Rea memilih berdamai dengan keadaan setelah pacar dan sahabatnya kedapatan tidur bersama. Rasa cinta yang sejatinya masih bertuan pada Devan membuat Rea akhirnya memaafkan dan menerima lamaran pria itu.
Sepuluh tahun telah berlalu mereka hidup bahagia dikarunia seorang putri yang cantik jelita, ibarat tengah berlayar perahu mereka tiba-tiba diterjang badai besar. Rea tidak pernah menduga seseorang di masa lalu datang kembali memporak-porandakan cintanya bersama Devan.
Rea berjuang sendirian untuk membongkar perselingkuhan Devan, termasuk orang-orang di belakang Devan yang membantunya menyembunyikan semua kebusukan itu.
IG. ikeaariska
Fb. Ike Ariska
Tiktok. ikeariskaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ike Ariska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Luar Dugaan
“Gandeng aku sayang,” pinta Devan.
“Hm, baiklah,” jawab Rea sambil merangkai senyum di sudut bibirnya.
Tatapan penuh cinta dari dua pasang mata saling beradu di udara. Ke duanya tampak begitu serasi berjalan beriringan melewati pintu utama rumah megah itu tempat di mana Devan tumbuh besar di sana. Tiba-tiba mereka disambut seorang wanita paruh baya salah satu Asisten Rumah Tangga.
“Silakan, Tuan, Nyonya! Bu Sharla dan yang lainnya sudah menunggu di halaman samping dekat kolam,” ucap Bi Hanum.
Wanita itu sedikit membungkukkan badannya sebagai bentuk rasa hormat juga tidak lupa melayangkan senyuman pada Rea yang dibalas kontan detik itu juga.
Ke duanya pun gegas menuju pintu samping, sementara itu tadi Airin sudah lebih dulu berlari ke sana.
“Dev, sepertinya ini acara besar,” bisik Rea setengah bergumam.
Devan mengangguk mengiyakan.
“Apa mungkin Naumi hamil dan ini perayaan kehamilannya?” terka Devan.
Rea mengangguk.
“Sepertinya iya, ‘kan sudah tiga bulan semenjak dia menikah. Sudah sepantasnya juga Naumi hamil,” balas Rea.
“Hei, itu mereka datang!” seru Naumi. Dia adik bungsu dan satu-satunya saudara perempuan Devan.
Wanita muda berusia 24 tahun itu menyeru dan melambai pada ke duanya yang melangkah mendekat di mana semua orang sedang menunggu kedatangan mereka di sana.
Rea balas melambai, lalu tersenyum pada Naumi adik iparnya, sementara itu semua orang yang ada di sana pun diminta untuk langsung duduk di kursi masing-masing. Meja persegi panjang menjadi pembatas di antara mereka yang mana di atasnya sudah terhidang berbagai macam jenis makanan menggugah selera. Lilin-lilin memperindah tampilan meja ada sekitar sepuluh kursi tersedia di sana.
Rea melepas gandengan dari tangan kokoh Devan gegas ia menghampiri Bu Sharla yang malam itu tampil cantik meski di usianya yang tidak lagi muda.
“Ah, pantas saja mama melahirkan anak-anak yang rupawan. Lihatlah, walaupun sudah tidak lagi muda tapi tetap cantik juga,” batin Rea di sela langkah.
Rea melengkungkan senyum saat wanita bergincu merah itu mematut dirinya.
“Ma,” sapa Rea dengan nada rendah. Terdengar sopan di telinga.
Disalaminya, lalu diciumnya punggung tangan ibu dari suaminya itu.
“Apa kabar, Ma? Mama sehat?” tanya Rea berbasa-basi.
“Ya, mama sehat,” jawab Bu Sharla singkat.
Semanis apa pun sikap Rea padanya tetap saja wanita itu terkesan cuek dan jutek. Seolah sengaja memperlihatkan rasa tidak suka.
Rea memaksa senyum, lalu memilih undur diri dari hadapan ibu mertuanya itu.
Rea berbalik badan tiba-tiba saat dilemparnya pandang didapatinya Naumi mendekat ke arahnya.
“Mbak Rea!” serunya.
“Naumi,” balas Rea sembringah.
Naumi, wanita muda itu sangat cantik wajahnya bulat hidungnya kecil dan mancung senyumnya pun manis. Jika dilihat sekilas wanita itu mirip dengan Prilly Latuconsina.
Naumi berhamburan jatuh dalam pelukan Rea. Disambut dan dibalas hangat oleh Rea.
“Aku rindu sekali sama Mbak. Kenapa tidak pernah lagi datang ke mari? Mbak Rea hanya datang kalau dipinta saja,” oceh Naumi.
Malam itu Naumi tampil menawan mengenakan gaun pendek berwarna nude kontras dengan kulitnya yang kuning langsat.
“Aku juga merindukanmu, Naumi. Mas Devan, kakakmu itu sibuk sepanjang waktu setiap aku ajak ada saja alasannya,” elak Rea.
“Ngomong-ngomong, selamat ya Sayang atas kehamilanmu!” Rea tersenyum sambil melerai pelukan.
Seperti rembulan matanya berbinar saat bicara dan menatap sangat dalam sedalam palung Mariana.
Sontak membuat Naumi memundurkan wajahnya beberapa senti ke belakang. Dua alisnya mengerut mendengar kata-kata yang melompat dari bibir Rea tadi.
“Hamil?” tanya wanita itu.
Rea balas memundurkan wajahnya.
“Jadi bukan acara syukuran kehamilanmu?” jawab Rea balas bertanya. Mengerti kalau acara itu ternyata bukan acara perayaan seperti yang dikatakan Devan tadi.
“Ah, Mbak Rea ada-ada saja. Bukan, Mbak. Ini acaranya Mas Samudra. Kurang seminggu lagi dia akan menikah,” terang Naumi girang.
“Serius kamu?” tanya Rea tidak percaya.
“Iya, Mbak.” Naumi mengangguk cepat.
Kemudian ke duanya melempar pandang ke arah Samudra, pria 28 tahun yang ketampanannya setara jika dibandingkan dengan kakaknya Devan.
Tahu kalau dirinya sedang menjadi topik pembicaraan, pria yang biasa dipanggi Sam itu pun tersenyum.
Kursi kosong di sampingnya menjadi perhatian Rea.
“Lalu mana calon istrinya?” tanya Rea penasaran.
“Di belakang tadi izin ke toilet,” jelas Naumi.
“Oh,” Rea mengangguk.
Kedipan kecil dari Devan diartikan Rea kalau suaminya itu minta ia untuk segera mendekat.
“Mas Devan memanggil, Mbak ke sana dulu, yaa.” Rea menunjuk pada Devan.
“Oke, Mbak,” angguk Naumi.
Tiba-tiba...
“Dev,” sapa Bu Sharla pada anak kebanggaannya.
Seketika membuat perhatian semua orang yang ada di sana tertuju pada Devan.
“Ya, Ma?” Devan alihkan pandang pada wanita yang telah melahirkan dirinya.
“Jadi, mama sengaja mengundang kamu dan Rea ke sini karena kurang dari seminggu lagi Samudra akan menikah,” papar Bu Sharla.
“Hah?”
Devan terhenyak. Sesaat dipandanginya Samudra lekat. Adiknya itu duduk persis di depannya.
“Tapi kenapa mendadak sekali?” tanya Devan tidak percaya.
“Ya mau bagaimana lagi Mas, namanya juga jodoh,” timpal Samudra enteng.
“Wanita mana kiranya yang beruntung telah menaklukkan hati Samudra? Tentunya bukan wanita biasa, ‘kan?” sambil tertawa Devan mengedarkan pandangan pada semua orang yang ada di sana.
Tak ayal semuanya pun tersenyum mendengarkan termasuk Bu Sharla. Bukan tanpa sebab mereka tertawa karena sejatinya baru kali ini Samudera jatuh cinta dan hal yang lebih mengejutkan adalah sekali jatuh cinta dia memilih untuk langsung menikah.
Samudra tersenyum tipis mendengarkan.
“Mana wanita hebat itu?” tanya Devan sambil menarik tinggi sebelah alisnya. Sementara itu senyum tak kunjung usai terlukis di wajahnya.
“Itu dia!” tunjuk Sam dengan ujung bibirnya. Tertuju pada pintu yang dilewati Devan dan Rea tadi.
Lantas segera Devan menoleh ke belakang, begitu pula Rea ia turut berpaling karena penasaran pada sosok wanita itu.
Di kejauhan seorang wanita cantik bertubuh langsing tampak melenggang. Ia tampil memesona mengenakan dress panjang tanpa lengan berwarna teduh. Rambut hitam panjang bergelung bergulung seperti ombak di lautan. Wanita itu tertunduk memandangi lantai ia berjalan hati-hati.
“Wow, sepertinya Samudra tidak salah pilih,” ucap Devan. Nada bicaranya terdengar jenaka, bahkan di saat ia belum melihat dengan jelas wajah calon istri adiknya itu dari dekat.
Baik Devan maupun Rea kemudian sama-sama berpaling dari wanita itu. Menikmati ketukan demi ketukan high heelsnya mendekat.
Tap! Akhirnya langkah wanita itu terhenti tidak jauh di belakang kursi Devan dan Rea.
Rea menyenggol Devan dengan sikunya, lalu tersenyum. Kemudia sama-sama memperhatikan wajah Sam yang tersipu.
“Hm, Sayang. Kenalkan ini Mas Devan dan ini istrinya Mbak Rea!” ucap Sam sambil bangkit dari duduknya.
Devan dan Rea pun turut berdiri dan berbalik.
“Hah?! Anna?!” ke duanya sama-sama tersentak.
Sedetik kemudian mereka sama-sama ternganga. Rea membungkam mulutnya dengan telapak tangan tidak percaya kini Anna berdiri tepat di depannya.
emang. sahabat adalah maut...
mudah2an aja meningkat. trus nggak jadi nikah sama Sam...
Sam kalau tau masa lalu ana pasti mikir dua kali lah .. tu si ana aja masih ingat waktu devan menghujam dirinya... munafik bngt