengeleng sekilas, dan berkata, "Aku pun tidak pernah menuntut Mas Zain untuk memberikan aku kebahagiaan, Mas. Bagiku, kalau aku menyandarkan harapanku pada Mas Zain. Berharap pada Mas Zain, yang aku peroleh adalah kekecewaan. Aku sendiri tidak pernah mengantungkan kebahagiaanku pada manusia di bumi ini, karena tidak satu pun yang kekal. Aku terbiasa dengan berjuang sendirian, termasuk memperjuangkan kebahagiaanku sendiri. Meletakkan harapan paling tinggi pada Allah."

.

1
Merah Mawar
bBgus
Merah Mawar
okeu
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!